Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat di Mei 2025: Bank Indonesia Ungkap Tantangan dan Strategi Pembiayaan Ekonomi
Bank Indonesia (BI) melaporkan perlambatan signifikan dalam pertumbuhan kredit perbankan nasional pada Mei 2025. Data terbaru menunjukkan bahwa kredit perbankan hanya tumbuh 8,43 persen secara tahunan (yoy), menurun dari 8,88 persen pada April 2025. Angka ini memicu perhatian terhadap dinamika pembiayaan ekonomi dan strategi BI ke depan.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers daring pada Rabu, 18 Juni 2025, mengonfirmasi data tersebut. “Kredit pada Mei 2025 tumbuh sebesar 8,43 persen yoy, lebih rendah dari 8,88 persen yoy pada April 2025,” jelas Perry. Penurunan ini mengindikasikan adanya pergeseran dalam pola penyaluran pembiayaan yang perlu dicermati.
Perry Warjiyo menguraikan beberapa faktor penyebab perlambatan ini. Dari sisi penawaran, preferensi bank untuk menempatkan dananya pada surat berharga masih cukup tinggi, diiringi dengan peningkatan standar penyaluran kredit. Bersamaan dengan itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga terus menunjukkan tren perlambatan, tercatat hanya 4,29 persen pada Mei 2025 dari 5,51 persen pada Januari 2025. Meskipun demikian, BI menegaskan bahwa likuiditas perbankan nasional tetap terjaga dan memadai untuk mendukung aktivitas ekonomi.
Sementara itu, dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit masih ditopang kuat oleh sektor jasa sosial dan industri. Namun, Gubernur Perry menekankan pentingnya perluasan cakupan. Ia mendorong perbankan untuk lebih agresif dalam menyalurkan kredit ke sektor perdagangan, pertanian, dan jasa dunia usaha, guna memastikan pembiayaan ekonomi yang lebih merata dan inklusif di seluruh sektor.
Secara spesifik, jika dilihat dari kelompok penggunaannya, kredit investasi mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 13,74 persen yoy. Di sisi lain, kredit modal kerja tumbuh 4,94 persen dan kredit konsumsi mengalami kenaikan 8,82 persen. Penting dicatat, pembiayaan syariah menunjukkan pertumbuhan yang sehat sebesar 9,19 persen, namun kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) hanya mampu tumbuh 2,17 persen, mengindikasikan perlunya perhatian lebih terhadap sektor vital ini.
Dengan mempertimbangkan dinamika hingga Mei 2025 dan prospek ekonomi ke depan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit perbankan pada tahun 2025 akan berada dalam rentang 8–11 persen. Untuk mendukung target ini dan menjaga momentum pembiayaan, BI terus memperkuat kebijakan makroprudensial yang akomodatif, salah satunya melalui Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). Hingga pekan kedua Juni 2025, total insentif KLM telah mencapai Rp 372 triliun. Dana ini didistribusikan secara strategis, dengan Rp 164 triliun dialokasikan untuk bank BUMN, Rp 166,4 triliun untuk bank umum swasta nasional, Rp 36 triliun untuk bank pembangunan daerah, dan Rp 5,6 triliun untuk kantor cabang bank asing.
Ke depan, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong akselerasi penyaluran kredit pembiayaan perbankan. Upaya ini akan didukung oleh perluasan sumber pendanaan serta penguatan sinergi dengan pemerintah, otoritas keuangan, kementerian/lembaga terkait, perbankan, dan seluruh pelaku usaha. Tujuannya adalah menciptakan ekosistem pembiayaan yang lebih dinamis dan inklusif demi pertumbuhan ekonomi nasional.
Pilihan editor: Banjir Produk Impor Cina Makin Deras. Apa Imbasnya?