Ragamutama.com – , Jakarta – Mencari investor untuk program ambisius 3 juta rumah per tahun bukanlah tugas mudah, demikian disampaikan Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait atau Ara. Meskipun terdapat beberapa calon investor yang menunjukkan minat, hingga saat ini belum ada satupun yang merealisasikan investasi tersebut. Untuk mengatasi tantangan ini, Ara menjelaskan pembagian tugas dengan Wakil Menteri PKP, Fahri Hamzah.
“Saya berfokus pada pembangunan 2 juta rumah,” ungkap Ara dalam rapat kerja dengan Komisi V DPR RI, Senin, 19 Mei 2025. “Sementara Pak Wakil Menteri fokus pada investasi asing dengan target 1 juta rumah. Tugas Pak Wamen memang berat, namun kami telah membagi tugas agar tetap terkontrol, dan saya akan memberikan dukungan penuh,” tambahnya.
Ara menyebutkan bahwa Fahri Hamzah telah melakukan sembilan perjalanan dinas ke luar negeri untuk menarik investasi. Sementara itu, Ara sendiri baru melakukan satu perjalanan dinas ke Qatar, beriringan dengan kunjungan dinas Prabowo beberapa waktu lalu. “Tantangannya memang besar, tetapi kita tidak boleh menyerah,” tegas Politikus Partai Gerindra tersebut.
Sebelumnya, pada rapat dengan Komisi V tanggal 30 April 2025, Ara telah menyampaikan kendala dalam menarik investasi untuk program ini. Ekonom Bright Institute, Awalil Rizky, menjelaskan bahwa permasalahan ini bukan hanya disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi global. Ia menekankan bahwa perlambatan ekonomi domestik juga menjadi faktor penghambat yang signifikan.
“Faktor penentu utama keputusan investasi tampaknya adalah daya beli masyarakat,” jelas Awalil kepada Tempo, Senin, 5 Mei 2025.
Data menunjukkan bahwa backlog perumahan di Indonesia masih sangat tinggi. Namun, Awalil menjelaskan bahwa angka backlog ini tidak menjadi pertimbangan utama para investor.
Menurutnya, backlog tidak hanya dilihat dari sisi penawaran (rumah yang dibangun), tetapi lebih penting dari sisi permintaan. “Permintaan ini terkait dengan daya beli, bukan hanya kebutuhan semata. Investor memperhitungkan permintaan, bukan hanya kebutuhan,” terang Awalil.
Awalil menambahkan bahwa daya beli masyarakat saat ini cenderung menurun, salah satu faktornya adalah tingginya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor industri.
“Investasi baru akan dilakukan jika investor yakin daya beli masyarakat terdongkrak oleh kebijakan pemerintah, misalnya melalui subsidi atau bentuk dukungan lain yang mampu membuat harga rumah lebih terjangkau,” kata Awalil.
Namun, dua faktor tersebut saja tidak cukup bagi investor asing. Mereka juga mempertimbangkan faktor lain, seperti konsistensi kebijakan pemerintah dan prakiraan nilai tukar rupiah, mengingat mereka berinvestasi dalam valuta asing dan menjual rumah dengan harga rupiah,” tambah Awalil.
Pilihan Editor: Maruarar Sirait soal Bantuan Konglomerat dalam Proyek 3 Juta Rumah