Papan Akselerasi Ramai, Risiko Investasi Saham yang Wajib Diketahui!

Avatar photo

- Penulis

Selasa, 24 Juni 2025 - 23:22 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com, JAKARTA. Setelah diramaikan oleh IPO perusahaan-perusahaan menengah dan besar, kini giliran perusahaan berskala kecil yang siap meramaikan Bursa Efek Indonesia (BEI). BEI kembali membuka pintunya bagi perusahaan-perusahaan yang lebih kecil untuk melantai di bursa.

Perusahaan dengan total aset di bawah Rp 50 miliar, atau antara Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar, akan dicatatkan di Papan Akselerasi. Papan ini memang dirancang khusus untuk menampung perusahaan-perusahaan dengan skala aset kecil hingga menengah, memberikan mereka kesempatan untuk berkembang dan meraih pendanaan publik.

Sejak tahun 2020 hingga Selasa, 24 Juni, sudah ada 43 perusahaan yang terdaftar di Papan Akselerasi. Jumlah ini akan segera bertambah dengan kehadiran tiga emiten baru yang siap meramaikan bursa. Siapa saja mereka?

Ketiga perusahaan tersebut adalah PT Merry Riana Edukasi Tbk (MERI), PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK), dan PT Asia Pramulia Tbk (ASPR). Ketiganya dijadwalkan untuk melangsungkan IPO dan tercatat di BEI pada bulan Juli 2025. Mari kita intip lebih dalam profil masing-masing calon emiten ini.

Mengenal Lebih Dekat Calon Emiten Papan Akselerasi

Berdasarkan prospektus masing-masing perusahaan, MERI tercatat memiliki total aset sebesar Rp 23,48 miliar per 31 Desember 2024. Perusahaan yang bergerak di bidang edukasi ini berencana menawarkan 266,66 juta saham kepada publik.

Dari jumlah tersebut, termasuk program Employee Stock Allocation (ESA) sebesar 12,23 juta saham, atau setara dengan 5% dari total saham yang ditawarkan dalam IPO. Nilai emisi IPO MERI memang tergolong kecil, sesuai dengan ketentuan BEI yang membatasi penghimpunan dana maksimal Rp 50 miliar untuk perusahaan skala kecil.

Selama masa penawaran awal (bookbuilding), MERI mematok harga saham di kisaran Rp 110–Rp 150 per lembar. Dengan demikian, MERI berpotensi meraih dana segar maksimal sebesar Rp 39,99 miliar.

Selanjutnya, CHEK, perusahaan di bidang bioteknologi, memiliki total aset per 31 Desember 2024 mencapai Rp 242,33 miliar. CHEK berencana menerbitkan maksimal 815 juta saham baru dengan harga penawaran awal di kisaran Rp 120–Rp 240 per saham.

Baca Juga :  Lo Kheng Hong Raup Miliaran Rupiah dari Dividen OCBC Danamon!

Terakhir, ASPR, dengan total aset hingga akhir tahun 2024 mencapai Rp 118,90 miliar, mematok harga *bookbuilding* di antara Rp 118–Rp 124 untuk 812 juta saham. Langkah ini berpotensi menghasilkan dana segar hingga Rp 100 miliar bagi perusahaan.

Papan Akselerasi: Potensi Cuan dan Risiko yang Mengintai

Namun, bagaimana kinerja saham-saham yang sudah lebih dulu menghuni Papan Akselerasi? Apakah menjanjikan keuntungan yang signifikan?

Berdasarkan data yang dihimpun Kontan, dari 43 emiten yang tercatat di Papan Akselerasi, hanya 12 emiten yang harga sahamnya berhasil melampaui harga IPO. Kenaikan paling mencolok terjadi pada saham PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK), yang melesat 2.967,90% dari harga IPO di Rp 162 menjadi Rp 4.970 hingga akhir perdagangan Selasa (24/6).

Lonjakan signifikan juga dialami oleh saham PT Tourindo Guide Indonesia Tbk (PGJO), yang melonjak 1.043,75% dari harga IPO Rp 80 per saham menjadi Rp 926 per saham.

Sayangnya, jumlah saham yang harganya justru merosot di bawah harga IPO lebih banyak. Penurunan harga saham paling tajam dialami oleh PT Lavender Bina Cendikia Tbk (BMBL). Harga saham perusahaan bimbingan belajar ini hanya tersisa Rp 16 per saham, padahal saat IPO dipatok seharga Rp 188. Investor yang memegang saham BMBL sejak IPO harus menelan kerugian hingga 91,49%.

Indeks Papan Akselerasi Justru Melesat Tinggi

Menariknya, meski banyak saham yang mengalami penurunan, indeks yang mengukur kinerja saham di Papan Akselerasi justru mencatatkan lonjakan tertinggi dibandingkan indeks papan pencatatan lainnya. Secara *year to date*, indeks Papan Akselerasi sudah melesat 35,15%. Bandingkan dengan indeks Papan Pengembangan yang hanya naik 26,78% dan indeks Papan Utama yang justru terkoreksi 6,84%.

