JAKARTA, RAGAMUTAMA.COM – Kabar gembira bagi para penggemar sepak bola, khususnya Bobotoh! Klub kebanggaan Jawa Barat, Persib Bandung, berencana untuk mencatatkan namanya di lantai bursa melalui penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) Persib.
Wacana IPO Persib Bandung ini semakin santer terdengar setelah diskusi antara Presiden klub Persib, Glenn T. Sugita, dan tokoh penting di balik suksesnya penyelenggaraan Piala Presiden sejak tahun 2015, Maruarar Sirait.
Teguh Hidayat, seorang pengamat pasar modal, menyampaikan bahwa sebelum isu IPO Persib ini mencuat, beberapa klub sepak bola di berbagai negara memang sudah lebih dulu memanfaatkan pasar modal, meski jumlahnya masih terbilang sedikit.
Beberapa nama besar di kancah sepak bola dunia seperti Manchester United (Inggris), Borussia Dortmund (Jerman), Juventus (Italia), dan Glasgow Rangers (Skotlandia) telah lebih dulu mencatatkan sahamnya di bursa efek.
Di Indonesia sendiri, Bali United, dengan bendera PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA), telah sukses melantai di bursa efek sejak tahun 2019.
“Namun, perlu diingat bahwa harga sahamnya akan sangat dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan, bukan semata-mata oleh prestasi klub di lapangan,” jelasnya kepada Kompas.com, pada Kamis (29/5/2025).
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa keberhasilan sebuah klub dalam meraih juara di berbagai kompetisi tidak serta merta menjamin kondisi keuangan yang sehat.
Justru, aktivitas pembelian pemain dan pembayaran gaji yang tinggi seringkali menjadi beban finansial bagi klub sepak bola.
Selain itu, performa saham klub-klub sepak bola di luar negeri juga cenderung tidak menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.
“Saham MU, saham Juventus, perkembangannya juga tidak terlalu menggembirakan,” tambahnya.
Oleh karena itu, menurut Teguh, kehadiran klub sepak bola di pasar saham mungkin kurang menarik karena potensi keuntungan yang bisa diperoleh relatif kecil.
“Pendapatan memang bisa besar, tetapi pengeluaran cenderung jauh lebih besar,” ujarnya.
Secara umum, Teguh menjelaskan bahwa pendapatan utama sebuah klub sepak bola berasal dari tiga sumber utama: sponsor, penjualan tiket pertandingan, dan hak siar.
Keberhasilan dalam mendatangkan sponsor dan menjual tiket pertandingan sangat bergantung pada reputasi klub dan ketersediaan infrastruktur yang memadai. Sementara itu, hak siar memiliki potensi pendapatan yang lebih tinggi jika dikelola dengan efektif.
Selain itu, Teguh menyoroti bahwa Persib memiliki potensi yang besar mengingat jumlah penduduk Jawa Barat yang sangat banyak.
“Jadi, jika dibandingkan dengan Bali United (BOLA), Persib memiliki potensi yang lebih baik,” ungkapnya.
Namun, ia juga mengingatkan para calon investor untuk cermat dalam mempelajari laporan keuangan Persib Bandung.
“Kita tetap harus menganalisis kinerja keuangannya terlebih dahulu, karena pengeluaran untuk transfer pemain sangat besar. Bahkan Manchester United pun mengalami kerugian akibat hal ini,” pungkasnya.
Sebagai informasi tambahan, Persib Bandung tengah merencanakan untuk melaksanakan Initial Public Offering (IPO), mengikuti jejak yang telah ditempuh oleh Bali United.
Wacana mengenai langkah serupa yang akan diambil oleh Persib ini mencuat dalam perbincangan antara Presiden klub Persib, Glenn T. Sugita, dan tokoh di balik kesuksesan Piala Presiden sejak tahun 2015, Maruarar Sirait.
Menjelang penyerahan trofi Liga 1 2024-2025, keduanya berdiskusi mengenai rencana Persib untuk memasuki Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2026.