Ragamutama.com – , Jakarta – Top 3 dunia kemarin menyoroti berbagai perkembangan terkait proses pemilihan paus yang baru. Upaya memilih pemimpin tertinggi Gereja Katolik sebagai pengganti mendiang Paus Fransiskus secara resmi dimulai pada hari Selasa, 7 Mei 2025. Beberapa nama kandidat potensial mencuat sebagai suksesor Paus Fransiskus.
Selain itu, dalam rangkuman top 3 dunia, kami mengulas sejarah tradisi penggunaan asap putih dan hitam dalam ritual pemilihan paus. Simak detail lengkapnya di bawah ini:
1. Siapa Saja Kardinal yang Diunggulkan sebagai Pengganti Paus Fransiskus?
Prosesi konklaf untuk menentukan pemimpin baru Tahta Suci Vatikan, menyusul berpulangnya Paus Fransiskus, telah dibuka di Kapel Sistina, Vatikan, pada Selasa, 7 Mei 2025. Para kardinal dari berbagai penjuru dunia berkumpul untuk melaksanakan serangkaian *congregazioni*, membahas karakteristik ideal seorang Paus baru.
Menurut informasi dari situs resmi Vatikan, terdapat sekitar 135 kardinal dari seluruh dunia yang memenuhi syarat, yaitu berusia maksimal 80 tahun, untuk ikut serta dalam memilih dan dipilih menjadi pemimpin Tahta Suci Vatikan. Dari Indonesia, Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, termasuk salah satu tokoh yang berpotensi menduduki jabatan Paus.
Selain itu, terdapat pula Kardinal Luis ‘Chito’ Antonio Tagle dari Filipina. Sejumlah pengamat meyakini bahwa kepemimpinan gereja di masa depan mungkin berada di luar lingkaran kardinal Italia. Tagle, yang berusia 67 tahun, dapat menjadi pilihan menarik bagi para kardinal yang menginginkan seorang Paus dari luar Eropa. Filipina dikenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Katolik terbesar di dunia, mencapai 80 persen dari total 100 juta jiwa. Jika terpilih, Tagle akan mencatatkan sejarah sebagai paus pertama dari Asia di era modern.
Ditunjuk sebagai kardinal pada tahun 2012 oleh Paus Benediktus, Tagle saat ini memegang peran penting dalam memimpin program penginjilan gereja dari Vatikan. Sebagai mantan Uskup Agung Manila, Tagle seringkali dijuluki sebagai “Fransiskus dari Asia”. Sejarawan dari Universitas Oxford, Miles Pattenden, menyampaikan kepada Al Jazeera bahwa gaya kepemimpinannya memiliki kemiripan dengan pendekatan pastoral yang diterapkan oleh mendiang Paus Fransiskus.
Baca ulasan selengkapnya di sini .
2. Mengenal Lebih Dekat Asal Mula Tradisi Asap Hitam dan Putih dalam Konklaf Pemilihan Paus
Konklaf untuk memilih paus yang baru memasuki hari kedua pada Kamis, 8 Mei 2025. Pada hari pertama, para kardinal belum berhasil mencapai kesepakatan untuk memilih paus pengganti Fransiskus, yang telah berpulang pada tanggal 21 April lalu.
Kemunculan asap hitam dari cerobong Kapel Sistina pada hari Rabu mengindikasikan bahwa seorang paus baru belum terpilih. Gereja Katolik menggunakan isyarat asap sebagai cara untuk menginformasikan kepada publik mengenai status pemilihan paus.
Para kardinal yang berpartisipasi dalam konklaf, yang berasal dari bahasa Latin yang berarti “dengan kunci,” diisolasi tanpa kontak dengan dunia luar. Oleh karena itu, mereka menggunakan salah satu metode komunikasi jarak jauh tertua: sinyal asap.
CBS News melaporkan bahwa setelah pemungutan suara oleh para kardinal selesai, kertas suara dibakar di perapian yang terletak di dalam Kapel Sistina. Jika asap yang keluar berwarna hitam, ini menandakan bahwa 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia masih belum memiliki paus yang baru. Sebaliknya, asap putih menandakan bahwa para kardinal telah berhasil memilih pemimpin gereja yang baru.
Sinyal asap telah digunakan sebagai sarana komunikasi selama ribuan tahun, menurut Clare Johnson, seorang profesor Studi Liturgi dan Teologi Sakramental di Universitas Katolik Australia, dalam sebuah artikel yang diterbitkan di The Conversation. Sinyal asap digunakan sebagai tanda peringatan, ajakan untuk berkumpul, atau untuk menyampaikan informasi. Banyak komunitas yang mengembangkan teknik yang kompleks untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu.
Informasi lebih lanjut dapat dibaca di sini.
3. Asap Hitam Terlihat, Proses Konklaf Pemilihan Paus Berlanjut di Hari Kedua
Asap hitam terlihat membubung dari cerobong asap di atas Kapel Sistina pada hari Rabu, 7 Mei 2025. Munculnya asap hitam pada hari pertama konklaf mengindikasikan bahwa belum ada paus baru yang terpilih. Sesi konklaf hari kedua dilanjutkan pada hari Kamis, 8 Mei 2025.
Anadolu Agency melaporkan bahwa, melanjutkan tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad, 133 kardinal berkumpul di Vatikan untuk memulai proses pemilihan kepala Gereja Katolik ke-267, setelah wafatnya Paus Fransiskus pada bulan sebelumnya. Konklaf dimulai pada hari Rabu dengan misa khidmat di Basilika Santo Petrus, yang dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re, yang juga memimpin konklaf pada tahun 2013 yang menghasilkan terpilihnya Fransiskus.
Setelah misa, para kardinal elektor berkumpul di Kapel Paulus dan berarak menuju Kapel Sistina, tempat konklaf berlangsung. Kapel Sistina, yang terkenal dengan lukisan dinding ikonik karya Michelangelo, tetap tertutup bagi dunia luar sampai seorang paus baru terpilih. Berdasarkan aturan konklaf, diperlukan mayoritas dua pertiga suara untuk memilih Paus berikutnya.
Konklaf tahun ini melanjutkan tradisi yang telah dimulai sejak tahun 1492, ketika Kapel Sistina menjadi tuan rumah pemilihan paus pertama—tahun yang sama ketika Christopher Columbus tiba di benua Amerika.
Informasi selengkapnya dapat diakses di sini .