Baca Juga :  Trading Halt: Penyebab IHSG Anjlok Drastis dan Risiko Suspensi Saham

Lantas, apa yang menyebabkan fenomena ini?

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory, Ekky Topan, mengingatkan bahwa saham-saham di Papan Akselerasi pada dasarnya memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan saham di Papan Pengembangan dan Utama. Emiten-emiten di Papan Akselerasi umumnya merupakan perusahaan skala kecil dengan kinerja keuangan yang belum stabil serta tingkat likuiditas yang relatif rendah.

“Kenaikan harga yang signifikan memang bisa saja terjadi, namun biasanya lebih didorong oleh aktivitas spekulatif jangka pendek dan menjadi incaran para *trader*, bukan investor jangka panjang,” jelas Ekky kepada Kontan, Selasa (24/6).

Ekky menambahkan bahwa lonjakan indeks Papan Akselerasi sepanjang tahun ini kemungkinan besar tidak mencerminkan perbaikan kualitas fundamental mayoritas saham di dalamnya. Kenaikan harga saham-saham di Papan Akselerasi lebih dipengaruhi oleh sentimen momentum jangka pendek dan rotasi spekulasi dari investor ritel.

Sebagai contoh, kenaikan signifikan pada saham PACK dan PGJO terjadi setelah pengumuman pergantian pemegang saham pengendali. Pemegang saham lama PACK dan PGJO menjual sahamnya kepada pihak baru.

“Oleh karena itu, papan ini dinilai kurang cocok bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang atau yang mengedepankan pendekatan berbasis fundamental,” tegas Ekky.

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy, sependapat bahwa saham-saham di Papan Akselerasi umumnya memiliki kapitalisasi pasar yang rendah dan berisiko tinggi.

“Umumnya *small cap* yang berisiko tinggi sekaligus bisa memberikan imbal hasil yang tinggi juga. Saham-saham itu cocoknya untuk *trading* saat ada momentum karena volatilitas tinggi,” pungkas Budi.

Dengan demikian, Papan Akselerasi menawarkan peluang keuntungan yang menarik, namun juga menyimpan risiko yang perlu diwaspadai. Investor perlu melakukan riset mendalam dan mempertimbangkan profil risiko masing-masing sebelum memutuskan untuk berinvestasi di saham-saham Papan Akselerasi.

Berita Terkait

Transaksi BI Fast Perbankan Kian Subur di Bulan Mei 2025
Rupiah Menguat Tajam, Dolar AS Melemah di Tengah Harapan Damai Timur Tengah
Harga Minyak Dunia Ambles 5%, Gencatan Senjata Israel-Iran Picu Anjloknya Harga
IHSG Naik, Tensi Timur Tengah Mereda, Bursa Saham Menguat
Emas Spot Anjlok! Gencatan Senjata Iran-Israel Jadi Pemicu?
Operasikan Dua Pabrik Baru, Raja Roti Cemerlang (BRRC) Bidik Pendapatan Rp 150 Miliar
IHSG Terbang Jika Gencatan Senjata Timur Tengah Terjadi? Analisisnya!
IHSG Bangkit! Saham Ini Jadi Buruan Asing

Berita Terkait

Rabu, 25 Juni 2025 - 05:57 WIB

Transaksi BI Fast Perbankan Kian Subur di Bulan Mei 2025

Rabu, 25 Juni 2025 - 04:57 WIB

Rupiah Menguat Tajam, Dolar AS Melemah di Tengah Harapan Damai Timur Tengah

Rabu, 25 Juni 2025 - 01:23 WIB

Harga Minyak Dunia Ambles 5%, Gencatan Senjata Israel-Iran Picu Anjloknya Harga

Rabu, 25 Juni 2025 - 01:07 WIB

IHSG Naik, Tensi Timur Tengah Mereda, Bursa Saham Menguat

Rabu, 25 Juni 2025 - 00:32 WIB

Emas Spot Anjlok! Gencatan Senjata Iran-Israel Jadi Pemicu?

Berita Terbaru

politics

Kepulangan Para WNI dari Iran ke Indonesia

Rabu, 25 Jun 2025 - 06:12 WIB

finance

Transaksi BI Fast Perbankan Kian Subur di Bulan Mei 2025

Rabu, 25 Jun 2025 - 05:57 WIB

technology

Begini Wujud BlackBerry yang Dihidupkan Lagi Pakai OS Android

Rabu, 25 Jun 2025 - 05:32 WIB

travel

3 Destinasi Coolcation Paling Populer

Rabu, 25 Jun 2025 - 05:23 WIB