Maraton 366 Hari, Bagaimana Kondisi Jantung Hugo Farias Sekarang?

- Penulis

Sabtu, 31 Mei 2025 - 16:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hugo Farias: Menembus Batas Manusia dengan 366 Maraton Harian dan Misteri Jantung yang Tak Tergoyahkan

Menjalani hobi dengan disiplin tinggi setiap hari selama setahun penuh adalah tantangan tersendiri, tak peduli apakah itu melukis, merawat tanaman, atau merajut. Namun, bagi Hugo Farias, ambisinya jauh melampaui itu: menaklukkan jarak maraton penuh, 42,195 kilometer, setiap hari selama 366 hari berturut-turut. Sebuah pencapaian yang membawanya masuk dalam daftar pemegang rekor dunia Guinness World Records.

Pria berusia 45 tahun ini menghabiskan 22 tahun masa hidupnya berkarier sebagai manajer eksekutif proyek teknologi berskala besar di sektor swasta. Keputusan drastis untuk mundur dari profesinya dan beralih fokus ke olahraga ekstrem berawal dari ketidaknyamanan batin yang kian memuncak. “Ada suatu masa ketika saya berhenti dan berpikir: apakah saya dilahirkan ke dunia hanya untuk ini? Mengulangi rutinitas ini selama 35 atau 40 tahun?” kenang Farias kepada BBC Brasil. “Sejak kecil kita diajari: pilih karier sebelum usia 18, masuk ke pasar kerja, mencari kestabilan, membangun keluarga, mempersiapkan masa pensiun.”

Namun, Farias merasa yakin ia bisa melakukan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang inspiratif. Sosok navigator Brasil, Amir Klink, yang pernah menyeberangi Atlantik Selatan dengan mendayung pada tahun 1984, menjadi pemicu inspirasinya. Farias merasa dapat mencontoh perjalanan idolanya dan menciptakan sejarahnya sendiri. “Tapi, alih-alih berlayar, saya akan berlari,” tekadnya. Setelah melakukan riset, Farias menemukan bahwa atlet Belgia, Stephen Engels, telah berhasil berlari 365 maraton dalam setahun. Ia pun memutuskan untuk melampauinya dengan satu hari tambahan.

“Jujur saja saya bukanlah seorang atlet hebat. Saya baru mulai berlari pada tahun 2019 dan baru mengikuti satu maraton,” ujar Farias merendah. “Namun, keinginan untuk memberikan dampak terus tumbuh dalam diri ini.”

Persiapan Matang dan Dukungan Sains

Dengan tujuan yang begitu ambisius, Farias menyusun perencanaan matang selama delapan bulan, menyadari pentingnya logistik, pelatihan fisik, dukungan keluarga, dan bantuan profesional. “Saya tahu saya tidak bisa melakukannya sendiri,” jelasnya. Ia mengumpulkan tim multidisiplin yang terdiri dari dokter, pelatih olahraga, fisioterapis, dan psikolog. Salah satu institusi vital yang diundang ke dalam proyek ini adalah Institusi Jantung Universitas Sao Paulo, atau InCor, salah satu institusi jantung terkemuka di Brasil.

Farias mengajukan permintaan kepada InCor untuk mendampinginya selama tantangan maraton berlangsung. Ia ingin kontribusinya bukan hanya sekadar rekor, tetapi juga menghasilkan sumbangsih ilmiah: InCor dapat meneliti bagaimana jantungnya bereaksi terhadap beban fisik ekstrem ini. Beruntung, InCor bersedia terlibat.

Pada tanggal 28 Agustus 2023, Farias berhasil merampungkan tantangan luar biasa ini. Ia menghabiskan sekitar 1.590 jam untuk menempuh total 15.569 kilometer, sebuah pencapaian fenomenal yang mengukuhkannya sebagai pemegang rekor dunia Guinness World Records untuk maraton berturut-turut.

