Kemarau Basah Dipicu Bibit Vorteks dan Fenomena Atmosfer Lainnya

Avatar photo

- Penulis

Sabtu, 17 Mei 2025 - 17:44 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com – , Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa tingginya intensitas curah hujan yang masih terjadi di berbagai wilayah Indonesia, meskipun telah memasuki awal musim kemarau, disebabkan oleh sejumlah faktor kompleks di atmosfer. Fenomena kemarau basah yang terasa belakangan ini bukanlah semata-mata diakibatkan oleh adanya gangguan tropis di Samudra Hindia.

Menurut Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, pembentukan awan hujan dipengaruhi oleh perlambatan pergerakan angin Monsun Australia dan tingginya suhu permukaan laut di perairan sekitar Indonesia. “Kombinasi kedua faktor ini berperan penting dalam meningkatkan kelembapan udara, yang pada gilirannya mendukung pembentukan awan konvektif,” jelasnya saat dihubungi Tempo pada Jumat malam, 16 Mei 2025.

Lebih lanjut, kondisi atmosfer yang lembap juga diperkuat oleh keberadaan gelombang Kelvin, Rossby, serta fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), yang secara kolektif meningkatkan kadar air di atmosfer di seluruh wilayah Indonesia. Kombinasi berbagai elemen tersebut meningkatkan intensitas curah hujan, terutama di wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara.

BMKG juga memproyeksikan bahwa musim kemarau tahun 2025 berpotensi mengalami curah hujan dengan kategori di atas normal di banyak daerah. Hal ini mengindikasikan bahwa potensi terjadinya hujan tetap signifikan meskipun musim kemarau telah tiba.

Baca Juga :  Xiaomi 15S Pro: Spesifikasi Gahar, Chipset Xring O1, Harga 10 Jutaan!

Data yang dihimpun hingga pertengahan Mei 2025 menunjukkan bahwa curah hujan di sebagian besar wilayah Sumatera bagian selatan dan Jawa masih berada di atas 50 milimeter (mm) selama tiga periode sepuluh harian (dasarian) berturut-turut. Catatan ini memperjelas bahwa transisi dari musim hujan ke kemarau belum sepenuhnya terjadi.

Andri menambahkan bahwa tim BMKG juga terus memantau sistem gangguan tropis yang terpantau di barat daya Bengkulu sejak tanggal 15 Mei. Sistem ini menunjukkan ciri-ciri sirkulasi siklonik bertekanan rendah yang terdeteksi dari permukaan hingga lapisan 500 HektoPascal (hPa). Akan tetapi, hingga saat ini, belum ada indikasi kuat pembentukan siklon tropis (siklogenesis) maupun aktivitas konvektif yang signifikan. Sistem ini juga belum diklasifikasikan sebagai bibit siklon tropis.

“Dampak dari gangguan tropis tersebut terhadap kondisi cuaca di Indonesia bersifat tidak langsung. Pengaruhnya belum cukup signifikan untuk dianggap sebagai penyebab utama peningkatan curah hujan,” terangnya.

Wilayah Mana Saja yang Telah Memasuki Musim Kemarau?

Baca Juga :  10 Destinasi Wisata Hits Malang 2025: Ideal untuk Liburan Lebaran Seru

Sejumlah Zona Musim (ZOM) di berbagai wilayah Indonesia telah memasuki periode awal musim kemarau, termasuk wilayah Aceh dan Sumatera Utara. Selain itu, sebanyak 23 ZOM yang terletak di bagian selatan Jawa Tengah dan Jawa Timur juga telah mengalami kondisi iklim kering. Prakiraan menunjukkan bahwa awal musim kemarau di sebagian besar Sumatera bagian selatan dan Pulau Jawa akan terjadi pada periode Mei hingga Juni 2025.

Sebelumnya, peneliti dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, telah memberikan penjelasan mengenai fenomena kemarau basah yang terjadi di Indonesia. Fenomena ini dipicu oleh dinamika bibit badai vorteks yang terjadi di Samudera Hindia, menyebabkan hujan masih terus aktif mengguyur wilayah Sumatera bagian selatan dan Jawa.

“Kondisi ini diperkirakan masih akan berlangsung selama dasarian kedua bulan Mei 2025,” ungkapnya pada hari Kamis, 15 Mei lalu.

Faiz Zaki turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Pilihan Editor: Dilema Konservasi Laut Berbasis Kompensasi

Berita Terkait

Kesepakatan Indonesia dengan Arab Saudi Senilai Rp 437 Triliun
Rata-rata Return Unitlink Berbasis Saham Terkontraksi pada Juni 2025
Surrender vs. Tomorrow Never Dies: Drama Lagu Tema James Bond!
Liburan Sekolah Seru: Disney Cruise Line Hadir di Grand Indonesia!
KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam: Foto Pencarian Korban di Selat Bali
6 Lagu Katy Perry Terbaik: Nostalgia Hits yang Tak Lekang Waktu!
Veda Ega Pratama Meninggal: Pembalap Muda Indonesia Berduka di JuniorGP
One UI 8.5 Datang! Samsung Hidupkan Kembali Setelah 4 Tahun!

Berita Terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 05:47 WIB

Kesepakatan Indonesia dengan Arab Saudi Senilai Rp 437 Triliun

Sabtu, 5 Juli 2025 - 04:29 WIB

Rata-rata Return Unitlink Berbasis Saham Terkontraksi pada Juni 2025

Jumat, 4 Juli 2025 - 21:53 WIB

Surrender vs. Tomorrow Never Dies: Drama Lagu Tema James Bond!

Jumat, 4 Juli 2025 - 15:59 WIB

Liburan Sekolah Seru: Disney Cruise Line Hadir di Grand Indonesia!

Jumat, 4 Juli 2025 - 13:41 WIB

KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam: Foto Pencarian Korban di Selat Bali

Berita Terbaru

Public Safety And Emergencies

Pesawat Boeing 737 Japan Airlines Turun 7.900 Meter Hanya dalam 10 Menit, Penumpang Panik

Sabtu, 5 Jul 2025 - 10:41 WIB