Luar Biasa! Diego Yanuar Taklukkan Marathon Gurun Sahara 250 KM Hanya Bersandal

- Penulis

Sabtu, 19 April 2025 - 11:36 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com  Diego Yanuar, seorang pelari Indonesia, telah mencapai prestasi luar biasa dengan menyelesaikan Marathon des Sables, sebuah ultramarathon sejauh 270 kilometer di Gurun Sahara, Maroko. Yang menakjubkan, ia berhasil melakukannya hanya dengan mengenakan sepasang sandal.

Bagi Diego, berlari bukanlah sekadar tantangan fisik, melainkan juga sebuah perjalanan meditatif. Ia berupaya merasakan koneksi dengan nenek moyangnya, memahami bagaimana manusia berevolusi dan berinteraksi dengan lingkungan.

“Saya ingin merasakan sentuhan tanah, udara yang saya hirup, panasnya matahari, dan rasa sakitnya—pengalaman-pengalaman yang sama seperti yang dialami leluhur kita selama proses evolusi,” jelas Diego kepada Kompas.com dalam wawancara daring, Kamis (17/4/2025).

Sebelum menaklukkan Marathon des Sables, Diego telah membuktikan kemampuannya sebagai pelari ulung dengan menyelesaikan ratusan kilometer lintasan lari.

Ia juga sukses menyelesaikan BTS100 Ultra, sebuah ultramarathon di kawasan Bromo Tengger Semeru.

Berawal dari ajakan teman, Diego memutuskan untuk menerima tantangan baru ini dan berlari menuju garis finish Marathon des Sables.

“Saya mengenal Marathon des Sables sejak kecil, sering menontonnya di National Geographic. Namun, saat itu, di usia 13-14 tahun, itu terasa seperti mimpi yang mustahil,” kenangnya.

Setelah menetapkan Marathon des Sables sebagai target, Diego melakukan riset intensif dan meyakini bahwa ia mampu menaklukkannya.

Ragamutama.comnyeluruh: Fisik, Medis, dan Logistik

Diego menjelaskan betapa detailnya persiapan yang ia lakukan sebelum berangkat ke Maroko, meliputi aspek fisik, medis, dan logistik.

“Ada persyaratan ketat, misalnya membawa 2.000 kalori makanan per hari, atau akan dikenakan penalti. Surat keterangan medis lengkap, termasuk hasil EKG, juga wajib,” jelasnya.

Setiap asupan kalori harus diperhitungkan dengan cermat, baik untuk makan siang, camilan, maupun makan malam.

“Di Sahara, mereka memeriksa kalori makanan kita. Ini penting karena aktivitasnya sangat menguras energi,” ujar Diego.

Untuk minuman, setiap peserta menerima lima liter air saat tiba di lokasi, dan dapat mengisi ulang di checkpoint.

Awalnya, Diego membawa ransel seberat 13 kilogram dengan cadangan kalori 3.500 per hari.

Baca Juga :  Lionel Messi Ungkap Guardiola Aneh dan Pengaruhnya pada Sepak Bola

Namun, setelah tiba di Gurun Sahara dan berdiskusi dengan sesama peserta, ia berhasil mengurangi beban hingga dua kilogram.

“Di Sahara, saya bertukar pikiran dengan peserta lain di tenda. Mereka memberi saran tentang barang-barang yang penting dan tidak perlu dibawa,” tuturnya.

Beberapa barang yang akhirnya ia singkirkan antara lain kompor, tisu, dan bekal makan siang.

Peserta Marathon des Sables dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, sekitar delapan orang per kelompok.

Setiap kelompok menggunakan tenda Berber, tenda tradisional suku Sahara.

“Saya satu tenda dengan pelari Indonesia lainnya, Irjen Jayadi,” kata Diego.

Selain persiapan logistik, persiapan fisik juga krusial. Diego menekankan bahwa persiapannya bukan hanya latihan intensif menjelang marathon, melainkan gaya hidup aktif sehari-hari.

“Karena baru menyelesaikan BTS 170 kilometer, saya masih memiliki stamina yang cukup. Saya menjaga kebugaran dengan tetap aktif dalam keseharian,” jelasnya.

Aktivitas rutinnya meliputi bersepeda ke kantor (20-22 kilometer), berjalan kaki saat berbelanja, bermain sepeda bersama anak, dan jalan kaki di taman.

“Saya lebih mengutamakan gaya hidup aktif daripada program latihan yang kaku,” tegasnya.

Namun, ia tetap melengkapi persiapan dengan short run, long run, dan latihan angkat beban untuk memperkuat otot dalam membawa logistik.

Ragamutama.commilih Sandal

Diego pertama kali berlari dengan sandal pada tahun 2016, bahkan saat bersepeda dari Belanda ke Indonesia.

