Bos Tottenham Hotspur, Daniel Levy, baru-baru ini menyuarakan pandangannya mengenai berbagai perselisihan hukum yang sedang dihadapi Manchester City dengan Liga Inggris. Perbincangan menarik ini terungkap dalam sebuah podcast bersama legenda Manchester United, Gary Neville, di saluran YouTube The Overlap.
Manchester City dituduh telah melakukan lebih dari 100 pelanggaran terhadap peraturan keuangan Liga Inggris. Kasus besar ini berpotensi membawa dampak jangka panjang yang signifikan terhadap tatanan sepak bola Inggris secara keseluruhan. Klub asuhan Pep Guardiola ini pertama kali didakwa pada Februari 2023, namun putusan akhir diperkirakan baru akan keluar paling cepat Oktober tahun ini, untuk menentukan apakah City terbukti bersalah atau tidak.
Levy, yang dikenal sebagai salah satu petinggi Tottenham dengan pendekatan finansial yang sangat hati-hati, menyinggung topik sensitif ini dalam wawancara tersebut. Ia memulai dengan pernyataan bijak, “Saya pikir akan sangat tidak adil bagi saya untuk membicarakan klub lain di Liga Inggris.” Namun, ia melanjutkan dengan desakan, “Yang ingin saya katakan adalah bahwa proses tersebut saat ini sedang berlangsung, yang menurut saya sudah terlalu lama. Demi kebaikan sepak bola (Inggris), proses ini perlu diakhiri.”
Selain kasus pelanggaran finansial yang disebutkan, Manchester City juga terlibat dalam sengketa hukum terpisah dengan Liga Inggris terkait aturan Transaksi Pihak Terkait (APT). Peraturan ini dirancang khusus untuk mencegah klub-klub membuat perjanjian sponsor yang nilainya berlebihan atau tidak sesuai pasar. Klub kaya raya yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan, Wakil Presiden Uni Emirat Arab, ini masih berdebat dengan Liga Inggris, meyakini bahwa aturan tersebut melanggar prinsip-prinsip hukum publik.
Dalam isu APT ini, Levy menunjukkan keberpihakannya yang lebih tegas kepada Liga Inggris, terutama ketika masalah tersebut menjadi sorotan publik dan penggemar sepak bola di seluruh dunia. “Salah satu ancaman terbesar adalah sponsor dari pihak terkait,” ungkap pria berusia 63 tahun itu. “Itulah area yang harus dikontrol karena jika pada akhirnya ada klub yang dimiliki oleh negara, yang tidak menjadi masalah bagi saya, mereka dapat membuat kesepakatan dengan diri mereka sendiri. Itu bisa memberi mereka keunggulan kompetitif dibandingkan klub lain (di Liga Inggris) dan hal tersebut adalah area yang harus dipertimbangkan.”
Melalui pernyataannya, petinggi klub yang kerap menuai kontroversi ini juga ingin menegaskan bahwa Tottenham Hotspur mencapai posisinya sebagai tim terkaya kesembilan di dunia tanpa bantuan finansial eksternal. “Jika Anda melihat apa yang telah kami (Tottenham) lakukan, kami tidak memiliki seseorang yang menggelontorkan ratusan juta dolar ke klub, kami melakukannya sendiri,” Levy dengan bangga memaparkan.
Ia mengakhiri pernyataannya dengan menekankan semangat kewirausahaan yang diusung klubnya. “Kami telah berjiwa wirausaha dan telah meningkatkan pendapatan kami agar mampu bersaing sebaik mungkin di era sepak bola modern saat ini,” pungkas pebisnis kaya raya Inggris tersebut, menyoroti model keberlanjutan finansial Tottenham.