Ragamutama.com – , Jakarta – PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) akan terus mencermati dampak eskalasi konflik antara Iran, Israel, dan Amerika Serikat (AS) terhadap sektor keuangan Indonesia. Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan secara konsisten memantau perkembangan makroekonomi global, termasuk potensi dampak dari konflik geopolitik yang sedang berlangsung.
“Kami percaya bahwa pemerintah dan otoritas keuangan terkait akan terus mengambil langkah-langkah yang tepat dan responsif dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah dinamika global. Secara bersamaan, BCA terus memantau pergerakan pasar, termasuk kemungkinan pergeseran preferensi investor ke aset safe haven. Di tengah kondisi yang dinamis, kami senantiasa berinovasi untuk menghadirkan ragam solusi dan produk yang relevan dengan kebutuhan nasabah yang terus berkembang,” kata Hera di Jakarta, Selasa, 24 Juni 2025.
Sebagaimana diketahui, ketegangan yang meningkat pasca AS mengebom tiga fasilitas nuklir Iran pada 22 Juni 2024 memicu gelombang saling serang antara Iran dan Israel. Hal ini menimbulkan kekhawatiran atas dampak rambatan ke pasar global.
Lebih lanjut, Hera mengatakan bahwa arah kebijakan suku bunga global juga menjadi perhatian perusahaan. Menurutnya, Bank Sentral AS alias The Federal Reserve (The Fed) kemungkinan mempertahankan atau bahkan menaikkan suku bunga untuk mengendalikan inflasi. Namun, potensi pemangkasan tetap terbuka apabila terjadi perlambatan ekonomi atau resesi di AS.
Sebagai informasi, The Fed kembali menahan suku bunganya di level 4,25-4,50 persen bulan ini, namun masih memberikan sinyal pemangkasan dua kali hingga Desember 2025.
Dalam konteks domestik, BCA turut menyambut baik keputusan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50 persen. Hera menyebut kebijakan ini sebagai langkah strategis untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam situasi global yang tidak pasti. “Kami mengapresiasi keputusan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga di level 5,50 persen. Kami melihat keputusan ini merupakan langkah strategis BI dalam merespons ketidakpastian dinamika ekonomi global,” katanya.
Ia mengatakan pertumbuhan kredit BCA tercatat positif di tengah tantangan global. Per Maret 2025, total kredit yang disalurkan mencapai Rp 941 triliun atau tumbuh 12,6 persen secara tahunan (yoy), melampaui rata-rata pertumbuhan industri.
Hera menambahkan bahwa suku bunga kredit BCA relatif stabil bahkan saat siklus kenaikan suku bunga sejak Agustus 2022 hingga September 2024, terutama untuk segmen usaha kecil dan menengah (UKM) serta ritel. “BCA berfokus pada fundamental bisnis perseroan, serta tetap mengambil langkah yang prudent dalam menghadapi dinamika makroekonomi saat ini. Untuk mendukung perekonomian nasional, BCA juga akan terus mendorong penyaluran kredit ke berbagai sektor dan segmen, dengan selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian, prospek usaha, kebutuhan, dan skala usaha nasabah,” kata dia.
Pilihan Editor: Kredit Konsumsi Tumbuh Menjelang Lebaran. Tanda Apa?