Keputusan ini berawal dari cedera kaki akibat penggunaan sepatu.

“Setelah cedera, saya banyak membaca tentang lari, gerakan alami (natural movement). Akhirnya, saya memilih natural running, yang selaras dengan cara manusia bergerak secara alami sepanjang evolusi,” jelasnya.

Dikagumi karena Menggunakan Sandal

Sebagai satu-satunya pelari yang menggunakan sandal di Gurun Sahara, Diego merasa seperti selebriti di hari pertama.

Baca Juga :  Konser di Jakarta, Seungkwan SEVENTEEN Mendadak Puji Atlet Voli Megawati

“Saya seperti superstar, kecuali bagi panitia yang mungkin khawatir terjadi sesuatu pada saya. Mereka menyarankan saya untuk menggunakan sepatu. Namun, saya percaya diri dengan kemampuan dan pengalaman saya, sehingga tahu batas kemampuan saya,” katanya.

Peserta dan relawan lain mengagumi dan mengapresiasi pilihan Diego.

Seorang peserta dari Spanyol bahkan menjulukinya “Si Kambing” karena kelincahannya berlari.

Meski ringan, ada tantangannya, terutama tanaman berduri di Gurun Sahara.

“Saya mengira hanya ada pasir dan batu, ternyata ada tanaman berduri. Jadi, sementara pelari lain baik-baik saja, saya yang kesakitan karena tidak memakai sepatu,” katanya.

Luka lecet di kaki merupakan musuh utama pelari marathon. Banyak yang terpaksa berhenti karena hal ini.

Namun, berkat sandal yang dikenakannya, Yanuar berhasil menyelesaikan marathon dengan kaki dan tubuh yang aman.

Diego sempat khawatir sandalnya akan putus atau rusak.

“Pasirnya sangat lembut. Setiap langkah, saya harus mengangkat kaki dengan menarik tali sandalnya. Jadi, tali sandal sangat berperan,” katanya.

Mencapai Garis Finish dengan Aman

Meskipun ada beberapa kendala kecil, Diego berhasil mencapai garis finish dengan selamat.

“Tidak ada kendala serius, hanya beberapa perbaikan kecil pada tas saya,” katanya.

Ia menaklukkan 250 kilometer Gurun Sahara dalam waktu 40 jam 40 menit.

“Saat berlari tanpa alas kaki, saya merasakan sensasi yang pernah ada, lalu hilang, dan kemudian kembali. Rasanya seperti koneksi dengan masa lalu, luar biasa,” tuturnya.

Pengalaman marathon dengan sandal ini juga sarat emosi.

Diego awalnya berencana untuk merekam perjalanannya, namun akhirnya menyimpan kamera dan memilih untuk menikmati setiap momen dan langkah menuju garis finish.

“Saya ingin merasakan momennya secara penuh, jadi kamera lebih banyak di dalam tas. Saya ingin berlari dan merasakan setiap langkah, ada beberapa saat yang sangat emosional,” pungkasnya.

Berita Terkait

Proliga 2025: LavAni Belajar dari Mimpi Buruk Final Four
Israel Adesanya: Saya Menciptakan Monster di UFC!
Chelsea Women Raih Gelar Juara Liga Inggris Wanita 2024/2025!
Ruben Amorim Ungkap Kunci Sukses Gyokeres di Tengah Rumor Manchester United
Popsivo Polwan Tunduk Dua Kali di Final Four Proliga 2025: Megawati Cs Tak Berdaya
Sudirman Cup 2025: Fikri/Daniel Bawa Indonesia Juara Grup, Taklukkan Denmark
Bos UFC Putuskan Masa Depan Chimaev dalam Perebutan Gelar Juara
Liga Champions: Hasil Lengkap Semifinal Leg Pertama & Jadwal Leg Kedua

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:19 WIB

Proliga 2025: LavAni Belajar dari Mimpi Buruk Final Four

Kamis, 1 Mei 2025 - 14:19 WIB

Israel Adesanya: Saya Menciptakan Monster di UFC!

Kamis, 1 Mei 2025 - 14:15 WIB

Chelsea Women Raih Gelar Juara Liga Inggris Wanita 2024/2025!

Kamis, 1 Mei 2025 - 14:03 WIB

Ruben Amorim Ungkap Kunci Sukses Gyokeres di Tengah Rumor Manchester United

Kamis, 1 Mei 2025 - 13:43 WIB

Popsivo Polwan Tunduk Dua Kali di Final Four Proliga 2025: Megawati Cs Tak Berdaya

Berita Terbaru

sports

Proliga 2025: LavAni Belajar dari Mimpi Buruk Final Four

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:19 WIB

technology

Xiaomi Poco F7 Ultra vs iPhone 14: Adu Spesifikasi, Harga Sama!

Kamis, 1 Mei 2025 - 14:55 WIB