Kebijakan Tarif Trump: Analisis Dampaknya pada Pasar Saham Indonesia

Avatar photo

- Penulis

Jumat, 4 April 2025 - 08:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA, RAGAMUTAMA.COM – Kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump diperkirakan akan menimbulkan sentimen negatif bagi pasar saham Indonesia.

Meskipun bursa saham masih dalam masa libur hingga Selasa (8/4/2025), berbagai sentimen global dan domestik telah menimbulkan kekhawatiran akan penurunan signifikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan selanjutnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Trump memberlakukan tarif timbal balik terhadap lebih dari 180 negara dan wilayah sebagai bagian dari kebijakan perdagangan barunya yang komprehensif.

Selain tarif-tarif yang tercantum dalam daftar tersebut, Trump juga mengenakan tarif dasar 10 persen untuk semua negara di luar 180 negara tersebut.

Indonesia termasuk dalam daftar negara yang dikenai tarif timbal balik, yang disebut Trump sebagai pengumuman “Hari Pembebasan.” Dalam pengumuman tersebut, AS akan menerapkan tarif timbal balik sebesar 32 persen terhadap produk-produk Indonesia.

Besaran tarif ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Sebagai contoh, Malaysia dikenai tarif 24 persen, Filipina 17 persen, dan Singapura 10 persen.

Namun, beberapa negara seperti Vietnam (46 persen) dan Thailand (36 persen) bahkan mengalami tekanan tarif yang lebih signifikan.

Lalu, bagaimana dampak kebijakan tarif Trump terhadap pasar saham Indonesia?

Josua Pardede, Chief Economist Permata Bank, menilai kebijakan tarif tinggi ini dapat mempengaruhi sentimen investor terhadap saham perusahaan eksportir Indonesia.

“Terutama emiten yang sangat bergantung pada ekspor ke AS,” jelasnya kepada Kompas.com, Kamis (3/4/2025).

Ia menambahkan, investor cenderung akan merespon negatif dengan menurunkan proyeksi pendapatan perusahaan-perusahaan tersebut.

Baca Juga :  Sinyal Rebound IHSG, Lirik Saham LQ45 Valuasi Murah

Hal ini berpotensi memicu aksi jual saham di sektor-sektor yang terkait dengan ekspor.

Selain itu, Josua memprediksi pelemahan rupiah juga akan menjadi sentimen negatif tambahan bagi pasar modal secara keseluruhan, terutama bagi investor asing yang sangat memperhatikan stabilitas nilai tukar.

“Pasar modal Indonesia setelah libur panjang kemungkinan masih akan diwarnai sentimen negatif akibat kebijakan tarif AS ini,” tambahnya.

Saham-saham sektor ekspor yang terkena dampak langsung akan mengalami tekanan jual.

Sementara itu, sektor domestik yang dianggap lebih aman, seperti konsumsi atau perbankan domestik, berpotensi menarik minat investor sebagai instrumen lindung nilai dari volatilitas pasar.

Berbeda pendapat, Bhima Yudhistira, Ekonom dan Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), menjelaskan kebijakan ini dapat memperparah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Investor akan cenderung mencari aset yang lebih aman dan menarik dana dari negara berkembang.

Pelemahan rupiah berpotensi meningkatkan imported inflation atau harga barang impor, sehingga menjadi lebih mahal.

Jika hal ini terjadi, daya beli masyarakat akan tertekan, terutama untuk komoditas pangan.

Dampaknya juga bisa meluas ke kebutuhan sekunder seperti perlengkapan rumah tangga dan elektronik.

“Pasca-libur Lebaran, pasar saham perlu bersiap menghadapi arus modal keluar. Penghentian sementara perdagangan (trading halt) bukan hal yang mustahil terjadi,” ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (3/4/2025).

Menurut Bhima, Indonesia perlu meningkatkan daya saingnya untuk menarik relokasi pabrik.

Indonesia tidak hanya dapat bersaing berdasarkan selisih tarif timbal balik yang lebih rendah dibandingkan Vietnam dan Kamboja.

Baca Juga :  Perpanjangan Pelunasan Biaya Haji: Apa Alasan dan Manfaatnya?

“Kunci utamanya adalah regulasi yang konsisten, efisiensi perizinan, dan menghindari kontroversi yang ditimbulkan oleh RUU. RUU Polri dan RUU KUHAP sebaiknya ditunda dulu,” imbuhnya.

Selain itu, Indonesia perlu mempersiapkan infrastruktur pendukung kawasan industri, sumber energi terbarukan yang memadai untuk pasokan listrik ke industri, dan kesiapan sumber daya manusia.

Faktor-faktor tersebut jauh lebih penting karena Indonesia tidak lagi dapat mengandalkan insentif fiskal yang berlebihan dengan adanya pajak minimum global. “Jika sebelumnya menarik investor dengan tax holiday dan tax allowances, sekarang saatnya meningkatkan daya saing fundamental,” jelasnya.

Para analis saham telah memproyeksikan bahwa pengumuman kebijakan tarif Trump ini akan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja IHSG setelah libur Lebaran.

Bernadus Wijaya, Presiden Direktur PT Sucor Sekuritas, menyatakan bahwa awal April merupakan periode krusial bagi IHSG.

Pada periode ini, emiten-emiten akan mulai merilis laporan keuangan kinerja kuartal I-2025.

Namun, hal ini belum tentu menjadi sentimen positif.

Keputusan kebijakan politik dan ekonomi Donald Trump akan menjadi perhatian utama bagi investor dan pelaku pasar.

Ia menjelaskan, minggu pertama atau kedua April 2025 juga merupakan jadwal cum date dividen bank pemerintah, seperti BRI, Bank Mandiri, dan BNI.

“Oleh karena itu, koreksi indeks kemungkinan akan terjadi terlebih dahulu karena aktivitas taking profit atas dividen yang telah diterima,” paparnya.

Bernadus menambahkan, kondisi pasar selanjutnya akan bergantung pada kinerja emiten pada kuartal I-2025 dan kebijakan tarif Donald Trump.

Berita Terkait

Sejarah dan Makna Peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei
Aksi May Day 2025: Ribuan Buruh Padati Monas Merayakan Hari Buruh
Menhan Sjafrie Tegaskan: UU TNI Final, Tidak Ada Revisi
Jenderal Soeharto: Layakkah Jadi Pahlawan Nasional Tahun Ini?
Mensesneg Ungkap Prabowo Berpeluang Tolak Pengunduran Diri Hasan Nasbi
Sejarah Hari Buruh Nasional: Dari Soekarno hingga Era Reformasi
KPK Ancam Jemput Paksa Dua Anggota DPR Terkait Kasus Dana CSR BI
Mutasi TNI Terbaru: Panglima Agus Subiyanto Rombak 237 Jabatan Strategis

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 12:27 WIB

Sejarah dan Makna Peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei

Kamis, 1 Mei 2025 - 10:03 WIB

Aksi May Day 2025: Ribuan Buruh Padati Monas Merayakan Hari Buruh

Kamis, 1 Mei 2025 - 08:56 WIB

Menhan Sjafrie Tegaskan: UU TNI Final, Tidak Ada Revisi

Kamis, 1 Mei 2025 - 07:28 WIB

Jenderal Soeharto: Layakkah Jadi Pahlawan Nasional Tahun Ini?

Kamis, 1 Mei 2025 - 07:16 WIB

Mensesneg Ungkap Prabowo Berpeluang Tolak Pengunduran Diri Hasan Nasbi

Berita Terbaru