Franchise ikonik Jurassic Park kembali menghadirkan petualangan mendebarkan melalui film terbaru, Jurassic World: Rebirth. Disutradarai oleh Gareth Edwards, film ini mengambil pendekatan yang menarik; meskipun berstatus sebagai sekuel dari Jurassic World: Dominion, ia lebih menyerupai sebuah reboot dengan memperkenalkan deretan karakter dan alur cerita yang sepenuhnya baru. Jurassic World: Rebirth menjanjikan tontonan yang penuh aksi kejar-kejaran dinosaurus intens, sekaligus terasa lebih akrab di hati para penggemar, berkat elemen-elemen yang mengingatkan pada nuansa Jurassic Park klasik. Mari kita selami lebih dalam ulasan lengkapnya.
Dalam petualangan terbarunya, Jurassic World: Rebirth memperkenalkan karakter sentral baru, Zora Bennett (diperankan oleh Scarlett Johansson), seorang agen rahasia yang mengemban misi berbahaya dari perusahaan ParkerGenix. Misinya adalah mengumpulkan tiga sampel DNA langka dari Mosasaurus, Titanosaurus, dan Quetzalcoatlus, di tengah kondisi dunia yang mulai kehilangan minat terhadap keberadaan hewan purba ini. Upaya tim Zora, yang terdiri dari Duncan (Mahersala Ali) dan Dr. Henry (Jonathan Bailey), untuk memperoleh sampel DNA dari dinosaurus air, darat, dan udara ini digambarkan dengan sangat epik. Adegan kejar-kejaran yang disajikan sungguh seru dan menegangkan, meskipun paruh pertama film ini dibuka dengan tempo yang relatif lambat.
Keseruan aksi tersebut dipermanis dengan kehadiran keluarga Reuben dan kedua putrinya, Teresa dan Isabella. Kisah dari sudut pandang keluarga ini berhasil membuat narasi Jurassic World: Rebirth terasa lebih manusiawi, dengan intrik keluarga yang berkembang seiring keterlibatan tak terduga mereka dalam petualangan menegangkan ini. Perpaduan antara aksi dinosaurus dan drama keluarga memberikan kedalaman emosional yang signifikan pada cerita.
Dibandingkan dengan trilogi sebelumnya, Jurassic World: Rebirth mengadopsi formula dari Jurassic Park klasik, menjadikannya tontonan yang lebih memikat dan mudah dinikmati. Titik berat cerita film ini berada pada karakter manusia, bukan sekadar pertarungan antar-monster. Pendekatan ini terbukti lebih efektif dalam membangun emosi dan ketegangan konflik, meski tentu saja pertarungan sesama dinosaurus akan selalu menghadirkan adegan pertempuran yang lebih intens.
Tanpa bermaksud memberikan terlalu banyak spoiler, Jurassic World: Rebirth menutup ceritanya dengan sebuah “happy ending.” Penggunaan tanda kutip ini memiliki makna tersendiri; yang pasti, Anda tidak perlu menyiapkan tisu untuk adegan akhir film ini. Namun, alih-alih menjadi penutup yang berkesan, adegan terakhir justru terasa kurang realistis. Ini menjadi sedikit disayangkan, mengingat kepuasan yang telah terbangun dari adegan petualangan yang cukup seru dan intens, namun kemudian diakhiri dengan adanya plot hole yang meninggalkan perasaan mengganjal saat keluar dari studio bioskop.
Secara keseluruhan, film Jurassic World: Rebirth sangat layak untuk dinikmati, bahkan bagi Anda yang belum mengikuti franchise Jurassic World atau Jurassic Park sekalipun. Akting gemilang Scarlett Johansson dan Mahersala Ali patut diacungi jempol, sementara petualangan dan konflik dengan dinosaurusnya tersaji begitu seru dan menegangkan, meskipun di awal film alur ceritanya terasa berjalan lambat. Telah tayang mulai 2 Juli 2025, film ini cukup layak untuk masuk daftar tontonan akhir pekan Anda.
Apakah Film Jurassic World: Rebirth Punya Post-credit Scene?
Rekap Lengkap Film Jurassic Park dan Jurassic World
Urutan Film Sebelum Nonton Jurassic World Rebirth, Berdasar Tahun Rilisnya!