Kontroversi: Istana Setujui Kebijakan Anak Nakal Masuk Barak Militer?

Avatar photo

- Penulis

Sabtu, 10 Mei 2025 - 22:48 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com – , Jakarta – Kebijakan kontroversial mengenai pengiriman siswa bermasalah ke barak militer di Jawa Barat menuai beragam tanggapan. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/ PCO), Hasan Nasbi, menyatakan bahwa pemerintah pusat pada prinsipnya memperbolehkan kebijakan tersebut, asalkan tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

“Sepanjang tidak melanggar aturan, tidak melanggar hak-hak anak, tidak melanggar hak-hak mereka, itu bisa dipertimbangkan,” ujarnya seusai menghadiri diskusi bertajuk ‘Ada Apa dengan Prabowo’ yang diselenggarakan oleh Gerakan Milenial Pencinta Tanah Air (Gempita) di Jakarta, Sabtu, 10 Mei 2025.

Hasan menjelaskan bahwa pemerintah pusat memberikan otonomi kepada pemerintah daerah dalam mengelola sektor pendidikan sebagai bagian dari implementasi desentralisasi. Ia menekankan pentingnya mengevaluasi inisiatif daerah secara konstruktif, bukan langsung menolaknya, dan mengkritisi jika terdapat potensi penyimpangan.

Namun, pandangan berbeda diutarakan oleh Direktur Eksekutif Maarif Institute, Andar Nubowo. Ia berpendapat bahwa pendekatan militerisasi dalam pendidikan berisiko merusak sistem pendidikan secara fundamental.

Menurut Andar, kebijakan pengiriman siswa ke barak militer menyimpang dari arah reformasi pendidikan nasional. Ia menyoroti bahwa komitmen pemerintah pusat saat ini adalah menjadikan peserta didik sebagai subjek utama dalam proses pembelajaran.

Baca Juga :  Prabowo Panggil Gubernur BI Bahas Dampak Kurs Rupiah dan Tarif Impor Trump

Komitmen ini, lanjutnya, selaras dengan visi Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti yang menekankan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan menghargai keberagaman bagi setiap anak.

Andar mengkhawatirkan bahwa model militeristik dalam pendidikan justru melanggengkan logika kekuasaan yang menekankan kepatuhan dan intimidasi. “Pendekatan ini tidak hanya menghambat perkembangan psikososial anak, tetapi juga bertentangan dengan esensi pendidikan,” tegas Andar dalam keterangan tertulisnya pada Sabtu, 10 Mei 2025.

Ia menambahkan bahwa kebijakan Dedi Mulyadi tersebut berpotensi mengembalikan pendidikan ke pola lama yang represif dan eksklusif. Andar juga menyoroti potensi pelanggaran terhadap prinsip-prinsip dasar yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan. “Ini adalah sebuah kemunduran yang tidak seharusnya dibiarkan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Andar memperingatkan bahwa militerisasi terhadap pelajar dapat berdampak negatif pada pembentukan identitas remaja. Ia menjelaskan bahwa pendekatan militeristik dapat memperkuat stigma negatif terhadap siswa tanpa memberikan ruang bagi pemulihan dan rehabilitasi.

Baca Juga :  Survei LPI: Budi Gunawan, Menteri Berkinerja Terbaik di Kabinet Prabowo

“Tanpa dialog dan dukungan emosional yang memadai, siswa justru akan kehilangan kepercayaan terhadap guru, sekolah, dan institusi pendidikan secara keseluruhan,” paparnya.

Maarif Institute mendesak Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah untuk memberikan arahan yang jelas dan pendampingan kebijakan kepada pemerintah daerah. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa penyelenggaraan pendidikan di daerah sejalan dengan visi pendidikan nasional.

Gagasan Dedi Mulyadi mengenai pendidikan karakter ala militer bagi siswa bermasalah telah mulai diimplementasikan sejak Kamis, 1 Mei 2025. Purwakarta dan Bandung menjadi dua wilayah percontohan yang menerapkan program pembinaan karakter semi-militer dengan melibatkan unsur TNI.

Novali Panji Nugroho berkonstribusi dalam tulisan ini

Pilihan editor: Alasan Menteri HAM Mendukung Pengiriman Anak Nakal ke Barak Militer di Tingkat Nasional

Berita Terkait

KWI: Kepemimpinan Paus Leo XIV Relevan dengan Ajaran Paus Fransiskus
Maarif Institute: Militerisasi Pendidikan Ancam Masa Depan Bangsa
Ketua KWI Buka Suara Soal Kontroversi Paus Leo XIV
KWI: Harapan Kunjungan Paus Leo XIV ke Indonesia Terus Menguat
Pakistan Balas Serangan India: 400 Drone Dikerahkan, Eskalasi Perang Meningkat
Operasi Bunyan Un Marsoos: Balasan Pakistan ke India, Apa Dampaknya?
Lisa Mariana: Tuntut Sidang Terbuka dan Hak Anak dari Ridwan Kamil
Robert Prevost Jadi Paus, Keluarga Campur Aduk Antara Bangga dan Sedih

Berita Terkait

Sabtu, 10 Mei 2025 - 22:48 WIB

Kontroversi: Istana Setujui Kebijakan Anak Nakal Masuk Barak Militer?

Sabtu, 10 Mei 2025 - 21:11 WIB

KWI: Kepemimpinan Paus Leo XIV Relevan dengan Ajaran Paus Fransiskus

Sabtu, 10 Mei 2025 - 19:47 WIB

Maarif Institute: Militerisasi Pendidikan Ancam Masa Depan Bangsa

Sabtu, 10 Mei 2025 - 19:15 WIB

Ketua KWI Buka Suara Soal Kontroversi Paus Leo XIV

Sabtu, 10 Mei 2025 - 18:23 WIB

KWI: Harapan Kunjungan Paus Leo XIV ke Indonesia Terus Menguat

Berita Terbaru

technology

Google Chrome Lindungi Pengguna: AI Tangkal Penipuan Online!

Minggu, 11 Mei 2025 - 00:59 WIB

sports

PSM Makassar Raih Kemenangan Dramatis Tanpa Yuran Fernandes!

Minggu, 11 Mei 2025 - 00:39 WIB

finance

BTN Buktikan Komitmen: Kesetaraan Gender Prioritas Utama!

Minggu, 11 Mei 2025 - 00:32 WIB