Netanyahu Pasang Badan, Israel Berambisi Gulingkan Rezim Iran?

Avatar photo

- Penulis

Selasa, 17 Juni 2025 - 11:22 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Di balik gempuran intensif Israel terhadap berbagai lokasi di Iran sejak Jumat (13/06) lalu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, ternyata memendam ambisi yang jauh lebih besar dari sekadar menghancurkan program nuklir Iran: ia bertekad menggulingkan rezim di Teheran.

Dalam skenario ini, Netanyahu tampaknya berharap serangkaian serangan tersebut akan memicu reaksi berantai yang berujung pada kerusuhan meluas dan pada akhirnya, penggulingan Republik Islam Iran. Harapan ini diungkapkan Netanyahu pada Jumat (13/06) malam, ketika ia menyerukan, “Waktunya telah tiba bagi rakyat Iran untuk bersatu di bawah bendera Iran dan peninggalan sejarahnya, memperjuangkan kemerdekaan dari rezim yang jahat dan menindas.”

Seruan ini bukan tanpa dasar, mengingat sebagian besar masyarakat Iran memang tidak puas dengan kondisi perekonomian, minimnya kebebasan berpendapat, hak-hak perempuan, serta hak bagi kaum minoritas di negara mereka.

Gempuran Israel telah menimbulkan ancaman nyata bagi kepemimpinan Iran. Serangan-serangan tersebut dilaporkan menewaskan sejumlah tokoh penting, termasuk Komandan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, hingga kepala unit intelijen IRGC. Iran pun tidak tinggal diam, membalas dengan gempuran rudal yang menyasar “puluhan target, pusat militer, dan pangkalan udara” Israel. Netanyahu bahkan menegaskan, “Akan ada lebih banyak serangan lagi,” mengindikasikan eskalasi yang tak terhindarkan, di mana semakin intens serangan, semakin banyak pula pemimpin Iran yang menjadi sasaran.

Israel memperkirakan serbuan ini berpotensi mengguncang rezim dan membuka jalan bagi pemberontakan massal di Iran. Setidaknya, itulah harapan besar yang diemban Netanyahu. Namun, harapan ini merupakan sebuah pertaruhan raksasa. Hingga saat ini, belum ada tanda-tanda jelas akan reaksi berantai atau gelombang kerusuhan yang diharapkan. Bahkan jika kerusuhan itu terjadi, arah dan dampaknya masih belum bisa diprediksi.

Faktanya, kelompok paling berkuasa di Iran saat ini adalah mereka yang mengendalikan angkatan bersenjata dan perekonomian, yang sebagian besar berada di bawah naungan IRGC dan institusi terkait. Mereka tidak perlu melancarkan kudeta karena kekuasaan memang sudah berada di genggaman mereka. Ironisnya, kekuatan ini justru dapat mengarahkan Iran menjadi lebih konfrontatif di kancah regional.

Skenario lain yang tak kalah mengkhawatirkan adalah runtuhnya rezim yang berujung pada kekisruhan tanpa arah. Dengan populasi sekitar 90 juta jiwa, peristiwa semacam itu dapat menimbulkan dampak destabilisasi yang masif di seluruh kawasan Timur Tengah. Israel mungkin berharap kekacauan ini akan berakhir dengan pengambilalihan kekuasaan oleh sosok atau kelompok yang tidak bermusuhan dengan Tel Aviv. Namun, pertanyaan mendasar tetap sama: siapa yang akan mengambil alih kekuasaan di Iran?

Baca Juga :  Liburan Hemat: Sensasi Pacuan Kuda Seru di Tegalwaton!

Selama beberapa tahun terakhir, pasukan oposisi Iran justru terpecah belah dan tidak memiliki opsi kepemimpinan yang jelas. Setelah gerakan “Kemerdekaan bagi Kehidupan Perempuan” menciptakan badai perlawanan terhadap pemerintah Iran pada 2022, sejumlah kelompok oposisi memang mencoba membentuk koalisi dari berbagai elemen anti-Republik Islam. Sayangnya, upaya ini tak berlangsung lama akibat perbedaan sudut pandang mengenai siapa yang layak memimpin dan bagaimana bentuk pemerintahan yang ideal jika rezim saat ini berhasil digulingkan.

Para pemimpin Israel mungkin melihat potensi pada beberapa sosok atau kelompok oposisi ini. Contohnya, mantan putra mahkota Iran, Reza Pahlavi, putra mantan Shah Iran yang digulingkan dalam Revolusi Islam 1979. Pahlavi yang kini hidup dalam pengasingan, secara aktif berupaya mempengaruhi kekuatan asing untuk mendukung tujuannya, bahkan kerap menyambangi Israel dalam beberapa tahun belakangan. Meski ia cukup populer di kalangan masyarakat Iran, masih belum jelas apakah popularitasnya cukup kuat untuk mendorong penggulingan rezim.

  • Iran dan Israel saling gempur, ratusan orang tewas
  • 42 WNI terjebak di Tel Aviv – Apa dampak konflik Iran-Israel bagi Indonesia?
  • Apa skenario terburuk jika pertikaian Iran dan Israel memanas?
  • Siapa saja petinggi militer Iran yang tewas dalam serangan Israel?
  • Di mana lokasi fasilitas nuklir Iran dan mana saja yang diserang Israel?

