Lari Jadi Cuan: Fotografer Raup Puluhan Juta, Ini Rahasianya!

Avatar photo

- Penulis

Minggu, 1 Juni 2025 - 11:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jeli Melihat Peluang: Kisah Para Fotografer Lari yang Raup Cuan Fantastis dari Hobi Olahraga

Tren lari, baik sebelum beraktivitas, setelah pulang kerja, maupun saat akhir pekan, semakin meriah di Jakarta dan berbagai kota besar. Aktivitas sehat ini tak hanya menjadi gaya hidup, tetapi juga ladang cuan baru bagi para fotografer. Khususnya para pelari rekreasional, yang ingin mengabadikan momen berharga mereka untuk dibagikan di media sosial, menjadi pasar yang menjanjikan. Fenomena inilah yang dimanfaatkan Joko Siswanto, seorang fotografer olahraga jalanan, yang berhasil meraup pendapatan menggiurkan berbekal kemampuan otodidak dan kejeliannya.

Joko mulai menekuni profesi ini sejak pandemi COVID-19 melanda pada 2020/2021, ketika hobi lari dan sepeda melonjak popularitasnya di kalangan masyarakat urban. Tak ingin kehilangan peluang, Joko melakukan riset mendalam tentang fotografi olahraga, mempelajari strategi penjualan dan kondisi pasar dari para pendahulunya. Ia bersyukur akan peran vital media sosial yang menjadi wadah aktualisasi diri para pegiat olahraga, sekaligus etalase bagi karyanya.

Di awal merintis, Joko mengingat bagaimana ruas Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin dipenuhi pesepeda, dengan jumlah fotografer yang belum sebanyak sekarang. Para fotografer biasanya berkumpul di titik-titik strategis seperti Flyover Kuningan, Dukuh Atas Sudirman, Flyover TVRI, dan Simpang Susun Semanggi. Bagi Joko, memotret aktivitas lari dan bersepeda di Jakarta menjadi rutinitas harian yang membawa kejutan besar. “Alhamdulillah, awal mula memulai bisnis ini adalah sebuah kejutan besar bagi saya, karena omzet yang dihasilkan bisa mencapai puluhan juta rupiah setiap bulannya,” ungkap Joko kepada kumparan, Jumat (30/5).

Umumnya, satu foto dapat dijual seharga Rp 100.000, dengan penawaran diskon untuk pembelian dalam jumlah banyak. Joko dan rekan-rekannya kerap mengedukasi fotografer baru untuk tidak mematok harga terlalu murah. Mereka menekankan bahwa alat produksi seperti kamera dan laptop merupakan investasi mahal, sehingga hasil karya seharusnya dihargai sesuai kualitas dan investasi. Namun, seiring berjalannya waktu, omzet dari fotografi olahraga mulai mengalami penyusutan. Hal ini disinyalir karena pasar yang mulai jenuh dan membludaknya jumlah fotografer baru, terutama saat ajang besar seperti maraton atau *Car Free Day* (CFD), di mana lebih dari 200 fotografer jalanan bisa memadati Jalan Jenderal Sudirman.

Incar Event Lomba Lari karena Lebih Menguntungkan

Berbeda dengan Joko yang fokus pada fotografi harian, fotografer lain bernama Rizkiananda Chinta Cheppy memilih mengincar *event-event* lari besar yang umumnya diadakan pada Sabtu atau Minggu. Menurut pemilik akun Instagram @chintamoments ini, peluang pelari profesional maupun rekreasional untuk membeli foto di *event* jauh lebih besar dibandingkan foto harian. Untuk satu *event* lari saja, Chinta bisa mengantongi minimal Rp 1 juta. Bahkan, di ajang Bogor Run 2025 pada 11 Mei 2025, ia berhasil menjual 60 foto, meraup sekitar Rp 3 jutaan dengan harga Rp 50 ribu per foto.

Baca Juga :  Tipu Daya ART dan Sopir di Penjaringan: Kerja Sambil Kuras Harta Majikan untuk Beli Mobil dan Kebutuhan

Selain *road run* (lari di aspal), Chinta juga sering berpartisipasi dalam *race trail run*. Jenis *event* ini dinilainya lebih menantang karena medan yang sulit dijangkau, baik oleh pelari maupun fotografer, terutama jika acara diadakan 100 persen di area pegunungan seperti Siksorogo Lawu Ultra di Gunung Lawu, Jawa Tengah. Namun, tantangan itu sepadan dengan pengalaman memotret yang lebih dinamis. “Kalau foto *road*, ada kemungkinan fotografer hanya duduk di satu *spot* yang sama. Tapi kalau *trail*, dengan waktu yang cukup lama, gue bisa pindah-pindah dan bisa *ngejar* mereka di berbagai *spot*. Bahkan bisa pindah sampai 3 *spot*,” jelasnya.

