Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer, kembali menjadi pusat perhatian publik setelah terseret dalam operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Politikus yang dikenal dengan sapaan akrab Noel ini diduga kuat terlibat dalam praktik pemerasan terhadap sejumlah perusahaan yang sedang mengurus sertifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), sebuah kewenangan yang berada di bawah Kementerian Ketenagakerjaan. Kasus dugaan pemerasan ini, yang turut menjerat belasan individu lainnya termasuk pejabat eselon II Kementerian Ketenagakerjaan, masih dalam penanganan serius oleh KPK.
Rentetan sorotan terhadap Noel sebenarnya bukan hal baru. Jauh sebelum insiden OTT ini, jejak karier Immanuel Ebenezer telah diwarnai berbagai tindakan dan pernyataan kontroversial, mengukir namanya dalam sejarah politik tanah air hingga puncaknya menjadi target lembaga antirasuah. Berikut adalah kompilasi kontroversi yang pernah melingkupi sosok Immanuel Ebenezer:
Dilaporkan oleh Alumni 212
Pada tahun 2019, Immanuel Ebenezer, yang saat itu menjabat Ketua Umum Jokowi Mania, dilaporkan ke pihak kepolisian oleh perwakilan Alumni 212. Berdasarkan pemberitaan Tempo, Noel dituding menghina peserta aksi 212 dengan menyebut mereka sebagai ‘kelompok penghamba uang’. Pernyataan kontroversial tersebut disampaikan langsung oleh Sekretaris Jenderal Koordinator Pelaporan Bela Islam (Korlabi), Novel Bakmumin, di Bareskrim Polri, Gambir, Jakarta Pusat, pada Senin, 4 Februari 2019.
Membela Munarman FPI dalam Kasus Terorisme
Berselang tiga tahun kemudian, Immanuel Ebenezer kembali memicu polemik, kali ini terkait dengan kasus yang masih memiliki benang merah dengan kelompok 212. Pada tahun 2022, ia secara mengejutkan hadir sebagai saksi meringankan dalam persidangan Munarman, Sekretaris Front Pembela Islam (FPI) yang telah dibubarkan Presiden Joko Widodo pada 30 Desember 2020 dan saat itu didakwa atas tindak pidana terorisme. Noel tampil di pengadilan pada 23 Februari 2022, meski posisi Munarman jelas berseberangan dengan pemerintah. Ia secara tegas menyatakan kesaksiannya didasarkan pada keyakinan pribadi, bukan atas permintaan Munarman, dengan menegaskan, “Tuduhan terhadap Munarman adalah salah dan menyesatkan”.
Kontroversi Kiprah Politik Immanuel Ebenezer
Immanuel Ebenezer dikenal luas sebagai aktivis relawan politik yang gemar membentuk organisasi pendukung dengan akhiran “mania”, mulai dari Jokowi Mania (JoMan), Ganjar Mania (GP Mania), hingga Prabowo Mania 08. Kiprah politiknya mulai menonjol saat mendukung pasangan Joko Widodo–Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019, di mana ia menjabat sebagai Ketua Umum JoMan. Pada tahun 2021, Menteri BUMN Erick Thohir menunjuk Noel sebagai Komisaris Utama PT Mega Eltra, anak usaha PT Pupuk Indonesia. Namun, posisi ini hanya diemban selama setahun; ia dicopot pada Maret 2022, tak lama setelah kesaksiannya yang meringankan Munarman dalam kasus terorisme.
Setelah itu, Noel beralih haluan dengan membentuk Ganjar Pranowo Mania (GP Mania) sebagai bentuk dukungan terhadap Ganjar Pranowo. Keputusannya ini sempat memicu ketegangan dengan politikus PDIP, Masinton Pasaribu. Namun, secara mengejutkan pada Februari 2023, Noel membubarkan GP Mania dan menarik dukungannya dari Ganjar. Ia kemudian berbalik arah mendukung Prabowo Subianto, yang pada akhirnya memenangkan Pemilihan Presiden 2024–2029. Pasca kemenangan Prabowo, Immanuel Ebenezer mendapatkan penugasan sebagai Wakil Menteri Ketenagakerjaan.
Kompilasi Pernyataan Kontroversial
Dalam kapasitasnya sebagai Wakil Menteri, Immanuel Ebenezer beberapa kali terekam melontarkan pernyataan yang memicu perdebatan dan kontroversi di kalangan publik.
Pertama, terkait janji pemerintah untuk menciptakan 19 juta lapangan kerja. Lima hari sebelum terjerat OTT, tepatnya 15 Agustus, Noel menyatakan bahwa ketidakstabilan perekonomian global menjadi penghalang pemerintah menunaikan janji tersebut. Ia berujar, “Kalau seandainya kondisinya stabil, jangankan 19 juta, 20 juta juga tercapai.” Perlu diketahui, penciptaan 19 juta lapangan kerja merupakan salah satu janji politik pasangan Prabowo-Gibran selama kampanye Pemilihan Presiden 2024.
Kedua, mengenai janji untuk mundur dari jabatan jika buruh Sritex di-PHK. Ketika PT Sri Rejeki Isman (Sritex) melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap 50 ribu pekerjanya, Noel berjanji akan memperjuangkan nasib mereka dan bahkan siap kehilangan jabatannya demi membela buruh. Pada Jumat, 15 November 2024, ia menegaskan, “Saya lebih baik kehilangan jabatan saya daripada saya melihat saudara-saudara saya harus di-PHK. Dan saya tidak pernah ikhlas selalu tetap di garis terdepan perjuangan nasib (buruh).”
Ketiga, komentarnya mengenai tagar #KaburAjaDulu. Pada awal 2025, tagar ini sempat viral di media sosial, mencerminkan keresahan publik akan kondisi dalam negeri, termasuk sulitnya mencari pekerjaan. Namun, pernyataan Immanuel Ebenezer justru menuai kemarahan warganet. Menanggapi pertanyaan wartawan di Kantor Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Jakarta Selatan, pada 17 Februari 2025, Noel menyatakan tidak keberatan jika Warga Negara Indonesia (WNI) ingin bekerja di luar negeri, bahkan ia menambahkan, “Mau kabur, kabur sajalah. Kalau perlu jangan balik.”
Keempat, janji kepada pengemudi ojek online. Saat unjuk rasa pengemudi ojek online (ojol) di depan kantornya pada Senin, 17 Februari 2025, Noel berjanji akan mengupayakan perubahan dalam hubungan kerja mereka. Selama ini, pengemudi ojol hanya berstatus mitra, yang dinilai menimbulkan ketidakjelasan. Noel menjanjikan, “Ke depan ini terlebih kita akan membangun yang namanya regulasi terkait dengan legal standing mereka (pengemudi), bahwa mereka adalah sebagai pekerja, bukan lagi mitra. Itu penting sekali.”
Annisa Febiola, Alfitria Nefi Pratiwi, Aditia Rahma, dan Sultan Abdurrahman berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: KPK Tangkap Wamen Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer Diduga Terkait dengan Pemerasan