Kabar baik berhembus dari lantai bursa bagi para investor ritel. Bursa Efek Indonesia (BEI) secara aktif mengkaji kemungkinan untuk mengurangi jumlah lembar saham dalam satuan lot. Saat ini, satu lot saham setara dengan 100 lembar. Namun, wacana ini mengarah pada angka yang lebih kecil, menjanjikan peningkatan inklusivitas dan aksesibilitas bagi masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal.
Langkah strategis ini diungkapkan oleh Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, sebagai bagian integral dari upaya pendalaman pasar dan peningkatan likuiditas bursa. Jeffrey menegaskan, “Penyesuaian lot ini merupakan bagian dari konteks bagaimana kita melakukan pendalaman pasar, bagaimana kita meningkatkan likuiditas, bagaimana kita memberikan kemudahan akses lebih kepada masyarakat, dan bagaimana kita meningkatkan inklusivitas kita.” Pernyataan tersebut disampaikan usai acara Sharia Investment Week di Kantor BEI, Jakarta, Kamis (19/6) lalu.
Jeffrey lebih lanjut memaparkan bahwa arah kajian paling rasional adalah penurunan jumlah lembar per lot. Ia juga mengacu pada tren global, di mana “Yang paling rasional adalah itu. Dan kalau kita melihat tren yang ada di global, kalau ada perubahan, yang paling memungkinkan adalah turun, bukan naik.” BEI bahkan merujuk pada praktik di bursa-bursa regional dan internasional. Contohnya, beberapa bursa global telah menerapkan ukuran lot yang jauh lebih kecil, seperti 50 lembar per lot, bahkan ada yang hanya 1 lembar per lot, seperti yang berlaku di bursa London dan Korea Selatan.
Meskipun demikian, implementasi perubahan ini diperkirakan tidak akan terjadi dalam waktu dekat, setidaknya tidak pada tahun ini. Prioritas BEI saat ini terfokus pada proses implementasi sistem perdagangan baru. “Kelihatan enggak. Karena kan kita sedang dalam proses implementasi sistem perdagangan baru. Jadi *resource* kita saat ini, tahun ini mungkin akan fokus di situ. Tetapi kajian itu tetap jalan,” jelas Jeffrey. Ini menegaskan komitmen BEI untuk terus melakukan studi mendalam terkait penyesuaian lot saham.
Lebih lanjut, Jeffrey menggarisbawahi bahwa rencana penyesuaian ukuran lot saham ini secara spesifik ditujukan untuk menjangkau segmen investor ritel, khususnya generasi muda. Ia menambahkan bahwa perubahan ini diperkirakan tidak akan berdampak signifikan bagi investor asing, mengingat mereka umumnya memiliki kapasitas finansial dan akses pasar yang lebih luas.
Sebagai informasi, ini bukan kali pertama BEI menyesuaikan ukuran lot saham. Sejak tahun 2014, BEI telah menetapkan satu lot saham setara 100 lembar, menggantikan aturan sebelumnya yang menetapkan satu lot terdiri dari 500 lembar saham. Jika wacana ini terealisasi, ini akan menjadi langkah progresif lainnya dalam mempermudah akses investasi bagi masyarakat Indonesia dan mendorong pertumbuhan pasar modal yang lebih inklusif.