Meski fotografi hanya pekerjaan sampingan bagi Chinta yang sehari-hari bekerja kantoran, ia mengakui profesi ini sangat menjanjikan seiring banyaknya *event* lari. Berdasarkan situs Kalender Lari, tercatat ada 42 *event* lari di Jakarta saja dari Januari hingga 9 November 2025, belum termasuk di Bogor dan kota-kota Jabodetabek lainnya. Chinta mengaku selektif dalam memilih *event*, hanya mengincar yang memiliki banyak peserta. Sejak rutin memotret di Bogor dan Jakarta, Chinta pernah meraup pendapatan tertinggi Rp 13 juta per bulan dari penjualan di Instagram atau platform Fotoyu. Tak berhenti di lari, ia bersama rekannya @bogormotret22, kini mulai merambah cabang olahraga lain seperti tenis dan golf, bahkan menerima proyek foto *private* atau korporasi.

Dari Driver Ojol Kini Raup Cuan dari Fotografi Lari

Tren olahraga luar ruangan yang menghasilkan cuan ini tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga merambah kota besar lain di Indonesia, salah satunya Bandung. Hal ini dibuktikan oleh Judi Tandoko, seorang fotografer olahraga di platform Fotoyu. Dengan hobi memotret yang sudah lama, Judi baru-baru ini terpapar fenomena fotografer olahraga jalanan dan mendaftar di Fotoyu. Ia kini rutin ‘nongkrong’ hingga empat kali seminggu di kawasan Dago Bawah, Bandung, mengabadikan momen para pegiat olahraga.

Profesi fotografi kini menjadi pekerjaan sampingan Judi selama empat bulan terakhir, di samping pekerjaannya sebagai pegawai swasta di toko kain. Sejak menekuni fotografi, Judi tidak lagi menjadi *driver* ojek online (ojol) karena pendapatan dari fotografi tidak jauh berbeda dan minim kelelahan. “Sebelumnya, setelah pulang kerja saya ambil beberapa jam untuk bekerja menjadi ojek online dengan penghasilan sekitar Rp 400.000 satu minggu, tapi dengan kondisi lelah saat pulang ke rumah, di platform ini pun saya bisa mendapatkan kurang lebih hasil yang sama dengan tidak terlalu kelelahan,” ungkapnya. Total omzet dari fotografi olahraga yang dikantongi Judi bisa mencapai kurang lebih Rp 100.000-500.000 setiap pekannya, dengan harga minimal Rp 35.000 per foto. Ia menjelaskan, “Keuntungan 90 persen dari harga foto, harga foto diatur komunitas agar harga tetap stabil dan semua pembeli membeli karena karya, bukan harga.”

Baca Juga :  BI Ungkap Fakta Uang Kertas Biru Rp 5.000 & Khasiat Air Rebusan Sirih!

Meski demikian, Judi mengakui adanya pro dan kontra terkait aktivitas jual beli foto, khususnya yang kini marak melalui aplikasi berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti Fotoyu. Fotoyu adalah *marketplace* dokumentasi personal yang menghubungkan fotografer dengan pengguna melalui teknologi AI, memudahkan pencarian foto di berbagai acara. “Saya sebagai fotografer dari platform Fotoyu sadar bahwa ada pro dan kontra terkait fenomena fotografer jalanan ini, ada yang merasa privasinya terganggu, ada juga yang merasa terbantu karena bisa mendapatkan pose foto bagus untuk dapat di-*post* di sosial media,” ujar Judi. Ia menilai hal ini merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari di era teknologi. Untuk mengatasi keberatan, Judi menyarankan pegiat olahraga yang tidak ingin difoto atau fotonya diunggah agar langsung meminta penghapusan atau memberikan tanda keberatan. “Fotografer memotret di ruang terbuka, bukan sembunyi-sembunyi, jadi jika ada yang keberatan difoto, bisa langsung minta hapus atau memberikan tanda dengan tangan,” jelas Judi.

