RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. Pada penutupan perdagangan hari Selasa (20/5), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi, terkoreksi sebesar 46,48 poin atau setara dengan penurunan 0,65%, berakhir pada level 7.094,60. Meskipun demikian, performa IHSG dalam sepekan terakhir menunjukkan tren positif dengan kenaikan sebesar 3,83%.
Oktavianus Audi, VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, mengidentifikasi sejumlah sentimen positif, baik yang berasal dari dalam negeri maupun eksternal, yang memengaruhi dinamika pasar. Salah satu faktor utama adalah meredanya ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang berpotensi menghasilkan kesepakatan dalam kurun waktu 90 hari mendatang. Hal ini memicu optimisme terhadap prospek ekonomi global dan pergerakan harga komoditas.
Dari perspektif domestik, stabilitas fundamental ekonomi makro, termasuk penguatan nilai tukar rupiah yang sejalan dengan pelemahan dolar AS, serta tingkat inflasi yang terkendali, turut berkontribusi sebagai faktor pendukung. Selain itu, potensi pelonggaran kebijakan moneter memberikan peluang bagi pergeseran alokasi aset asing menuju pasar saham, khususnya terhadap IHSG.
Pergerakan IHSG Dipengaruhi Sektor Keuangan dalam Sepekan Terakhir
“Kami berpendapat bahwa dengan kondisi global yang semakin kondusif dan terjaganya stabilitas di dalam negeri, terutama jika terjadi pelonggaran suku bunga, akan mendorong perubahan performa sektoral ke arah strategic cyclical, yang mencakup sektor keuangan, energi, industri, hingga properti,” ujar Audi kepada Kontan, Selasa (20/5) malam.
Secara fundamental, sektor-sektor yang dikategorikan sebagai strategic cyclical tetap menunjukkan resiliensi pada kuartal I-2025. Sektor keuangan, khususnya perbankan, mempertahankan soliditasnya. Walaupun cost of credit (CoC) mengalami peningkatan, rasio kredit bermasalah (NPL) masih dalam batas aman dan net interest margin (NIM) tetap kuat.
Sektor properti juga mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih, yang didorong oleh insentif PPN DTP. Sementara itu, sektor teknologi terus menunjukkan prospek yang menjanjikan berkat efisiensi operasional dan penguatan ekosistem bisnisnya.
Sentimen Global Masih Membayangi IHSG, Analis Soroti Inflow Asing dan Sektor Unggulan
Di sisi lain, terdapat beberapa emiten yang menghadapi tantangan akibat faktor eksternal. Misalnya, sektor energi yang terdampak oleh penurunan harga komoditas, serta sektor industri yang mengalami tekanan akibat depresiasi rupiah dan penurunan daya beli masyarakat.
“Dalam jangka menengah hingga panjang, hal ini akan memberikan dampak positif bagi emiten yang termasuk dalam kategori strategic cyclical. Pasalnya, koreksi yang terjadi beberapa waktu terakhir juga dipicu oleh kekhawatiran akan perlambatan ekonomi dan penurunan daya beli akibat kebijakan suku bunga yang masih tinggi,” jelas Audi.
Audi merekomendasikan aksi buy untuk saham BMRI, TLKM, BBCA, dan CTRA dengan target harga masing-masing sebesar Rp 5.450, Rp 2.830, Rp 9.250, dan Rp 1.360 per saham.