Jakarta – Sebuah gol tunggal krusial dari penyerang Oxford United, Ole Romeny, berhasil memastikan kemenangan penting bagi Timnas Indonesia dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Tendangan penalti yang akurat pada menit ke-40 ini sukses mengoyak jaring gawang Wang Dalei, membawa Garuda unggul atas Cina.
Momen penalti ini lahir setelah pelanggaran yang dilakukan oleh bek Yang Zexiang terhadap gelandang Ricky Kambuaya di sisi kanan gawang Cina. Wasit, setelah meninjau layar VAR di pinggir lapangan, tak ragu memberikan hadiah tendangan 12 pas untuk Timnas Indonesia. Kesempatan emas tersebut tidak disia-siakan. Ole Romeny yang dipercaya menjadi eksekutor menjalankan tugasnya dengan dingin dan sempurna. Bola bersarang di gawang lawan, mengubah skor menjadi 1-0 untuk keunggulan tim tuan rumah menjelang akhir babak pertama.
Gol yang ditorehkan Ole Romeny ini bukan sekadar penentu kemenangan, melainkan juga menegaskan peran vitalnya sebagai satu-satunya pencetak gol bagi Timnas Indonesia dalam tiga laga terakhir Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Sebelumnya, ia juga mencetak gol saat skuad Garuda bertandang ke Australia dan ketika menuntaskan perlawanan Bahrain dengan skor 1-0 di Gelora Bung Karno pada Maret 2025.
Profil Ole Romeny: Dari Akademi NEC Nijmegen hingga Bintang Timnas
Siapakah sosok Ole Romeny, penyerang yang kini menjadi andalan Timnas Indonesia? Berikut adalah profil lengkapnya dari awal karier hingga kiprahnya saat ini.
Ole Romeny dikenal sebagai penyerang serba bisa yang saat ini merumput bersama Oxford United di EFL Championship Inggris. Sebelumnya, ia sempat bermain di Eredivisie, kasta tertinggi Liga Belanda, bersama FC Utrecht. Keunggulannya terletak pada kemampuannya bermain di berbagai posisi penyerangan, baik sebagai penyerang tengah, sayap kiri, maupun sayap kanan.
Pemain kelahiran Nijmegen, Belanda, pada 20 Juni 2000, ini memiliki ikatan darah yang kuat dengan Indonesia. Ayahnya lahir di Indonesia, sementara kakek dan neneknya disebut berasal dari Meulaboh, Aceh. Menariknya, nenek dari pihak ibunya juga dilaporkan lahir di Medan, Sumatera Utara, pada masa yang saat itu masih disebut Hindia Belanda.
Dilansir dari *Ragamutama.com*, Ole Romeny, yang memiliki tinggi badan terkini 1,85 meter, mengawali karier sepak bolanya sejak usia lima tahun di klub DVOL Lent pada tahun 2005. Enam tahun berselang, atau pada tahun 2011, ia bergabung dengan akademi sepak bola NEC Nijmegen, salah satu klub ternama di Belanda.
Pemilik nama lengkap Ole ter Haar Romeny ini menghabiskan tujuh tahun menimba ilmu di akademi tersebut sebelum akhirnya melakoni debut profesional untuk NEC Nijmegen pada tahun 2018. Meskipun timnya kalah 2-3 dalam pertandingan tandang melawan Almere City, periode ini menjadi fondasi awal kariernya dengan catatan 77 penampilan, 12 gol, dan 8 *assist*.
Perjalanan karier Ole Romeny terus berlanjut. Ia sempat dipinjamkan ke Willem II pada musim 2020/2021, namun masa peminjamannya tidak berlangsung lama dan ia kembali ke NEC Nijmegen. Pada musim 2021/2022, Romeny membuat keputusan penting dengan pindah ke FC Emmen. Di klub ini, performanya semakin menonjol dengan torehan 14 gol dalam 51 pertandingan.
Salah satu pencapaian gemilang dalam karier pemilik nomor punggung 11 ini adalah ketika ia berhasil membawa FC Emmen meraih gelar juara liga kedua Belanda pada tahun 2022. Penampilan impresifnya menarik perhatian FC Utrecht yang kemudian merekrutnya pada musim 2023/2024. Hingga saat ini, Ole Romeny telah tampil sebanyak 18 kali untuk FC Utrecht dengan kontribusi 1 gol.
FC Utrecht mendatangkan Ole Romeny dengan status bebas transfer dari sesama klub Liga Belanda, FC Emmen, pada musim panas 2023. Selama di FC Utrecht, ia mencatatkan 28 penampilan di ajang Liga Belanda dan menyumbangkan total tiga gol dari 1.239 menit bermain, sebelum akhirnya hijrah ke Oxford United FC pada bursa transfer musim dingin 2024-2025.
Sayangnya, musim pertamanya bersama Oxford United belum berjalan mulus. Ole Romeny baru mencatatkan 14 pertandingan dan hanya mampu menyumbangkan 1 gol sejauh ini.
Hendrik Khoirul, Bagus Pribadi, dan Rina Widiastuti berkontribusi dalam penulisan artikel ini.