Ragamutama.com: Kenangan kelam final Liga Champions 2007/2008 masih membekas. Claude Makelele, mantan gelandang Chelsea, membuka tabir di balik drama adu penalti dan peran John Terry.
Final yang mempertemukan The Blues dengan Manchester United itu, diwarnai momen krusial ketika sang kapten Chelsea, John Terry, maju sebagai eksekutor penentu.
Namun, takdir berkata lain. Terry terpeleset, tendangannya membentur tiang gawang, dan memaksa adu penalti berlanjut ke sudden death.
Kegagalan Nicolas Anelka dalam tendangan penalti ketujuh memastikan trofi Liga Champions ketiga untuk Manchester United.
Terlepas dari klaim Mikel Arteta, Pelatih PSG tetap berpendapat Arsenal bukanlah tim terbaik di Liga Champions saat itu.
Lebih dari sekadar kegagalan penalti, momen terpelesetnya Terry di Stadion Luzhniki, Moskow, telah menjadi simbol yang tak terlupakan.
Kini, Claude Makelele, mantan rekan setim Terry, mengungkap fakta yang selama ini tersembunyi.
Menurut pengakuan Makelele, Terry sebenarnya tidak masuk dalam daftar awal penendang penalti.
Keputusan sang kapten mengubah urutan, dilatarbelakangi ambisi untuk menjadi pahlawan kemenangan.
“Ruang ganti setelah pertandingan terasa seperti neraka,” ungkap Makelele dalam acara The LineUp, persembahan BetMGM dan talkSPORT.
“Tidak ada sukacita, hanya kesedihan mendalam.”
“Kami melakukan kesalahan fatal menjelang adu penalti.”
“Urutan penendang telah disepakati antara pemain dan manajer, tetapi diubah pada menit-menit terakhir,” lanjutnya.
Makelele membeberkan bahwa Salomon Kalou seharusnya menjadi penendang kelima Chelsea.
“Seharusnya Salomon Kalou yang mengambil penalti pamungkas, tetapi John (Terry) mengambil alih kesempatan itu.”
“Menurut saya, kekalahan kami dalam kompetisi ini adalah bukti bahwa sepak bola bisa sangat kejam. Ketika Anda tidak melakukan sesuatu dengan benar, Anda harus siap menerima konsekuensinya,” tuturnya.
Mantan pemain Real Madrid itu tak dapat menyembunyikan kekecewaannya atas kegagalan Terry.
Usai tersingkir dari Liga Champions, Declan Rice berjanji akan membawa Arsenal meraih trofi di masa depan.
“Saya sangat marah ketika ia gagal mencetak gol, karena saya tahu banyak pemain muda tidak akan mendapatkan kesempatan seperti itu.”
“Saya pernah memenangkan Liga Champions sebelumnya, tetapi pada saat itu, John seharusnya menjadi pemimpin dan melakukan yang terbaik untuk tim.”
“Dia tidak berhasil memastikan kami memenangkan trofi, dia justru berusaha menjadi pahlawan.”
“Jika dia berhasil, dia akan menjadi pahlawan yang mengangkat trofi,” imbuh Makelele.
Tahun lalu, dalam Up Front Podcast, Terry mengakui bahwa momen tersebut adalah yang terburuk dalam kariernya.
“Sampai hari ini, saya masih belum bisa melupakannya. Saya rasa saya tidak akan pernah bisa melupakannya.”
“Lucunya, sebagai pemain, Anda memiliki banyak momen bahagia, tetapi justru momen-momen buruklah yang paling membekas.”
“Malam itu, setelah kekalahan, kami kembali ke hotel. Manajer meminta kami semua untuk turun dan minum bersama, tetapi saya memilih untuk tetap di kamar karena saya tidak sanggup menghadapi mereka.”
“Akhirnya, saya turun dan minum bir bersama rekan-rekan lainnya.”
“Saya ingat berdiri di kamar hotel saya di lantai 25, menatap seluruh Moskow dan bertanya pada diri sendiri, ‘Mengapa? Mengapa hujan turun? Mengapa saya terpeleset?'”
“Hal tersulit bagi saya adalah tiga hari kemudian, kami menjalani pertandingan persahabatan untuk Inggris melawan AS di Wembley dan bermain imbang 1-1.”
“Saya mencetak gol dengan sundulan dari luar kotak penalti.”
“Seandainya saya bisa menukar dua gol dalam karier saya, saya akan menukar keduanya dengan kesempatan itu,” pungkas Terry.