Kinerja Reksadana Dolar AS di Proyeksikan Positif, Cermati Sejumlah Sentimennya

- Penulis

Senin, 3 Maret 2025 - 07:15 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. Kinerja reksadana berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) diproyeksikan tetap optimistis seiring kebijakan The Fed yang diperkirakan tidak akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Hal ini turut memperkuat posisi dolar AS di pasar global.

Berdasarkan data Trading Economics, Indeks Dolar AS (DXY) dalam satu tahun terakhir menguat 3,30%. Penguatan ini berdampak positif bagi investor yang berinvestasi pada aset berbasis dolar, seperti obligasi korporasi AS, saham AS, dan instrumen pasar uang global.

CEO STAR AM Hanif Mantiq menilai reksadana denominasi dolar masih memiliki prospek positif. Penguatan dolar berpotensi meningkatkan imbal hasil bagi investor asing. 

Salah satu contohnya adalah reksadana saham USD yang mengalokasikan sebagian besar asetnya ke instrumen saham. Mengacu pada Yahoo Finance, kinerja SPDR S&P 500 ETF Trust mencatatkan imbal hasil 1,38% year-to-date (YTD) per 28 Februari 2025.

“Kinerja reksadana saham USD yang positif mencerminkan imbal hasil saham yang juga menguat, seperti S&P 500 yang mencatatkan imbal hasil 2,24% YTD,” ujar Hanif kepada Kontan.co.id, Jumat (28/2).

Baca Juga :  IHSG Melemah 0,27 Persen di Sesi Pertama, Sentuh Level 6.421

Hanif juga mengungkapkan bahwa STAR Global Sharia Equity USD, salah satu produk unggulan STAR AM, mencatatkan imbal hasil 0,84% YTD per 21 Februari 2025. Meski demikian, ia menekankan bahwa faktor eksternal seperti geopolitik dan kondisi ekonomi global turut mempengaruhi kinerja reksadana USD.

CEO Pinnacle Investment Guntur Putra juga optimistis terhadap reksadana yang memiliki eksposur ke saham-saham AS, terutama di sektor teknologi, kesehatan, dan energi yang memiliki fundamental kuat.

“Secara prospek, reksadana yang mengalokasikan dana ke saham-saham blue-chip AS dan perusahaan teknologi besar cenderung memberikan hasil baik,” kata Guntur, Sabtu (1/3).

Meski kinerja reksadana USD masih positif, volatilitas pasar AS tetap menjadi perhatian. 

Guntur menambahkan, Pinnacle Investment memiliki fleksibilitas lebih dalam mengelola Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) USD, yang pada tahun lalu mencatatkan kinerja hampir 30% dalam denominasi USD dan masih mencatatkan imbal hasil positif secara YTD.

Baca Juga :  Northstar Tambang Persada Jual 340 Juta Saham BUMA Internasional Grup

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menegaskan bahwa reksadana berdenominasi dolar AS masih memiliki prospek menarik, terutama dengan perkembangan pesat sektor teknologi di China dan AS.

“Sektor ini sedang booming, ditambah ekspektasi stimulus dari pemerintah China serta dukungan ke sektor teknologi menjadi sentimen positif,” ujar Arjun, Jumat (28/2).

Dengan potensi pemangkasan Federal Funds Rate (FFR) sebanyak 1–2 kali hingga akhir 2025, diperkirakan akan terjadi penurunan yield. Oleh karena itu, Arjun menilai reksadana pendapatan tetap USD menjadi pilihan menarik.

Berdasarkan data Infovesta per Kamis (27/2), tiga reksadana dolar AS dengan kinerja terbaik sepanjang 2024 hingga awal 2025 adalah Bahana USD Fixed Income Kelas I (5,90%), STAR Fixed Income Dollar (5,73%), dan Danakita Proteksi Pendapatan Berkala USD (5,51%). 

Sementara secara YTD, BRI Melati Premium Dollar mencatatkan imbal hasil 2,39%, Investa Dana Dollar Mandiri Kelas A 2,20%, dan Bahana USD Fixed Income Kelas I 2,08%.

Berita Terkait

Daftar Lengkap Saham LQ45 Periode Mei-Juli 2025: Peluang Investasi Blue Chip Menarik
Gotrade Hadirkan Kemudahan Trading Saham AS Lewat TradingView Mobile!
Asing Jual Besar-besaran Saham BMRI dan BBRI, Ini Daftar Lengkapnya
Bank DKI Bagikan Dividen Jumbo dan Rencanakan IPO untuk Transformasi
Harga Emas Hari Ini: Update Grafik & Harga Terbaru Antam, UBS, Galeri 24, Pegadaian
Bank DKI Bagi Dividen Rp249,31 Miliar & Siap IPO: Langkah Strategis Menuju Pasar Saham
Sektor Manufaktur China Terkontraksi Signifikan: Data April 2025 Mengkhawatirkan
IHSG Menguat 17,73 Poin, Sentuh 6.766,80: Emas Stabil, Minyak Mentah Melemah

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 07:23 WIB

Daftar Lengkap Saham LQ45 Periode Mei-Juli 2025: Peluang Investasi Blue Chip Menarik

Kamis, 1 Mei 2025 - 07:03 WIB

Gotrade Hadirkan Kemudahan Trading Saham AS Lewat TradingView Mobile!

Kamis, 1 Mei 2025 - 06:23 WIB

Asing Jual Besar-besaran Saham BMRI dan BBRI, Ini Daftar Lengkapnya

Kamis, 1 Mei 2025 - 05:07 WIB

Bank DKI Bagikan Dividen Jumbo dan Rencanakan IPO untuk Transformasi

Kamis, 1 Mei 2025 - 03:47 WIB

Harga Emas Hari Ini: Update Grafik & Harga Terbaru Antam, UBS, Galeri 24, Pegadaian

Berita Terbaru

technology

Huawei Mate Xs2: Harga dan Spesifikasi di Indonesia

Kamis, 1 Mei 2025 - 07:48 WIB