Kinerja Emiten LQ45 di Paruh Pertama 2025: Kurang Impresif Namun Siap Membaik di Paruh Kedua, Sektor Perbankan dan Properti Menjanjikan
Meski target kinerja masih tercapai, perjalanan emiten yang tergabung dalam indeks LQ45 di paruh pertama tahun 2025 dinilai kurang memuaskan. Namun, harapan cerah membayangi paruh kedua tahun ini, di mana performa mereka diprediksi akan mengalami perbaikan signifikan. Per Kamis, 12 Juni 2025, indeks LQ45 tercatat turun 2,27% secara *year to date* (ytd), sebuah kontras dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil naik 1,76% ytd pada periode yang sama.
Ahmad Iqbal Suyudi, seorang Investment Analyst dari Edvisor Profina Visindo, mengungkapkan bahwa secara umum, kinerja emiten LQ45 sesuai dengan ekspektasi. Hal ini terutama berlaku bagi saham-saham dengan bobot indeks yang tinggi, seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), yang selalu menjadi sorotan utama pasar saham Indonesia.
Lebih lanjut, laporan keuangan kuartal I 2025 menunjukkan hasil yang bervariasi dari ketiga bank besar tersebut. Pendapatan BBCA berhasil tumbuh 5,95% secara tahunan (*year on year/yoy*), diikuti BBRI dengan kenaikan 1,85% yoy, dan BMRI yang mencatat pertumbuhan paling solid sebesar 12,27% yoy. Sementara itu, laba bersih BBCA melonjak 9,83% yoy, dan BMRI naik 3,9% yoy. Namun, BBRI justru mengalami penurunan laba bersih sebesar 13,93% yoy.
Penurunan laba bersih BBRI, menurut Iqbal, disebabkan oleh tingginya *cost of fund* dan biaya provisi yang dibukukan. Meskipun demikian, secara keseluruhan, hampir seluruh emiten LQ45 berhasil mencetak pertumbuhan penjualan. Bahkan, lebih dari separuh konstituen indeks ini juga membukukan peningkatan laba bersih, menunjukkan ketahanan fundamental di tengah tantangan pasar.
Salah satu emiten yang paling menonjol adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), yang mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 203,35% yoy dan laba bersih fantastis 794,05% yoy. Kinerja impresif ini didukung oleh kenaikan harga emas yang signifikan. Selain ANTM, sektor perbankan secara serempak menunjukkan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih, kecuali BBRI yang mengalami kendala seperti dijelaskan sebelumnya.
Iqbal menjelaskan bahwa sentimen yang menggerakkan saham-saham LQ45 sangat dipengaruhi oleh dinamika global dan domestik. Isu-isu seperti perkembangan perang dagang, tensi geopolitik, lingkungan kebijakan moneter yang ketat, dan proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global menjadi faktor-faktor utama yang mempengaruhi pergerakan indeks.
Namun, ada kabar baik. Dengan mulai meredanya tensi perang dagang, adanya potensi perpanjangan *tariff pause*, serta tren kebijakan moneter bank sentral global yang mulai melonggar, kinerja emiten LQ45 berpotensi besar untuk membaik di sisa tahun 2025. Iqbal menambahkan bahwa sinyal-sinyal positif ini bahkan sudah mulai di-*priced-in* atau tercermin dalam harga saham emiten yang terdaftar pada indeks LQ45.
Melihat sentimen pelonggaran moneter yang akan datang, sektor perbankan dan properti dinilai sangat menarik untuk dicermati oleh para investor. Berdasarkan analisisnya, Iqbal merekomendasikan “beli” untuk saham BBCA dengan target harga Rp 10.500 per saham, BMRI dengan target Rp 6.300 per saham, dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dengan target harga Rp 1.200 per saham. Ini menandakan optimisme terhadap prospek saham-saham unggulan di sektor-sektor tersebut pada paruh kedua tahun ini.