Bursa Saham Teluk Rontok Akibat Eskalasi Konflik Israel-Iran, Ekonomi Regional Tertekan
Bursa saham di kawasan Teluk kompak melemah signifikan pada Minggu (15/6) pagi. Pemicunya adalah eskalasi serangan terbaru antara Israel dan Iran yang saling balas, membangkitkan kekhawatiran mendalam akan meluasnya konflik di Timur Tengah dan dampaknya pada stabilitas ekonomi regional. Kekacauan geopolitik ini dengan cepat mencerminkan kekhawatiran investor di pasar keuangan.
Eskalasi ketegangan dimulai setelah Israel mengklaim telah melancarkan serangan intensif terhadap fasilitas nuklir, pabrik rudal balistik, dan markas militer Iran. Serangan ini disebut telah berlangsung sejak Jumat (13/6) dan berlanjut dalam beberapa hari berikutnya, dengan Israel menyatakan operasi ini sebagai langkah jangka panjang untuk mencegah Teheran membangun senjata nuklir. Sebagai balasan, Iran tidak tinggal diam; mereka melancarkan serangan ke wilayah Israel dan bahkan membatalkan perundingan nuklir penting yang sedianya digelar pada Minggu. Pembatalan ini menjadi sorotan, mengingat Amerika Serikat sebelumnya menyebut dialog tersebut sebagai satu-satunya cara untuk menghentikan pengeboman yang dilakukan Israel.
Dampak langsung paling terasa di pasar saham Qatar, di mana Indeks saham Qatar (.QSI) merosot tajam 2,9 persen sekitar pukul 08.15 GMT. Hampir seluruh saham komponen bergerak di zona merah, mencerminkan kepanikan investor. Beberapa saham yang terpukul parah antara lain Qatar Gas Transport Nakilat (QGTS.QA) yang anjlok 3,1 persen, Qatar Electricity and Water Company (QEWC.QA) melemah 1,7 persen, dan Qatar National Bank (QNBK.QA), bank terbesar di kawasan Teluk, yang merosot signifikan 3,3 persen.
Kekhawatiran mendalam juga muncul terkait pasokan energi global. Pada Sabtu (14/6) malam, Israel dilaporkan menyerang infrastruktur energi Iran, termasuk instalasi lepas pantai di ladang gas South Pars. Ladang ini, yang dimiliki bersama oleh Iran dan Qatar, merupakan sumber utama produksi gas Iran. Serangan tersebut sontak memicu ketakutan akan terganggunya ekspor energi vital dari kawasan tersebut, menambah tekanan pada pasar dan prospek ekonomi.
Gelombang pelemahan pasar tidak hanya melanda Qatar. Indeks acuan Arab Saudi (.TASI) sempat anjlok hingga 3,6 persen saat pembukaan perdagangan, meskipun berhasil memangkas pelemahan menjadi 1,6 persen di sesi berikutnya, menunjukkan sedikit pemulihan di tengah ketidakpastian. Sementara itu, di Kuwait, indeks utama (.BKP) terperosok 4,3 persen. Sektor penerbangan pun tak luput dari imbasnya, dengan saham Jazeera Airways (JAZK.KW) amblas hingga 10 persen, lantaran maskapai tersebut terpaksa menghindari wilayah udara di sebagian besar kawasan yang bergejolak.
Pelemahan pasar juga menyebar ke bursa saham lain di kawasan Teluk dan Timur Tengah. Bursa Saham Muscat (.MSX30) di Oman melemah 1,5 persen, diikuti oleh indeks Bahrain (.BAX) yang turun 0,8 persen. Bahkan bursa Tel Aviv di Israel pun dibuka lebih rendah 1,5 persen, mencerminkan ketegangan internal yang meningkat. Penting untuk dicatat, Oman selama ini dikenal sebagai mediator kunci antara Iran dan Amerika Serikat dalam pembicaraan nuklir.
Adapun Bursa Dubai (.DDFMGI) dan Abu Dhabi (.FTFADGI) di Uni Emirat Arab (UEA), yang dijadwalkan akan dibuka kembali pada Senin, telah menunjukkan tren pelemahan bahkan sebelum eskalasi terbaru. Pada Jumat (13/6), kedua bursa tersebut ditutup melemah masing-masing sebesar 1,9 persen dan 1,3 persen, mengindikasikan sentimen pasar yang sudah negatif menyikapi situasi geopolitik yang memanas.