Misteri Jantung Hugo Farias: Sebuah Studi Ilmiah Revolusioner

Bagaimana jantung Farias bertahan setelah maraton setiap hari selama lebih dari setahun? Maria Janieire Alves, ahli jantung dan peneliti yang terlibat dalam studi tersebut, menjelaskan bahwa pemantauan Farias berkembang menjadi proyek penelitian etis yang krusial. “Ini adalah cara yang tepat dan aman untuk melakukan hal seperti ini, terutama jika ini adalah proyek inovatif, belum pernah dilakukan siapa pun, dan dapat memiliki dampak relevan pada jantung,” ujarnya.

Penelitian dimulai dengan evaluasi pra-partisipasi olahraga. Fokus utama InCor adalah “seberapa banyak dia berlari daripada seberapa cepat dia berlari” demi memastikan Farias menyelesaikan tantangan tanpa masalah jantung. Selama maraton, pemantauan ketat dilakukan melalui tes darah untuk tanda kerusakan otot jantung (miokard), USG jantung (ekokardiogram), dan tes fungsi jantung paru. Farias menjalani evaluasi bulanan dengan tes beban untuk mengukur kemampuannya berolahraga, serta USG jantung setiap tiga bulan untuk mengamati adaptasi jantungnya terhadap latihan berat.

Baca Juga :  Inter Milan vs PSG: Jersey Sakral Jadi Andalan di Final Liga Champions

Hasil studi yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah *Brazilian Archives of Cardiology* mengejutkan. Menurut Alves, kesimpulan studi menunjukkan bahwa meskipun Farias berlatih dengan frekuensi dan volume yang sangat tinggi, tidak ditemukan perubahan pada penanda troponin, indikator kerusakan otot jantung. “Itu adalah penemuan utama dari penelitian ini. Jantung bisa saja beradaptasi dengan beban latihan atletik yang sangat banyak, asalkan intensitasnya moderat,” jelas Alves.

Filippo Savioli, ahli jantung olahraga yang tidak terlibat dalam penelitian, menyebut hal paling menarik dari studi ini adalah jantung Hugo tidak mengalami perubahan abnormal, padahal ia menjalani tantangan fisik yang sangat berat dan berturut-turut. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tubuh Farias menyesuaikan diri dengan olahraga ini secara alami dan sehat, bukan karena penyakit. “Ini membuktikan bahwa jantung atlet terlatih bisa menolerir tekanan yang sangat berat, asalkan latihannya tidak terlalu berat dan ada waktu istirahat yang cukup,” paparnya.

Savioli menjelaskan kunci keberhasilan ini: Farias berlari dengan kecepatan sedang, dengan rata-rata detak jantung 140 kali per menit (bpm), yaitu sekitar 70-80% dari batas maksimal detak jantung sesuai umurnya. “Ini membuat Farias tetap dalam batas aman. Tubuhnya masih bisa menggunakan oksigen dan menghasilkan energi dengan seimbang,” kata Savioli. Berlari dengan kecepatan ini, meskipun dengan volume tinggi, mengurangi risiko kerusakan jantung seperti peradangan, bekas luka, atau gangguan irama jantung. Savioli memperingatkan, efeknya justru bisa buruk jika Farias berlari dengan intensitas tinggi, karena latihan berat dalam waktu lama dapat meningkatkan risiko pengerasan otot jantung dan gangguan irama jantung.

Pimpinan InCor, Roberto Kalil Filho, menegaskan bahwa studi jantung Farias adalah bukti kuat bahwa olahraga rutin merupakan cara yang aman dan sangat baik untuk jantung serta mencegah penyakit, “asalkan caranya benar dan dipantau.” Hugo sendiri tidak menyangka tubuhnya bisa beradaptasi dengan latihan seberat ini. “Ini memang laporan ilmiah tentang satu orang saja. Namun, bagi saya, ini menunjukkan betapa hebatnya kemampuan tubuh manusia,” katanya.

Kendati demikian, Savioli memperingatkan dengan tegas bahwa mencoba hal serupa tanpa persiapan matang dan pengawasan dokter sangatlah berbahaya. “Risikonya besar dan tidak disarankan,” tegasnya, mengingatkan akan potensi gangguan irama jantung, peradangan, atau bahkan kematian mendadak jika seseorang melakukan tantangan fisik ekstrem tanpa perencanaan dan pemantauan yang tepat.

