Kabar duka menyelimuti jagat ekonomi dan politik Indonesia. Ekonom senior sekaligus guru bangsa, Kwik Kian Gie, meninggal dunia pada Senin malam, 28 Juli 2025. Kepergian tokoh nasional ini dikonfirmasi oleh Politikus PDI Perjuangan (PDIP), Andreas Hugo Pareira, yang menyebut Kwik Kian Gie telah dirawat intensif beberapa minggu di rumah sakit akibat gangguan pencernaan.
“Pak Kwik Kian Gie, guru bangsa, ekonom senior, politikus yang berintegritas, meninggal dunia pada 28 Juli pukul 22.00 di Rumah Sakit Medistra,” ujar Andreas saat dikonfirmasi Tempo pada Selasa, 29 Juli 2025, menguatkan kabar duka tersebut.
Ucapan belasungkawa juga datang dari berbagai kalangan, termasuk mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. Melalui akun Instagramnya, @sandiuno, Sandiaga mengenang Kwik Kian Gie sebagai “ekonom, pendidik, nasionalis sejati.”
Lahir di Pati, Jawa Tengah, pada 11 Januari 1935, Kwik Kian Gie menempuh pendidikan tingginya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sebelum melanjutkan studinya di Nederlandse Economise Hogeschool (kini Erasmus University Rotterdam) di Belanda. Setelah merampungkan studinya di Negeri Kincir Angin, Kwik sempat mengabdi sebagai asisten atase kebudayaan dan penerangan di Kedutaan Besar RI di Den Haag.
Pada tahun 1970, Kwik Kian Gie kembali ke Tanah Air dan memulai kiprahnya di dunia bisnis. Perjalanan politiknya dimulai pada 1987, ketika ia bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di bawah kepemimpinan Soerjadi. Integritas dan pemikirannya yang tajam membuat Kwik dipercaya menjadi salah satu Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan (PDIP) saat Megawati Soekarnoputri memegang pucuk pimpinan partai. Ia juga aktif berkontribusi sebagai bagian dari tim Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) partai berlambang banteng itu.
Karier Kwik Kian Gie di pemerintahan mencapai puncaknya di era Presiden Abdurrahman Wahid, saat ia dipercaya menjabat sebagai Menteri Ekonomi, Keuangan, dan Industri. Kemudian, di masa kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri, Kwik diangkat sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), sebuah posisi strategis dalam perencanaan pembangunan negara.
Selama menjabat, Kwik Kian Gie dikenal sebagai sosok yang berprinsip teguh dan tak segan menyuarakan perbedaan pendapat, bahkan dengan Presiden sekalipun. Salah satu momen krusial adalah ketika ia menentang keras rencana Megawati menerbitkan instruksi presiden mengenai release and discharge (R&D). Kebijakan kontroversial ini kelak menjadi dasar penerbitan surat keterangan lunas (SKL) oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) bagi para konglomerat yang memiliki utang besar dari dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI).
Artikel ini ditulis oleh Linda Trianita dan Rosseno AJi.