Eskalasi ketegangan militer antara India dan Pakistan, dipicu oleh operasi Sindoor yang melibatkan serangan udara India di wilayah Pakistan, diperkirakan memiliki implikasi signifikan terhadap dinamika harga emas global.
Menanggapi potensi dampaknya terhadap Indonesia, Ibrahim Assuaibi, seorang pengamat pasar uang dari Laba Forexindo Berjangka, menyatakan bahwa ketegangan tersebut berpotensi memicu kenaikan harga emas di pasar dunia. Konsekuensi lebih lanjut adalah pelemahan nilai tukar rupiah serta peningkatan harga emas logam mulia (LM) di dalam negeri.
“Ada potensi bahwa harga emas dunia pada minggu ini akan kembali melampaui level USD 3.400. Ini mengindikasikan bahwa pada bulan Mei, harga berpotensi mencapai USD 3.500,” ungkap Ibrahim saat dihubungi oleh kumparan pada hari Rabu (7/5).
Menurut Ibrahim, jika harga emas global mengalami lonjakan signifikan, nilai rupiah juga diperkirakan akan mengalami penurunan. Hal ini akan mendorong kenaikan harga emas LM, bahkan berpotensi melampaui angka Rp 2 juta per kilogram.
“Jadi, alur kejadiannya adalah kenaikan harga emas dunia, diikuti dengan pelemahan rupiah, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan harga emas logam mulia,” jelas Ibrahim.
Lebih lanjut, Ibrahim mengemukakan bahwa konflik ini dapat memengaruhi arus ekspor-impor antara Indonesia dan negara-negara yang terlibat. Terganggunya operasional penerbangan akibat konflik berpotensi menghambat aktivitas perdagangan antara Indonesia dan India.
Meskipun demikian, Ibrahim memperkirakan bahwa dampak terhadap ekspor-impor Indonesia dan India tidak akan berlangsung lama. “Karena ini hanya ketegangan, kemungkinan besar situasinya tidak akan berlarut-larut, mungkin akan ada upaya mediasi,” katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira, memiliki pandangan bahwa konflik ini akan sangat memengaruhi kinerja ekspor Indonesia, khususnya ke India dan Pakistan yang merupakan mitra dagang penting, terutama dalam sektor minyak kelapa sawit.
“Jadi, jika konflik meningkat dan terjadi eskalasi, permintaan produk-produk ekspor Indonesia ke kawasan Asia Selatan diperkirakan akan mengalami penurunan,” ujar Bhima.
Bhima juga menilai bahwa konflik India-Pakistan berpotensi menghambat upaya diversifikasi ekspor Indonesia ke kawasan Asia Selatan. Meskipun demikian, ia menambahkan bahwa masih ada peluang bagi Indonesia untuk menarik relokasi industri dari India.
“Namun, diperlukan upaya ekstra untuk memanfaatkan peluang relokasi dari India,” pungkasnya.