Fenomena olahraga padel tengah menarik perhatian luas di berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Namun, di tengah lonjakan popularitasnya, padel kini dihadapkan pada regulasi Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) sebesar 10% dari tarif sewa lapangan, mengingat statusnya sebagai objek PBJT sektor hiburan.
Kombinasi unik antara tenis dan squash ini menawarkan dinamika permainan yang seru, cepat, dan relatif mudah diadaptasi oleh pemain dari segala usia. Namun, di balik popularitasnya yang meroket, pernahkah Anda bertanya-tanya tentang asal-usul olahraga padel yang memukau ini?
Sejarah Singkat Asal-usul Olahraga Padel
Mengutip informasi dari Red Bull, sejarah olahraga padel berawal pada tahun 1969 di Meksiko, berkat inisiatif seorang pengusaha bernama Enrique Corcuera dari Acapulco. Dengan keterbatasan ruang di halaman rumahnya yang tidak memungkinkan pembangunan lapangan tenis berukuran penuh, Corcuera mengambil langkah inovatif dengan memodifikasi area tersebut menjadi sebuah lapangan berdinding. Ia kemudian menamai permainan yang ia ciptakan ini dengan sebutan “Paddle Corcuera”.
Inovasi “Paddle Corcuera” ini tidak berhenti di Meksiko. Menurut Federasi Padel Internasional (FIP), ide tersebut kemudian dibawa dan diperkenalkan ke Spanyol oleh Alfonso de Hohenlohe, seorang teman dekat Corcuera. Dari Spanyol, kepopuleran olahraga padel dengan cepat menyebar ke Argentina pada tahun 1980-an, di mana ia segera menjadi salah satu cabang olahraga terfavorit. Sejak saat itu, padel terus menjelajah berbagai negara hingga mencapai puncak popularitasnya seperti yang kita saksikan hari ini.
Aturan Dasar Permainan Olahraga Padel
Berbeda dengan tenis, olahraga padel secara eksklusif dimainkan secara berpasangan (doubles) di lapangan khusus yang dikelilingi dinding. Format permainan menggunakan sistem set yang mirip tenis, yakni best of three sets, menambah intensitas kompetisi. Untuk memahami lebih jauh, berikut adalah beberapa aturan dasar yang berlaku dalam permainan padel, sebagaimana diuraikan oleh Federasi Padel Internasional (FIP) dan Padel USA:
- Lapangan padel memiliki dimensi 10 x 20 meter dan sepenuhnya dikelilingi oleh dinding kaca dan panel logam yang integral dengan permainan, memungkinkan bola untuk memantul dari permukaannya.
- Servis harus dilakukan dengan teknik underhand (dari bawah pinggang) dan bola wajib memantul terlebih dahulu di area servis lawan yang berseberangan secara diagonal.
- Sistem penghitungan skor mengadopsi format tenis konvensional: 15, 30, 40, dan game.
- Bola diizinkan memantul satu kali di permukaan lapangan dan tetap dianggap hidup meskipun memantul dari dinding.
- Bola dinyatakan mati jika memantul dua kali di lantai lapangan, keluar dari batas tanpa menyentuh dinding yang valid, atau mengenai badan pemain.
Peralatan Esensial untuk Bermain Olahraga Padel
Untuk dapat menikmati keseruan olahraga padel, ada beberapa peralatan utama yang esensial dan dirancang khusus untuk permainan ini:
- Raket padel: Berbeda signifikan dengan raket tenis, raket padel tidak menggunakan senar. Sebaliknya, ia berbentuk papan komposit padat dengan lubang-lubang kecil, seringkali dalam bentuk bundar atau tetesan air mata. Raket ini dirancang lebih pendek dan lebih ringan untuk manuver yang lebih lincah.
- Bola padel: Mirip dengan bola tenis, namun memiliki tekanan udara yang lebih rendah. Hal ini menghasilkan pantulan yang tidak terlalu tinggi, cocok untuk karakteristik permainan di lapangan berdinding.
- Sepatu padel: Mirip sepatu tenis, namun dilengkapi dengan pola grip khusus pada solnya yang dioptimalkan untuk permukaan lapangan padel, memberikan traksi maksimal saat bergerak cepat.
- Lapangan berdinding: Merupakan elemen krusial dalam padel. Lapangan dikelilingi oleh dinding kaca atau logam di bagian belakang dan samping, yang secara aktif menjadi bagian dari dinamika permainan.
Setelah mengenal lebih dekat olahraga padel, baik dari sejarah, aturan main, hingga perlengkapan esensialnya, apakah Anda kini siap untuk mencoba dan merasakan sendiri keseruannya?
