JAKARTA – Misteri kematian seorang diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu), ADP (39), di kamar indekosnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, perlahan mulai terkuak. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi mengungkapkan, ada tiga lapisan kunci yang harus dibuka untuk masuk ke kamar korban, sebuah detail penting dalam penyelidikan kasus yang ditemukan pada Selasa, 8 Juli 2025.
Menurut Kombes Pol Ade Ary, sistem pengamanan kamar ADP cukup berlapis. Terdapat kunci manual yang terpasang dari dalam kamar, diikuti oleh kunci slot yang juga terkunci dari bagian dalam. Selain itu, pintu kamar dilengkapi dengan kunci akses ketiga, yang diketahui dipegang oleh almarhum ADP sendiri.
Akses menuju area indekos secara keseluruhan pun memiliki sistem keamanannya. Sebuah gerbang utama terletak berdekatan dengan pintu masuk toko rokok elektrik atau vape. Kunci gerbang ini, menurut keterangan polisi, dimiliki oleh seluruh penghuni serta penjaga indekos.
Namun, ada satu lagi lapisan keamanan eksternal: sebuah gerbang paling luar yang mencakup area kos dan toko vape. Gerbang ini menggunakan kunci gembok, dan Ade Ary memastikan bahwa kunci gembok tersebut juga berada dalam penguasaan korban, ADP.
Lebih lanjut mengenai akses ke dalam kamar ADP, penyidik mengonfirmasi dua jalur utama: pintu dan jendela. Baik pintu maupun jendela, saat ditemukan, sama-sama dalam kondisi terkunci rapat dari bagian dalam. Detail ini menambah kompleksitas penyelidikan, mengingat korban ditemukan tewas di dalamnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, ADP ditemukan meninggal dunia di kamar indekosnya di Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa, 8 Juli 2025. Kondisi korban saat ditemukan cukup mencengangkan: ia tergeletak di atas kasur dengan kepala terlilit lakban berwarna kuning, sementara tubuhnya tertutup selimut biru.
Dari lokasi kejadian perkara (TKP), tim kepolisian telah menyita sejumlah barang bukti krusial. Barang-barang tersebut meliputi gulungan lakban, kantong plastik, dompet, bantal, sarung celana, dan pakaian yang dikenakan atau dimiliki oleh korban.
Turut ditemukan pula obat sakit kepala dan obat lambung di kamar tersebut. Namun, pihak kepolisian belum dapat memastikan apakah keberadaan obat-obatan ini memiliki kaitan langsung dengan penyebab kematian diplomat tersebut.
Yang menarik, penyidik berhasil mengidentifikasi sidik jari ADP pada permukaan lakban yang ditemukan melilit kepalanya. Meskipun demikian, pertanyaan utama yang masih diselidiki polisi adalah apakah lakban tersebut dipasang sendiri oleh korban atau oleh pihak lain, menjadikan kasus kematian diplomat Kemlu ini semakin kompleks.