Mental Baja dan Segudang Tantangan

Sebagai seorang ayah dari dua anak, Farias mengatur harinya sedemikian rupa agar tetap dapat meluangkan waktu bagi keluarganya. Ia memulai perjalanan maratonnya setiap pagi, dan memanfaatkan sisa hari untuk pemulihan fisik serta penguatan otot. Sebagian besar dari 366 maraton yang dilakoninya mengambil rute yang sama di kota Americana, wilayah pedalaman São Paulo.

Farias memiliki alasan kuat di balik pilihannya. “Saya memilih rute yang itu-itu saja karena beberapa pertimbangan. Pertama, secara mental saya sudah hafal medannya, setiap tanjakan dan tikungannya. Kedua, saya tahu persis letak titik untuk berhenti dan minum,” ujarnya. “Selama setahun penuh berlari, tentu ada kalanya kita perlu berhenti sejenak.” Namun, aksesibilitas menjadi pertimbangan terpenting di balik alasan rute Farias. “Saya ingin menginspirasi orang, dan dengan rute yang tetap, mereka jadi tahu kapan dan di mana bisa bertemu dengan saya.” Benar saja, lebih dari 5.000 orang silih berganti mengikuti perjalanan panjang Farias, berlari bersamanya.

Sebelum memulai tantangan, Farias melakukan analisis risiko komprehensif, memetakan potensi cedera, kemungkinan tertabrak, hingga potensi masalah keluarga. “Semua kemungkinan itu saya petakan, dan saya siapkan rencana tindakan untuk menghadapinya,” jelasnya.

Baca Juga :  Pelatih PSG Sindir Liga Inggris Usai Dominasi di Champions?

Selama setahun penuh berlari maraton setiap hari, Farias menghadapi berbagai cobaan. Mulai dari cuaca ekstrem seperti suhu dingin, panas, dan hujan, hingga lalu lintas yang ramai dan truk yang melintas dekat. Ia juga mengalami cedera dan tiga episode diare, yang terparah membuatnya kehilangan berat badan 4 kg. “Saat itu, saya perlu menyesuaikan diet dan asupan cairan. Namun, saya tidak berhenti,” katanya. Pada maraton ke-120, Farias mengalami *plantar fasciitis*, peradangan menyakitkan di telapak kaki yang lazim bagi pelari jarak jauh. Kemudian, di sekitar maraton ke-140, Farias merasakan *pubalgia*, cedera pada area selangkangan yang memengaruhi tendon dan otot perut bagian bawah serta paha bagian dalam. “*Pubalgia* adalah salah satu fase terberat. Cederanya sangat menyakitkan. Namun, karena saya tidak bisa berhenti total, saya melakukan pemulihan aktif,” ujarnya. Selama lima hari, Farias berjalan kaki 10 jam sehari sembari mengompres es di bagian selangkangannya. Setelah itu, Farias kembali berlatih secara bertahap, mulai dari berjalan, joging, hingga akhirnya mampu berlari maraton lagi.

Selain persiapan fisik, aspek psikologis juga menjadi perhatian utama Farias. “Saya meninggalkan karier yang mapan untuk sesuatu yang sepenuhnya tidak pasti. Tentu saja ini menimbulkan kecemasan dan rasa tidak aman. Karena itu, dukungan dari seorang profesional dengan pandangan objektif sangat membantu untuk meringankan beban mental dan menjaga fokus,” tuturnya.

Masa Depan dan Warisan Inspirasi

Dua tahun pasca-proyek 366 hari maratonnya, Farias menulis buku tentang pengalamannya dan terus mengikuti maraton serta ultramaraton lainnya. Kini, Farias merencanakan tantangan yang lebih ambisius: menjadi orang pertama yang berlari melintasi seluruh Benua Amerika, dari Prudhoe Bay di Alaska hingga Ushuaia di Tierra del Fuego. “Idenya adalah untuk menempuhnya dalam 10 bulan, 300 hari, yang berarti rata-rata 85 kilometer setiap harinya,” jelasnya.

