Ragamutama.com Balapan MotoGP Prancis 2025 dianggap kacau karena membuat banyak pembalap kecelakaan di tengah balapan basah di Sirkuit Le Mans, Minggu (11/5/2025).
Terlepas dari banyak drama, pengamat MotoGP, Carlo Pernat mengkritisi penanganan Race Direction terhadap balapan tersebut.
“Race Direction, nol. Bagaimana mungkin tidak menunda start dengan apa yang terjadi, dengan hujan ringan, setengah kering, setengah basah?” kata Pernat dilansir RAGAMUTAMA.COM dari MotoSan.
“Yang dibutuhkan hanyalah penundaan sepuluh menit dan semua pembalap akan mengenakan ban untuk hujan dan balapan akan menjadi normal.”
“Balapan yang sangat mengejutkan karena keputusan yang dibuat oleh manajemen balapan, hukuman double long lap, pergantian motor, dan pit stop berturut-turut—suatu aib, terutama bagi keselamatan para pembalap.
“Itu adalah tontonan yang buruk, tidak layak untuk kejuaraan dunia, bahkan kejuaraan amatir.”
“Zarco membawa Honda ke level yang tidak pernah dibayangkan siapa pun.”
Namun, itu tidak mengurangi kemenangan Zarco.
“Pada akhirnya, Zarco tampil memukau di rumah sendiri. Ia menang dengan gaya, memperoleh keuntungan besar atas Marc Marquez,” ucap mantan manajer Valentino Rossi itu.
“Hanya saja, jika Ducati menang di sini, itu akan menjadi rekor 23 kemenangan berturut-turut, mengalahkan Honda sendiri. Zarco yang hebat, ia membawa Honda ke level yang tidak pernah dibayangkan siapa pun.”
Finis kedua adalah Marquez, sementara Francesco Bagnaia gagal finis.
“Seorang Marquez yang menguasai balapan, unggul 13-14 detik. Mungkin menguasai adalah kata yang salah,” ujar Pernat.
“Namun, Marquez ini tidak boleh membuat kesalahan lagi seperti dua kecelakaan di Austin dan Jerez. Dia melakukannya dengan baik,” katanya.
1 Kelebihan Bikin Luca Marini Disukai Bos Honda, Adik Valentino Rossi Punya Daya Tawar meski Kursi Diancam 3 Jagoan MotoGP
Hasil ini ditambah dengan kecelakaan Alex Marquez dan Bagnaia, memberi Marquez lebih sedikit kelonggaran dalam perebutan gelar.
“Sekarang Kejuaraan Dunia, sejujurnya, telah mengambil arah tertentu. Marquez adalah orang yang harus dikalahkan,” ucap Pernat.
“Saudaranya bisa menjadi saingannya. Bagnaia, sayangnya, tidak lagi ada di sana pada level psikologis.”
“Setidaknya itulah yang saya pikirkan, atau setidaknya 70 persen darinya bersifat psikologis. Memiliki Marquez begitu dekat dengan Anda, tiga meter jauhnya, sungguh luar biasa, sesuatu yang sangat sulit untuk dikendalikan.”
Pernat juga memuji sikap Marquez di pit Ducati.
“Ia sudah selaras dengan Ducati, dengan Dall’Igna, dengan tim. Ia menang dan tersenyum. Saya selalu mengatakan itu tentang Valentino (Rossi) tentang Marquez: orang yang selalu tersenyum, selalu menang,” tutur Pernat.
“Karena pada dasarnya, ini adalah olahraga dan menyenangkan. Saat menjadi pekerjaan, Anda sudah kalah.”
Sisi lain dari koin tersebut adalah Fabio Quartararo, yang meskipun memulai dari posisi terdepan mengalami kecelakaan.
“Ini memalukan bagi Quartararo, tetapi menurut saya, ia terlalu bersemangat. Ia membalap melebihi apa yang diizinkan Yamaha,” ujar Pernat.
“Namun, ia melakukannya dengan baik, karena pada akhirnya itu adalah Grand Prix kandangnya, dan kegagalan seperti itu tentu akan membuatnya sangat menyesal, juga secara mental.”
“Tetapi, ini adalah Grand Prix yang sangat aneh, Grand Prix yang menurut saya bahkan akan dibatalkan, karena Anda tidak melihat nilai sebenarnya dengan cara itu.”
Ducati Ingin Kerja Sama untuk Kembalikan Senyum di Wajah Francesco Bagnaia, Marc Marquez Selamatkan Wajah Tim