Aktris Mona Ratuliu mengenang sang ayah, mendiang Albert Frederick Ratuliu, sebagai sosok yang taat beribadah. Keteladanan ayahnya dalam menjalankan ibadah menjadi kenangan indah bagi Mona.
Meskipun ayahnya seorang mualaf, berasal dari latar belakang Katolik, Mona banyak belajar tentang pentingnya ibadah dari figur ayahnya tersebut.
“Ayah saya mualaf, dulunya Katolik. Saya dan kakak mengikuti agama Ibu, Islam. Namun, yang paling saya ingat saat kecil adalah setiap Ramadan, saat saya melaksanakan salat Tarawih, Ayah, yang kala itu masih beragama Katolik, selalu mengantar dan menemani saya,” kenang Mona Ratuliu di Jakarta Selatan, Kamis (1/5).
Mona Ratuliu Ungkap Ketaatan Ibadah Sang Ayah
Bahkan sebelum menjadi mualaf, ayah Mona sangat rajin beribadah di gereja. Ketaatan ini berlanjut setelah beliau memeluk agama Islam. Menurut Mona, ketekunan ayahnya dalam beribadah bahkan melebihi dirinya yang telah menganut Islam sejak kecil.
“Ayah sangat rajin ke gereja. Beliau sangat taat beribadah. Setelah masuk Islam pun, ketaatannya tetap sama. Sejak memeluk Islam, saya rasa saya tidak pernah melihat Ayah melewatkan salat malam,” ujar Mona.
Mona mendapatkan pelajaran berharga dari ayahnya. Artis yang bermain dalam film “1 Imam 2 Makmum” ini belajar untuk lebih khusyuk dalam beribadah, terutama salat.
“Ayah selalu menegur jika kami santai setelah azan berkumandang. Alhamdulillah, Ayah diberi kesempatan untuk berwudu sebelum meninggal, itu sungguh melegakan. Kebahagiaan hidup Ayah terlihat dari ketaatannya beribadah. Syukur Alhamdulillah, beliau wafat dalam keadaan berwudu,” kata Mona dengan haru.
Ayah Mona Ratuliu meninggal dunia pada tanggal 1 Mei 2025 di usia 77 tahun dan dimakamkan di TPU Jeruk Purut.
Sebelum wafat, Mona menjelaskan bahwa ayahnya beberapa kali mengalami sesak napas, sehingga harus sering bolak-balik ke rumah sakit, terutama dalam tiga bulan terakhir hidupnya.
“Setahun terakhir, Ayah memang beberapa kali mengalami sesak napas. Kami sering membawanya ke rumah sakit,” jelas Mona.
Mona juga menambahkan bahwa ayahnya memiliki riwayat penyakit jantung. Sesak napas yang dialami disebabkan oleh sumbatan pada pembuluh darah jantung menuju paru-paru.
“Sesaknya disebabkan oleh sumbatan pada pembuluh darah jantung menuju paru-paru, jika saya tidak salah. Ada sumbatan darah,” tuturnya menjelaskan.
Sebelum meninggal, ayah Mona sempat mengeluh sakit kepala saat hendak melaksanakan salat Subuh.
“Beliau bangun untuk salat sekitar pukul 03.00 pagi, berwudu, belum sempat salat, lalu mengeluh pusing. Tidak lama kemudian, beliau kehilangan kesadaran,” kenang Mona.