Farias juga berkeinginan untuk mendokumentasikan perjalanannya ini dalam sebuah film, bukan hanya untuk catatan pribadi, tetapi untuk menginspirasi generasi mendatang. Saat ini, ia masih mencari sumber daya untuk mewujudkan kru film dan *motorhome* yang memadai. “Tujuan utama saya adalah untuk meningkatkan kesadaran global tentang manfaat aktivitas fisik dan membuktikan bahwa manusia memiliki kemampuan yang luar biasa,” ujarnya. Ia menyimpulkan, “Memang tidak semua orang perlu berlari maraton setiap hari, tetapi setiap orang perlu benar-benar percaya pada potensi diri mereka.”

*(Grafis oleh Caroline Souza, Tim Jurnalisme Visual BBC Brasil.)*

* ‘Saya dianiaya mantan pacar sampai kehilangan sebelah mata dan harus berkursi roda’ – Kesaksian Tracy Otto, atlet panahan Paralimpiade Paris 2024
* Kisah Majed Abu Maraheel, atlet pertama yang membawa bendera Palestina pada Olimpiade 1996
* Tania Zeng, perempuan 58 tahun penjual mebel yang jadi atlet Olimpiade

* Jalan-jalan di hutan bisa jadi obat penawar kesepian
* Olahraga dua jam seminggu dapat mengubah hidup Anda, apa rahasianya?
* Lima cara agar tidur lebih nyenyak dan berkualitas

* Kematian pebulu tangkis Zhang Zhijie jadi ‘tamparan’ bagi Indonesia – Penanganan cepat apa yang harus dilakukan?
* Makin banyak kaum muda Indonesia kena serangan jantung, apa saja penyebabnya?
* Atlet tiba-tiba ambruk, apa yang dapat menyebabkan henti jantung?

* Antivenom ‘luar biasa’ dibuat berkat pria AS yang digigit ular lebih dari 200 kali
* Saat manusia berolahraga, bagaimana proses pembakaran lemak terjadi?
* Pil vitamin dan berenang di air dingin, bisakah meningkatkan sistem kekebalan tubuh?

Berita Terkait

Dokter Umum Bisa Caesar, Efektifkah? Fasilitas Jadi Sorotan!
Tragedi Longsor Cirebon: 17 Meninggal, 8 Pekerja Tambang Hilang
Jakarta Hujan Sore Ini? Cek Prakiraan BMKG Terbaru!
Gunung Karang: Pendakian Atap Banten, Jalur & Tips 2024
Yuni Shara & Praz Teguh Duet Romantis, Album Kompilasi Terbaru!
Tragis! 3 WNI Tersesat di Gurun Saudi, Nekat Masuk Makkah, 1 Tewas
Gita Cinta dari SMA: Nostalgia Eddy D Iskandar, Buku Jadi Film
Gita Cinta dari SMA: Kisah Eddy D Iskandar, Buku ke Film Ikonik

Berita Terkait

Minggu, 1 Juni 2025 - 14:52 WIB

Dokter Umum Bisa Caesar, Efektifkah? Fasilitas Jadi Sorotan!

Minggu, 1 Juni 2025 - 12:58 WIB

Tragedi Longsor Cirebon: 17 Meninggal, 8 Pekerja Tambang Hilang

Minggu, 1 Juni 2025 - 09:52 WIB

Jakarta Hujan Sore Ini? Cek Prakiraan BMKG Terbaru!

Minggu, 1 Juni 2025 - 07:22 WIB

Gunung Karang: Pendakian Atap Banten, Jalur & Tips 2024

Minggu, 1 Juni 2025 - 05:58 WIB

Yuni Shara & Praz Teguh Duet Romantis, Album Kompilasi Terbaru!

Berita Terbaru

finance

Milenial Kuasai Pasar Saham, Ini Buktinya!

Senin, 2 Jun 2025 - 01:37 WIB