Ada pula Mujahideen-e Khalq (MEK), kelompok oposisi di pengasingan yang mendukung penggulingan Republik Islam Iran namun menolak sistem kerajaan. Kelompok ini didirikan oleh kelompok Muslim sayap kiri yang sebelumnya menentang Shah. Setelah revolusi, MEK hijrah ke Irak dan bergabung dengan Saddam Hussein pada awal 1980-an selama perang melawan Iran. Langkah ini membuat mereka tak disukai oleh sebagian besar warga Iran. MEK juga terus berupaya menjalin hubungan dengan sejumlah tokoh di Amerika Serikat, termasuk figur yang dekat dengan kubu Donald Trump seperti Mike Pompeo, John Bolton, dan Rudy Giuliani, yang sempat hadir dalam pertemuan MEK dan menyampaikan pidato dukungan. Namun, pengaruh tokoh-tokoh ini tampaknya tidak sebesar saat Trump pertama menjabat presiden.

Baca Juga :  Perjalanan Spiritual: Bhikkhu Thudong Tempuh Rute Bangkok-Borobudur, Singgah di Semarang

Selain itu, terdapat kekuatan politik lain, mulai dari mereka yang ingin membangun demokrasi sekuler hingga pihak yang bercita-cita mendirikan negara monarki konstitusional di Iran. Mungkin terlalu dini untuk menganalisis sejauh mana dampak riil dari serangkaian serangan Israel sejak Jumat (13/06) lalu. Terlebih lagi, selama baku serang Israel dan Iran sepanjang akhir tahun lalu, tidak ada indikasi kuat bahwa masyarakat Iran melihat situasi tersebut sebagai kesempatan untuk menggulingkan rezim. Namun perlu dicatat, serangan Israel sejak Jumat (13/06) menimbulkan kehancuran yang tarafnya tidak bisa disamakan dengan serangan tahun lalu.

Lalu, apa sebenarnya tujuan pemerintah Iran saat ini dalam menghadapi gempuran yang kian intens? Meski menargetkan beberapa sasaran di Israel sebagai balasan, Iran sepertinya tidak memiliki banyak opsi strategis yang mudah.

Sebagian pihak berpandangan bahwa jalan keluar paling aman adalah melanjutkan negosiasi dengan AS dan menurunkan tensi melalui jalur diplomatik. Namun, kembali ke meja perundingan, sebagaimana yang diminta oleh Trump di masa lalu, merupakan pilihan sulit bagi para pemimpin Iran karena itu berarti mengakui kekalahan di mata para pendukungnya. Pilihan lain adalah terus menyerang Israel. Melihat kondisi saat ini, pilihan ini tampaknya yang paling mereka inginkan dan janjikan kepada para pendukungnya—sekalipun akan mengundang serangan lanjutan yang lebih dahsyat dari Israel.

Di masa lalu, Teheran pernah mengancam untuk menyerang pangkalan AS, kedutaan besar, dan tempat-tempat penting lainnya. Namun, langkah tersebut bukan hal yang mudah mengingat serangan terhadap AS dapat menyeret Washington ke dalam pertikaian langsung—sesuatu yang sejatinya ingin dihindari oleh Iran. Tidak ada pilihan yang gampang bagi kedua belah pihak karena konsekuensi dari setiap langkah sulit diprediksi.

Debu dan asap konflik masih membubung tinggi di udara, dan hanya waktu yang akan menjawab perubahan fundamental apa yang akan terjadi di masa depan.

  • Menilik sejarah permusuhan Israel dan Iran
  • Seberapa besar kekuatan militer Iran jika dibandingkan dengan Israel?
  • Apa skenario terburuk jika pertikaian Iran dan Israel memanas?

Berita Terkait

Sengketa Pulau Aceh, Intip Harta Kekayaan Bobby Nasution?
MacBook Pro Terbaru: Desain Radikal, Layar OLED, Chip M6!
Copenhagen, Rahasia Bahagia: Senyum Tulus Ala Denmark
Usman Ledek Mantan Juara, Islam Makhachev Curi Sorotan: Reaksi Kocak!
Mees Hilgers Ungkap Pemain Tercepat Timnas Indonesia, Verdonk atau Sayuri?
Diskon Tiket Kereta Ekonomi: Ini Daftar 14 SS New Generation!
Taman Balekambang, Me Time Asyik di Tengah Kota Solo
Ekspor Biomassa Indonesia Meroket, Jepang Impor 640 Ribu Ton!

Berita Terkait

Selasa, 17 Juni 2025 - 11:32 WIB

Sengketa Pulau Aceh, Intip Harta Kekayaan Bobby Nasution?

Selasa, 17 Juni 2025 - 11:22 WIB

Netanyahu Pasang Badan, Israel Berambisi Gulingkan Rezim Iran?

Selasa, 17 Juni 2025 - 07:07 WIB

MacBook Pro Terbaru: Desain Radikal, Layar OLED, Chip M6!

Selasa, 17 Juni 2025 - 02:08 WIB

Copenhagen, Rahasia Bahagia: Senyum Tulus Ala Denmark

Senin, 16 Juni 2025 - 16:38 WIB

Usman Ledek Mantan Juara, Islam Makhachev Curi Sorotan: Reaksi Kocak!

Berita Terbaru

travel

Hiking Impian: 10 Kota Terbaik Dunia, Brasil Juara!

Selasa, 17 Jun 2025 - 16:57 WIB

finance

IHSG Bangkit! ANTM, AMMN Terbang Tinggi, Investor Cuan?

Selasa, 17 Jun 2025 - 16:47 WIB

politics

Geger G7, Trump Cabut! Konflik Iran-Israel Jadi Biang Kerok?

Selasa, 17 Jun 2025 - 16:17 WIB

Family And Relationships

Justin Bieber Marah, Ini Penyebab “Anger Issue” & Cara Mengatasinya!

Selasa, 17 Jun 2025 - 16:12 WIB