Komoditas Ini Paling Diuntungkan di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Trump

- Penulis

Rabu, 19 Februari 2025 - 08:56 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM-JAKARTA. Harga emas global masih akan didukung oleh kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Aksi Trump dapat menimbulkan kecemasan di pasar global yang menguntungkan logam mulia.

Pengamat komoditas dan Founder Traderindo.com, Wahyu Tribowo Laksono menyebutkan bahwa faktor-faktor seperti permintaan bank sentral meningkat, perlambatan ekonomi China, ketidakpastian ekonomi akibat perang tarif, serta prospek pemotongan suku bunga Fed telah mendukung harga emas.

Di lain sisi, masih kuatnya data Inflasi dan pasar tenaga kerja AS juga memicu kecemasan inflasi di AS. Kekhawatiran inflasi dan risiko fiskal semakin mendorong bank sentral, khususnya bank sentral yang memiliki cadangan besar di Departemen Keuangan AS, untuk membeli lebih banyak emas.

‘’Walaupun ekonomi AS membaik dan Fed melakukan pergeseran kebijakan moneter, namun, ketidakpastian ekonomi di era Trump jelas memicu kecemasan global,’’ kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Selasa (18/2).

Selain faktor moneter AS yang lebih agresif, faktor Trump dan potensi konflik multilateral/unilateral, serta kawasan dan geopolitik secara umum telah menimbulkan kekhawatiran. Kecemasan investor meningkat imbas perang dagang dan perang  tarif  yang digaungkan Trump.

‘’Kebijakan Trump bisa memicu volatilitas dan bisa menguntungkan emas,’’ tambah Wahyu.

Di samping itu, lanjut dia, stimulus jumbo China untuk mengatasi perlambatan ekonominya telah meningkatkan prospek permintaan emas dunia. Secara global, bank sentral juga telah membeli sekitar rata-rata 50 ton per bulan, lebih dari yang diperkirakan sebelumnya.

Adapun pada tahun 2024, bank sentral global membeli total 1.045 metrik ton emas, dengan pembeli utama termasuk Polandia, India, dan Turki. Pembelian emas oleh bank sentral dunia tahun lalu mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah berdasarkan laporan World Gold Council (WGC).

Polandia menggeser China yang pada 2023 menjadi pembeli terbanyak dengan 224,9 ton. Namun demikian, pembelian China tetap besar yang menjadi bank sentral urutan keempat dengan penambahan emas pada 2024 sebanyak 33,9 ton.

Baca Juga :  Kebijakan Tarif Trump Picu Prediksi Reli Bitcoin Hingga Rp 1,66 Miliar

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengamini bahwa pembelian bank sentral global telah memicu lonjakan harga emas. Alasan permintaan ini masih sama, terutama dari People’s Bank of China (PboC) yang ingin mendiversifikasi cadangan devisa (cadev) mereka.

‘’China telah lama mengakumulasi emas, dan belakangan ini diikuti oleh bank-bank sentral lain yang kemudian diikuti oleh para investor,’’ sebut Lukman kepada Kontan.co.id, Selasa (18/2). 

Lukman mencermati, tren meningkatnya akumulasi emas ini semakin diperkuat usai terjadi perang di Ukraina – Rusia. Perang antara kedua negara tersebut telah menyebabkan AS menyita mata uang cadev Rusia seperti obligasi AS, Euro, Pound, Yen, yang disimpan di bank-bank asing.

Harga emas juga semakin mahal berkat adanya potensi pemangkasan suku bunga acuan oleh berbagai bank sentral global tahun ini.

Ketidakpastian ekonomi global dan kekhawatiran kebijakan-kebijakan Trump seperti tarif turut mendukung emas karena investor berburu untuk memborong emas di situasi ketidakpastian.

Mengutip Reuters, Selasa (18/2), harga emas spot naik 0,6% menjadi US$2.913,79 per ons pada pukul 07.14 GMT. Emas spot kembali mendekati rekor tertinggi di US$2.942,70 per ons troi, yang dicapai pekan lalu. Sementara itu, harga emas berjangka AS naik 0,9% menjadi US$2.925,50.

Sejak awal tahun 2025, harga emas spot telah naik sekitar 10,71% year to date (ytd) dari level US$ 2.631,90 per ons troi berdasarkan data Bloomberg. Emas melanjutkan tren kenaikannya yang tercatat naik 27% pada tahun 2024, kinerja harga terbaik dalam satu dekade.

Emas Antam pun mengekor pergerakan harga emas global. Berdasarkan situs Logam Mulia, Selasa (18/2), harga emas sebesar Rp 1.679.000 per gram dengan harga buyback Rp 1.529.000 per gram. Harga emas antam naik dari posisi 31 Desember 2024, pada Rp 1.515.000 per gram dengan harga buyback sebesar Rp 1.365 per gram.

