Jusuf Kalla: Indonesia Pilih Negosiasi daripada Balas Tarif Trump

- Penulis

Minggu, 6 April 2025 - 01:44 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Mantan Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK), memberikan pandangannya mengenai respons Indonesia terhadap kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) saat itu, Donald Trump. JK menyarankan agar Pemerintah Indonesia menghindari strategi pembalasan seperti yang dilakukan oleh Tiongkok, yaitu dengan menaikkan tarif bea masuk atau impor.

Menurut JK, jalur negosiasi adalah pendekatan yang lebih bijaksana. Dengan bernegosiasi, Indonesia dapat menghindari terjebak dalam eskalasi perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif, seperti yang terjadi antara AS dan Tiongkok.

“Kita tidak perlu membalas dengan tindakan serupa. Cukup dengan negosiasi. Karena porsi ekspor kita ke AS hanya sekitar 10 persen,” ujar JK di Jakarta, Sabtu (5/3/2025).

1. Dampak Kebijakan Tarif Trump Tidak Signifikan bagi Indonesia

Meskipun Trump memberlakukan tarif sebesar 32 persen terhadap barang-barang Indonesia yang diekspor ke AS, JK berpendapat bahwa dampak dari kebijakan ini tidak terlalu besar. Ia menilai bahwa nilai ekspor Indonesia ke AS masih relatif kecil jika dibandingkan dengan negara lain.

Baca Juga :  Bobby Nasution Menunggu Petunjuk Prabowo soal Jabatan di Gerindra

Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan, nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai 26,31 miliar dolar AS sepanjang tahun 2024. Neraca perdagangan Indonesia dengan AS mencatatkan surplus sebesar 14,34 miliar dolar AS.

JK menekankan bahwa angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan Tiongkok. Indonesia lebih banyak mengimpor bahan mentah, berbeda dengan Tiongkok yang lebih banyak mengimpor barang jadi atau barang dengan nilai tambah.

“Hanya 26 miliar dolar AS dibandingkan dengan triliunan dolar impor mereka (Tiongkok). Tidak akan terlalu berpengaruh,” kata JK.

Rachmat Gobel: Kebijakan Tarif Trump Berdampak Besar bagi RI

Rachmat Gobel: Kebijakan Tarif Trump Berdampak Besar bagi RI

2. Kebijakan Trump Dilatarbelakangi oleh Tensi Politik

JK menjelaskan bahwa umumnya, tarif impor atau bea masuk dikenakan berdasarkan jenis komoditas. Namun, Trump menerapkan tarif terhadap negara-negara yang mencatatkan surplus perdagangan dengan AS. Oleh karena itu, JK berpendapat bahwa kebijakan Trump mengandung unsur politik yang kuat.

“Biasanya, tarif impor itu didasarkan pada komoditas. Baja berapa tarifnya, misalnya 10 persen, atau mobil berapa persen. Ini adalah praktik yang umum dilakukan oleh negara-negara. Jadi, ini lebih banyak aspek politisnya. Karena yang dikenakan adalah negara, bukan komoditasnya. Jelas sekali bahwa ini memiliki sifat emosional, atau ada unsur politik yang kuat terhadap negara tersebut,” ujar JK.

Baca Juga :  Iftitah Sulaiman Klaim Tak Ada Pemaksaan dalam Transmigrasi Lokal Warga Rempang

3. Pemerintah Perlu Memverifikasi Tarif Impor yang Dikenakan ke AS

Selain mengusulkan negosiasi, JK juga menyarankan agar pemerintah melakukan klarifikasi kepada AS mengenai biaya-biaya yang dikenakan pada produk-produk AS yang masuk ke Indonesia. Ia berharap langkah ini dapat memengaruhi kebijakan Trump terhadap Indonesia.

“Kita dikenakan tarif 32 persen. Apakah benar kita mengenakan pajak atau beban sebesar 64 persen pada barang-barang Amerika? Dari mana angka 64 persen itu? Jadi, tugas kita adalah mengklarifikasi hal ini. Karena saya kira, mengingat ini lebih bersifat politis, maka hal ini lebih merupakan efek tekanan,” kata JK.

Panasonic Gobel Ikut Terdampak Kebijakan Resiprokal Trump

Panasonic Gobel Ikut Terdampak Kebijakan Resiprokal Trump

Berita Terkait

Prabowo Janji Perjuangkan Marsinah Pahlawan Nasional: Kisah Tragis Buruh yang Dibunuh
Prabowo Subianto Rencanakan Pembentukan Dewan Kesejahteraan Buruh Nasional
Aksi May Day Buruh: Tolak Libur, Suarakan Perlawanan di DPR!
Sejarah dan Makna Peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei
Aksi May Day 2025: Ribuan Buruh Padati Monas Merayakan Hari Buruh
Menhan Sjafrie Tegaskan: UU TNI Final, Tidak Ada Revisi
Jenderal Soeharto: Layakkah Jadi Pahlawan Nasional Tahun Ini?
Mensesneg Ungkap Prabowo Berpeluang Tolak Pengunduran Diri Hasan Nasbi

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:55 WIB

Prabowo Janji Perjuangkan Marsinah Pahlawan Nasional: Kisah Tragis Buruh yang Dibunuh

Kamis, 1 Mei 2025 - 14:47 WIB

Prabowo Subianto Rencanakan Pembentukan Dewan Kesejahteraan Buruh Nasional

Kamis, 1 Mei 2025 - 14:39 WIB

Aksi May Day Buruh: Tolak Libur, Suarakan Perlawanan di DPR!

Kamis, 1 Mei 2025 - 12:27 WIB

Sejarah dan Makna Peringatan Hari Buruh Internasional 1 Mei

Kamis, 1 Mei 2025 - 10:03 WIB

Aksi May Day 2025: Ribuan Buruh Padati Monas Merayakan Hari Buruh

Berita Terbaru

Society Culture And History

Skandal UTBK 2025: Mahasiswa dan Alumni ITB Diduga Lakukan Perjokian!

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:51 WIB

Food And Drink

Rayakan May Day: Promo Makanan & Tiket Wahana Menanti!

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:47 WIB

entertainment

Raisa Ungkap Pengalaman dan Pandangannya Sebagai Seorang Ambivert

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:43 WIB

Family And Relationships

Lisa Mariana Akhirnya Buka Suara: Sakitkah Atalia Saat Ridwan Kamil Diselingkuhi?

Kamis, 1 Mei 2025 - 15:39 WIB