Inter Milan: Kisah Tragis Musim 2024-2025, Dari Potensi Quadruple Menjadi Tanpa Trofi
Musim 2024-2025 seharusnya menjadi babak bersejarah bagi Inter Milan. Berangkat dengan peluang emas untuk meraih empat gelar juara, *Nerazzurri* justru mengakhiri kompetisi dengan tangan hampa, sebuah akhir yang menyakitkan akibat serangkaian ‘kolaps’ yang tak terduga. Tim besutan Simone Inzaghi ini bertarung di empat kancah prestisius: Liga Italia, Coppa Italia, Supercoppa Italiana, dan Liga Champions.
Pada awalnya, harapan untuk mewujudkan *quadruple winner* tampak sangat realistis. Di Liga Italia, Inter Milan konsisten bersaing ketat dengan Napoli dalam perburuan *scudetto*. Demikian pula di Liga Champions, *La Beneamata* menunjukkan dominasi meyakinkan, berhasil lolos dari fase grup sebagai tim terbaik keempat di Eropa. Mental juara dan performa solid seolah menjadi jaminan.
Namun, memasuki pergantian tahun, nasib Inter Milan mulai berbalik. Satu demi satu peluang juara yang ada, sirna begitu saja akibat kerapuhan mental dan inkonsistensi yang mendadak melanda. Runtuhnya performa ini dimulai di ajang Supercoppa Italiana pada 6 Januari 2025. *I Nerazzurri* kala itu sudah di ambang kemenangan, memimpin 2-0 atas AC Milan hingga awal babak kedua. Namun, dalam kurun waktu sekitar 40 menit di sisa waktu, Inter kebobolan tiga kali, berbalik kalah 2-3 dengan gol penentu Milan tercipta di menit ke-90+3.
Trofi kedua yang lepas dari genggaman kapten Lautaro Martinez dkk. adalah Coppa Italia. Sempat mengamankan hasil imbang 1-1 di leg pertama semifinal melawan Milan di kandang lawan, Inter justru tampil sangat buruk di leg kedua pada 23 April 2025. Mereka dihancurkan 0-3 oleh sang rival sekota, sekaligus menutup pintu ke final.
Kisah pahit berlanjut di Liga Italia. Pada pekan ke-37, 18 Mei 2025, *Nerazzurri* kembali ‘kolaps’ di momen krusial. Mereka sempat unggul 2-1 atas Lazio, sementara di pertandingan lain Napoli bermain imbang 0-0 melawan Parma. Jika hasil ini bertahan, Inter akan mengambil alih puncak klasemen dan memegang kendali penuh perebutan *scudetto*. Namun, kemenangan di depan mata itu lenyap setelah Tim Biru Hitam kebobolan lewat penalti di menit ke-90. Hasil imbang 2-2 membuat Inter tetap di peringkat kedua, dan pada akhirnya, Napoli yang sukses mengunci gelar juara dengan selisih tipis satu poin setelah kedua tim sama-sama menang di pekan terakhir.
Dengan tiga kompetisi domestik lepas, Liga Champions menjadi satu-satunya harapan tersisa bagi Inter untuk meraih gelar musim ini. Namun, di laga final pada Minggu (1/6/2025) dini hari WIB, *Nerazzurri* lagi-lagi menampilkan performa yang sangat mengecewakan, tampil di bawah standar sepanjang pertandingan, hingga akhirnya kalah telak 0-4 dari PSG. Padahal, di fase *knock-out* sebelumnya, Inter sempat tak terkalahkan dan tampil impresif saat menghadapi dua klub raksasa: Bayern Muenchen dan Barcelona. Namun, sekali mereka kehilangan momentum, Inter Milan seolah rentan terhadap kekalahan telak, seperti yang pernah terjadi saat mengalami ‘pembantaian’ di Muenchen, menjadi cerminan kerapuhan mental mereka.
Kebiasaan Inter Milan ‘kolaps’ ini sebetulnya sudah terlihat sepanjang musim. Di Liga Italia, selain saat melawan Lazio, *La Beneamata* juga tercatat sering kehilangan poin gara-gara kebobolan di menit-menit akhir saat menghadapi Genoa, Milan, Juventus, dan Napoli. Jika saja mereka mampu menjaga keunggulan di pertandingan-pertandingan krusial tersebut, Inter mungkin tidak perlu bersaing seketat itu dengan Napoli dalam perebutan gelar juara.
Dari tim yang semula dielu-elukan memiliki peluang besar meraih *quadruple*, Inter Milan harus mengakhiri musim 2024-2025 dengan kepedihan, pulang tanpa membawa satu pun trofi. Sebuah ironi yang menjadi catatan kelam dalam sejarah klub.