Baca Juga :  Country Director Fasset Indonesia, Putri Madarina: Andalkan Bitcoin Untuk Masa Depan

Selain itu, Lukman mengamati bahwa kenaikan harga emas turut dipengaruhi oleh selisih (spread) antara harga emas spot dan berjangka. Spread emas spot dan futures cukup volatil belakangan ini, bisa menyempit hingga belasan dolar dan melebar hingga 40 dolar.

‘’Secara umum harga masih dalam keadaan contango (kondisi saat harga kontrak berjangka lebih tinggi daripada harga spot),’’ jelas Lukman kepada Kontan.co.id, Selasa (18/2).

Adapun perbedaan harga di pasar spot dan berjangka ini menyusul ketidakseimbangan di pasar spot London dan kontrak berjangka New York. 

London merupakan pusat perdagangan emas batangan yang dominan di dunia tengah menghadapi kekurangan emas fisik, sedangkan stok di New York terus melonjak capai level tertinggi.

Inggris menghadapi kekurangan emas fisik di Bank of England (BoE), menyusul permintaan tinggi untuk emas fisik akibat lonjakan pengiriman emas ke Amerika Serikat (AS). Waktu tunggu minimum untuk mengeluarkan emas dari BoE bahkan telah mencapai delapan minggu dibandingkan keadaan normal hanya sehari atau seminggu.

Dengan sentimen belakangan ini, wajar apabila ada kekhawatiran permintaan bisa melebihi pasokan. Sebab, selama ini pasokan dan permintaan emas berjalan selaras. Jadi tidak ada istilah inventaris emas di gudang meningkat imbas permintaan melemah karena pasokan telah terserap sepenuhnya.

Menurut Lukman, pembelian emas dari bank sentral kemungkinan masih akan tinggi paling tidak penjualan sekitar 1.000 ton di 2025. Jumlah ini dua kali lipat lebih besar dari 400-500 ton rata-rata sejak 2010.

Lukman memproyeksi harga emas dunia masih akan naik ke level US$3.200 per ons troi. Sementara itu,  harga emas antam akan berkisar 1.755.000 – 1.870.000 per gram dengan buyback sekitar Rp 1.6 juta – Rp 1,7 juta per gram di tahun 2025.

Berita Terkait

Laba Alfaria Trijaya (AMRT) Naik 4,98% Jadi Rp 1,88 Triliun pada Semester I-2025
BI Malang Dorong UMKM dan Ekonomi Syariah lewat MBF 2025
IHSG Terkoreksi: Merdeka Group Jatuh, LQ45 Tertekan di Sesi I
UNVR Semester I 2025: Fundamental Kuat, Tumbuh di Kuartal III
BRIS, MLIA, PANI: Rekomendasi Teknikal Saham Mirae Sekuritas
Dolar AS Menguat! Sentimen The Fed Dorong Indeks Dolar ke 99
SMDR Bagi Dividen Interim Rp 40,92 Miliar: Laba Bersih Melejit!
Saham Pilihan MNC Sekuritas Hari Ini: Potensi Cuan 31 Juli!

Berita Terkait

Kamis, 31 Juli 2025 - 15:10 WIB

Laba Alfaria Trijaya (AMRT) Naik 4,98% Jadi Rp 1,88 Triliun pada Semester I-2025

Kamis, 31 Juli 2025 - 13:39 WIB

BI Malang Dorong UMKM dan Ekonomi Syariah lewat MBF 2025

Kamis, 31 Juli 2025 - 12:50 WIB

IHSG Terkoreksi: Merdeka Group Jatuh, LQ45 Tertekan di Sesi I

Kamis, 31 Juli 2025 - 12:15 WIB

UNVR Semester I 2025: Fundamental Kuat, Tumbuh di Kuartal III

Kamis, 31 Juli 2025 - 10:31 WIB

BRIS, MLIA, PANI: Rekomendasi Teknikal Saham Mirae Sekuritas

Berita Terbaru

Uncategorized

Blokir Rekening Dormant Dikritik Ekonom Indef: Kebijakan Tepatkah?

Jumat, 1 Agu 2025 - 00:09 WIB

sports

Timnas U-17: TC Spanyol-Dubai demi Piala Dunia U-17 2025!

Jumat, 1 Agu 2025 - 00:02 WIB

Uncategorized

Amnesti Prabowo ke Hasto Kristiyanto Disetujui DPR: Kejutan Politik!

Kamis, 31 Jul 2025 - 23:13 WIB

technology

ChatGPT Jadi Saksi? Chat Anda Bisa Dipakai di Pengadilan!

Kamis, 31 Jul 2025 - 22:52 WIB