DENPASAR, RAGAMUTAMA.COM – Dengan kecepatan kilat, tepat di detik ke 7,27, jari-jari Kadek Adi Asih (19) dengan sigap menekan tombol penentu kemenangan.
Dalam balutan seragam merah putih kebanggaan, Kadek Asih mengepalkan tangannya, luapan kebahagiaan dan rasa haru bercampur menjadi satu.
Atlet muda berbakat yang berasal dari Gitgit, Kabupaten Buleleng, Bali, ini berhasil menggondol medali perunggu yang membanggakan di ajang bergengsi, Piala Dunia Panjat Tebing 2025 Bali.
Gelombang dukungan dan kebanggaan atas prestasi Kadek Asih bergema di seluruh Pulau Peninsula, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, lokasi di mana kejuaraan tersebut berlangsung meriah pada hari Sabtu (3/5/2025) lalu.
Sebagai pemanjat andalan Indonesia di disiplin *speed*, Kadek Asih mencatatkan diri sebagai yang tercepat dalam pertarungan *small final*, sekaligus menyumbangkan medali pertama bagi Ibu Pertiwi.
“Momen yang paling membuat jantung berdebar kencang selama pertandingan kemarin adalah saat memasuki babak kualifikasi.”
“Karena dari babak kualifikasi inilah ditentukan apakah kita bisa melaju ke babak semifinal dan final,” ungkap Kadek Asih kepada Kompas.com, dalam wawancara pada hari Selasa (6/5/2025).
Atas pencapaian gemilangnya ini, gadis kelahiran Pumahan pada tanggal 22 November 2006, tak dapat menyembunyikan rasa haru dan bahagianya yang meluap-luap.
Pertandingan Piala Dunia ini menjadi debutnya di ajang tersebut, sekaligus menjadi ajang internasional kedua yang pernah ia ikuti.
Sebelumnya, Kadek Asih sempat menunjukkan kemampuannya di ajang Asian Youth Cup 2023 Singapura.
Meskipun masih tergolong muda, prestasi Kadek Asih sudah mulai diakui dan diperhitungkan. Menurutnya, kekuatan mental adalah kunci utama yang selalu ia jaga.
Selain itu, tentu saja, di balik kesuksesannya, ada kerja keras dan disiplin tinggi yang harus dijalani Kadek Asih. Ia berlatih intensif lima kali dalam seminggu, dengan hari Rabu dan Minggu sebagai waktu istirahatnya.
Setiap harinya, ia menjalani dua sesi latihan, yaitu pada pagi dan sore hari. Masing-masing sesi latihan berlangsung selama 2 hingga 3 jam.
Kadek Asih menceritakan bahwa ketertarikannya pada olahraga panjat tebing tumbuh ketika ia diajak oleh ibunya bermain ke taman kota. Di sana, ia menyaksikan orang-orang berlatih panjat tebing dengan penuh semangat.
Tanpa ragu, Kadek Asih menerima ajakan temannya untuk mencoba. Dalam keluarganya, Kadek Asih menjadi pionir sebagai atlet panjat tebing.
Meskipun demikian, kedua orang tuanya selalu memberikan dukungan, motivasi, dan doa yang tak ternilai harganya.
“Kak Desak adalah inspirasi saya karena Kak Desak adalah sosok yang sangat disiplin dan tekun dalam berlatih. Dia selalu memiliki tekad yang kuat untuk meraih prestasi,” ungkapnya tentang sosok kakaknya.
Saat ini, Kadek Asih lebih sering berada di luar Bali karena telah menjadi bagian dari Tim Pelatnas.
Ia fokus untuk terus mengasah teknik pemanjatan dan memperbaiki catatan waktunya.
“Untuk teman-teman semuanya, tetap semangat ya. Jangan pernah berhenti bermimpi karena dengan bermimpi, kita memiliki kekuatan untuk bangkit dan meraih apa yang kita inginkan,” pesan Kadek Asih dengan penuh semangat.