Pelajar SMP yang Raup Cuan dari Fotografi Lari

Kisah inspiratif lainnya datang dari Albie Alfarizi Sembiring, seorang pelajar SMP berusia 15 tahun dari Kota Medan. Berawal dari hobi badminton, jalan Albie menuju dunia fotografi olahraga kini terbuka lebar. Siswa SMP Al Amjad ini awalnya hanya ingin mengasah *skill* memotret, namun tak disangka, keisengannya kini mampu meraup cuan. Pemuda ini mengisi libur akhir pekannya dengan merekam momen-momen pelari di Jalan Diponegoro, Kota Medan. “Awalnya enggak niat jualan ya, tapi aku mau kasih *aja* kalau ada yang minta ya, namanya aku masih belajar dan biasa aja hasilnya,” kata Albie kepada kumparan, Sabtu (24/5). Ketertarikan Albie muncul setelah menonton pertandingan badminton di Kuala Lumpur, Malaysia, dan terinspirasi oleh fotografer idolanya dari Tiongkok, Shi Tang. Sejak itu, Albie bertekad belajar fotografi agar bisa seperti idolanya.

Setali tiga uang, Syahran, fotografer lain di Kota Medan yang juga menjadikan fotografi sebagai pekerjaan sampingan, memiliki pengalaman unik. Ia pernah berjam-jam menyusuri medan terjal perbukitan di Bukit Lawang, Kabupaten Langkat, sendirian demi mengabadikan momen para *runner*. “Ada sekitar 4 jam sendirian, mencapai lokasi juga butuh waktu sejam perjalanan, demi *background* menarik memang harus ditempuh,” katanya. Dari hobinya ini, Syahran bisa meraup keuntungan antara Rp 2-5 juta. Sistem penjualannya pun serupa dengan Albie, memasarkan hasil karya melalui Fotoyu atau membagikan tautan Google Drive.

Kisah-kisah ini menegaskan bahwa fotografi olahraga bukan sekadar hobi, melainkan peluang bisnis yang menjanjikan di tengah meningkatnya minat masyarakat terhadap gaya hidup sehat. Dengan kejelian melihat tren, kreativitas, dan adaptasi terhadap teknologi, para fotografer ini berhasil mengubah lensa kamera mereka menjadi sumber cuan yang menggiurkan.

Berita Terkait

Wall Street Koreksi, Dolar Melemah, Tensi AS-China Meningkat
BI: Kredit Investasi Anjlok, Pengusaha Ketat Uang
Saham Transportasi & Logistik Terbang, Ini Rekomendasi Saham Potensial!
BI Rate Turun, Bunga Kredit Multifinance Ikut Turun? Ini Kata APPI!
BRIS Anjlok, Spin-Off BSI Jadi Biang Kerok? Investor Panik!
Saham BSI BRIS Anjlok 7%, Bank Mandiri Lepas?
BISI Pangkas Dividen, Ini Rekomendasi Analis Sahamnya!
Saham Bank Blue Chip Diskon, Intip Peluang Saat IHSG Koreksi!

Berita Terkait

Senin, 2 Juni 2025 - 23:27 WIB

Wall Street Koreksi, Dolar Melemah, Tensi AS-China Meningkat

Senin, 2 Juni 2025 - 22:12 WIB

BI: Kredit Investasi Anjlok, Pengusaha Ketat Uang

Senin, 2 Juni 2025 - 21:32 WIB

Saham Transportasi & Logistik Terbang, Ini Rekomendasi Saham Potensial!

Senin, 2 Juni 2025 - 20:07 WIB

BI Rate Turun, Bunga Kredit Multifinance Ikut Turun? Ini Kata APPI!

Senin, 2 Juni 2025 - 19:52 WIB

BRIS Anjlok, Spin-Off BSI Jadi Biang Kerok? Investor Panik!

Berita Terbaru

Uncategorized

Jelajah Wisata Budaya Indonesia Juni 2025: Agenda Terlengkap

Selasa, 3 Jun 2025 - 00:12 WIB

entertainment

Taylor Swift Akhirnya Buka Suara Soal Blake Lively, Lega?

Selasa, 3 Jun 2025 - 00:07 WIB

entertainment

Stephanie Poetri Nikah, Titi DJ Bocorkan Resepsi di Indonesia!

Senin, 2 Jun 2025 - 23:47 WIB