PT Indosat Tbk (ISAT), atau yang kini dikenal sebagai Indosat Ooredoo Hutchinson (IOH), tengah agresif menyusun strategi ekspansi guna menggenjot kinerja gemilangnya sepanjang tahun ini. Langkah ini dilakukan di tengah dinamika industri telekomunikasi yang terus berkembang.
Salah satu gebrakan terbaru adalah peresmian Indonesia’s AI Center of Excellence pada Jumat, 11 Juli. Inisiatif strategis ini merupakan hasil kolaborasi Indosat dengan Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Komdigi), Cisco, serta Nvidia. Program ini dirancang khusus untuk membangun fondasi infrastruktur kecerdasan buatan (AI) yang tangguh, sekaligus memperkuat keamanan siber dan melahirkan talenta-talenta baru di bidang AI.
AI Center of Excellence ini mengintegrasikan teknologi mutakhir dari Nvidia, yang dilindungi oleh infrastruktur cerdas dari Cisco, serta didukung penuh oleh jaringan digital luas yang dimiliki Indosat di seluruh Tanah Air. Indosat bahkan menjadi pionir di Asia Tenggara dalam mengadopsi teknologi Nvidia GB200 NVL72, sebuah inovasi terkini yang mendukung pengembangan generatif AI dan komputasi performa tinggi (HPC) generasi mendatang.
“Dengan dukungan dari para mitra global, kami bertekad untuk mempercepat laju pertumbuhan Indonesia. Kami ingin memastikan masyarakat Indonesia tidak hanya menjadi pengguna AI, tetapi juga kreator dan inovator utama di bidang ini,” ungkap Vikram Sinha, President Director & CEO ISAT, dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat, 11 Juli.
Peresmian AI Center ini hanyalah satu dari serangkaian rencana ekspansi yang disiapkan Indosat tahun ini. Sebelumnya, dalam paparan publik pada Rabu, 28 Mei, Direktur sekaligus Chief Business Officer ISAT, Danny Buldansyah, memang telah menyampaikan komitmen perseroan untuk memperluas aktivitas pemrograman berbasis AI. Selain itu, Indosat juga berencana melebarkan sayap ke sektor pertahanan dan keamanan, serta jasa jual kembali layanan telekomunikasi. Tak berhenti di situ, perseroan juga akan merambah segmen usaha konsultasi dan desain berbasis internet of things (IoT), penyelenggara sistem pembayaran, layanan periklanan, hingga penelitian pasar. Danny menegaskan bahwa penambahan kegiatan usaha ini dilakukan karena Indosat memiliki kapabilitas untuk membawa layanan-layanan tersebut demi meningkatkan nilai perusahaan secara signifikan.
Melihat prospek Indosat ke depan, analis Panin Sekuritas, Aqil Triyadi, menilai kinerja ISAT di tahun 2025 masih berpotensi menanjak, meskipun dengan tempo yang lebih moderat dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, ia meyakini kenaikan kinerja Indosat akan lebih baik jika dibandingkan dengan emiten telekomunikasi lainnya. “Kami memperkirakan EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) ISAT akan tumbuh di kisaran 6%-8% secara tahunan di tahun 2025 ini,” jelas Aqil kepada Kontan, Jumat, 11 Juli.
Proyeksi optimis ini didasari oleh kinerja keuangan ISAT yang cukup positif pada kuartal I 2025. Tercatat, laba bersih ISAT tumbuh 1,26% secara tahunan, dari Rp 1,29 triliun menjadi Rp 1,31 triliun. Kenaikan ini ditopang oleh langkah efisiensi yang dilakukan perusahaan, di mana total beban ISAT pada periode tersebut menurun 2,54% secara tahunan, dari Rp 11,06 triliun di kuartal I 2024 menjadi Rp 10,78 triliun. Meski demikian, pendapatan ISAT sedikit turun 1,86% secara tahunan menjadi Rp 13,57 triliun di kuartal I 2025. “Perseroan juga konsisten pada strategi pertumbuhan ARPU (rata-rata pendapatan per pengguna) ke depan,” tambah Aqil. Ia juga menyoroti kolaborasi terbaru dengan Nvidia dan Cisco sebagai faktor pendorong pertumbuhan jangka panjang, karena teknologi AI dapat memacu efisiensi perusahaan, sebagaimana tercermin dari kenaikan laba.
Namun, Aqil mengingatkan investor untuk mencermati dinamika persaingan di industri serta masih lemahnya daya beli yang berpotensi memperlambat pertumbuhan. Senada dengan Aqil, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, juga berpendapat demikian. Ia menambahkan, isu merger atau akuisisi lain di sektor telekomunikasi serta perubahan regulasi terkait tarif di Amerika Serikat juga patut dipantau secara seksama.
Terlepas dari tantangan tersebut, Sukarno melihat kinerja Indosat secara keseluruhan masih cukup solid di tengah kompetisi ketat di industri telekomunikasi. “Prospek jangka menengah ISAT tetap menarik, terutama dari monetisasi data, sinergi pasca-merger, dan potensi dari ekspansi bisnis baru,” terangnya. Dari sisi valuasi saham, Sukarno menilai ISAT relatif undervalued, dengan price to book value (PBV) dan price to earnings ratio (PER) yang berada di bawah rata-rata sektoral. Ke depan, Sukarno menyarankan investor untuk mencermati laporan keuangan kuartalan ISAT, sembari terus memantau perkembangan proyek 5G dan realisasi belanja modalnya.
Pada perdagangan Jumat, 11 Juli, saham ISAT bergerak stagnan di level Rp 2.100 per saham, dan menunjukkan pola yang sama dalam sebulan terakhir. Namun, sejak awal tahun, saham ISAT telah terkoreksi 15,32%. Berdasarkan analisisnya, Aqil merekomendasikan “hold” saham ISAT untuk investor jangka menengah dan panjang dengan target harga Rp 2.300. Sementara itu, Sukarno memberikan rekomendasi “akumulasi” untuk jangka panjang, dengan target harga yang lebih tinggi, yaitu Rp 2.700 per saham.