Ragamutama.com, Jakarta – Kesepakatan tarif resiprokal sebesar 19 persen yang dikenakan Amerika Serikat terhadap produk ekspor Indonesia telah memicu beragam pandangan, terutama dari pengamat pertanian Syaiful Bahari. Di bawah kesepakatan ini, produk Amerika Serikat akan menikmati akses bebas tarif ke pasar Indonesia, sementara produk Tanah Air tetap dikenakan bea masuk di AS.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan bahwa Indonesia akan berkomitmen untuk membeli sejumlah produk dari Amerika Serikat, termasuk komoditas pertanian. Menanggapi rencana tersebut, Syaiful Bahari, seorang pengamat pertanian, menekankan pentingnya meninjau jenis produk pertanian yang akan diimpor dari AS. “Komoditas pertanian atau olahan pertanian yang memang tidak bisa diproduksi di dalam negeri, atau produksinya tidak efisien, atau saat ini Indonesia belum mampu memproduksi secara mandiri, memang seharusnya dibuka saja,” ujar Syaiful kepada Tempo pada Rabu, 16 Juli 2025.
Menurut Syaiful, kebijakan impor untuk produk-produk semacam itu tidak akan memberikan dampak negatif signifikan bagi petani lokal. Namun demikian, ia menegaskan perlunya perlindungan pemerintah apabila pembebasan tarif impor tersebut menyasar komoditas pertanian yang sebagian besar ditanam oleh petani Indonesia. “Terkecuali, pembebasan tarif impor itu terhadap komoditas pertanian yang sebagian besar ditanam petani, seperti beras, jagung, dan kacang-kacangan, pemerintah harus memproteksi,” tegasnya.
Syaiful Bahari menambahkan, jika pembatasan impor justru diterapkan terlalu ketat pada komoditas yang memang tidak dapat diproduksi di dalam negeri, maka sektor industri dan konsumenlah yang akan menanggung akibatnya. Hal ini dikarenakan harga produk akhir akan melonjak, membebani daya beli masyarakat dan menekan industri hilir.
Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah untuk bersikap jeli dalam melihat peluang dan tantangan yang muncul dari kebijakan tarif resiprokal ini. Syaiful melihat peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor komoditas pertanian tropis ke Amerika Serikat. “Tetapi, komoditas kita harus bisa bersaing kompetitif dengan Vietnam, Thailand, dan negara-negara terdekat dari benua Amerika,” jelas Syaiful, menyoroti pentingnya daya saing produk Indonesia di pasar global.
Kesepakatan penurunan tarif ini merupakan hasil negosiasi di mana Donald Trump memutuskan untuk mengurangi besaran tarif resiprokal terhadap produk impor Indonesia. Tarif imbal balik yang semula dipatok 32 persen, kini dipangkas menjadi 19 persen. Sebagaimana diungkapkan Trump melalui akun @realDonaldTrump di media sosial Truth Social pada Selasa, 16 Juli 2025, penurunan tarif ini datang dengan konsekuensi: ekspor dari Amerika Serikat ke Indonesia akan bebas dari tarif dan hambatan non-tarif. “Indonesia akan membayar kepada Amerika Serikat tarif sebesar 19 persen atas semua barang yang diekspor ke AS, sementara ekspor AS ke Indonesia akan bebas dari tarif dan hambatan non-tarif,” tulisnya.
Trump mengklaim kesepakatan ini sebagai perjanjian bersejarah yang tercapai setelah dialog langsung dengan Presiden Prabowo Subianto. Ia menegaskan, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Amerika Serikat mendapatkan akses penuh dan total ke seluruh pasar Indonesia yang sangat luas.
Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Trump menyebutkan bahwa Indonesia juga berkomitmen untuk membeli sejumlah produk strategis dari AS. “Indonesia telah berkomitmen untuk membeli energi Amerika Serikat senilai US$ 15 miliar, produk pertanian senilai US$ 4,5 miliar, dan 50 pesawat Boeing yang banyak di antaranya adalah jenis 777,” papar Trump.
Trump lebih lanjut menyatakan bahwa kesepakatan ini membuka peluang besar bagi petani, peternak, dan nelayan AS untuk menjangkau pasar Indonesia dengan populasi lebih dari 280 juta orang. Ia juga memperingatkan bahwa jika ada re-ekspor dari negara lain dengan tarif lebih tinggi, maka tarif tersebut akan ditambahkan ke tarif yang telah dibayarkan oleh Indonesia, menunjukkan komitmen AS terhadap kepatuhan tarif.
Rafiif Nur Tahta Bagaskara berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan Editor: Efektivitas Potong Gaji Karyawan untuk Cicilan Rumah Subsidi