Ragamutama.com – Legenda bulu tangkis Indonesia, Iie Sumirat, telah meninggal dunia pada Selasa (22/7/2025).
Kabar duka ini disampaikan oleh PB Djarum melalui akun Instagram resminya.
“Bulu Tangkis Indonesia hari ini kehilangan sosok legenda, Iie Sumirat di usianya yang ke 75 tahun,” bunyi keterangan akun @pbdjarumofficial, seperti yang dikutip Kompas.com, Rabu (23/7/2025).
“Selamat jalan, legenda. Sosokmu akan selalu jadi inspirasi bulu tangkis Indonesia,” sambung mereka.
Ucapan belasungkawa dan doa pun membanjiri kolom komentar unggahan tersebut.
Menurut kabar yang beredar, mendiang sempat menjalani perawatan di RS Hermina Bandung sejak pekan lalu.
Untuk diketahui, Iie Sumirat bukan hanya bertanding untuk membela Indonesia di turnamen bulu tangkis internasional seperti Piala Thomas.
Ia juga menjadi pelatih untuk beberapa juara dunia salah satunya Taufik Hidayat.
Lantas, bagaimana perjalanan hidup mendiang Iie Sumirat? Berikut profil legenda bulu tangkis Indonesia tersebut.
Awal karier Iie Sumirat
Dilansir dari Antara, Rabu (23/7/2025), Iie Sumirat memulai perjalanannya sebagai pemain bulu tangkis tunggal pada tahun 1970-an.
Pria yang lahir di Bandung 15 November 1950 ini punya ciri khas berupa pukulan keras dengan akurasi tinggi dan serangan yang tajam.
Ia merupakan salah satu pemain bulu tangkis yang diperhitungkan pada masanya.
Sosok yang akrab disapa “Kang Iie” juga menjadi salah satu pemain tunggal Indonesia untuk ajang Piala Thomas tahun 1976 dan 1979.
Karena prestasinya itu, Iie Sumirat mendapat julukan julukan “The Magnificent Seven” bersama Rudi Hartono, Liem Swie King, Tjun Tjun, Johan Wahyudi, Christian Hadinata dan Ade Chandra.
Ketujuh atlet tersebut dianggap memberikan sumbangsih untuk memajukan nama Indonesia di ajang turnamen bulu tangkis dunia.
Selain itu, Iie Sumirat juga mengukir prestasi pribadinya dalam beberapa turnamen.
Pada 1977, ia meraih medali perunggu usai bertanding di semifinal Kejuaraan Dunia IBF pertama di Malmo, Swedia. Kala itu, ia kalah 1-15, 17-18 dari Flemming Delfs pemain asal Denmark.
Iie Sumirat juga mengikuti kompetisi Singapore Open 1972 dan 1973 dan Asian Invitational Championship 1976 di Bangkok.
Dalam turnamen Asian Invitational Championship, Iie mengalahkan atlet China Huo Jiachang yang merupakan salah satu pemain terbaik dunia pada saat itu.
Meskipun tidak perah menjuarai All England seperti rekan seangkatannya, ia tetap dikenang karena turut andil dalam kemenangan beregu di Piala Thomas.
Iie Sumirat memutuskan pensiun dari bulu tangkis pada tahun 1982 saat ia berusia 32 tahun. Kemudian, ia mendirikan PB Sarana Muda yang kini dikenal dengan nama Sangkuriang Graha Sarana.
Melatih para juara
Setelah pensiun sebagai pemain, Iie mendedikasikan sebagian besar waktunya untuk melatih para atlet muda.
Salah satu anak didik Iie Sumirat yang berhasil adalah Taufik Hidayat. Kala itu, Taufik mengawali kariernya di Sangkuriang Graha Sarana Bandung.
Taufik Hidayat telah menjadi murid langsung Iie Sumirat dan kakaknya Nara Sujana sejak kecil.
Berkat bimbingan sang legenda, peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 itu tumbuh menjadi pemain dengan teknik pukulan indah serta kontrol net yang cantik.
Menurut Taufik Hidayat, hanya Kang Iie yang dapat mengajarkan pukulan-pukulan istimewa yang menjadi ciri khasnya saat ini.
Ilmu-ilmu dari Iie Sumirat menurutnya tidak dapat ditemukan di buku-buku yang mengajarkan teknik dasar bulu tangkis.
Seperti yang dikatakan Taufik Hidayat, Iie dikenal dengan variasi pukulan-pukulan unik yang diajarkan kepada murid-muridnya. Bahkan variasi itu tidak ditemukan di pelatnas.
Sebagai pelatih, ia mendorong atlet muda agar berani mengembangkan gaya permainan khas.
Adapun teknik pukulan yang diajarkan Iie Sumirat antara lain, teknik pukulan net menyilang, flick service yang mengecoh lawan, hingga backhand drive tajam.
Bukan hanya Taufik Hidayat, Iie juga pelatih para pemain nasional dari era 1990-an hingga sekarang.
Mereka adalah Halim Haryanto yang pernah meraih juara dunia 2001 di Sevilla bersama Tony Gunawan serta Flandy Limpele yang meraih perunggu Olimpiade 2004.
Selain itu, Anthony Sinisuka Ginting juga menjadi murid Iie ketika berlatih di SGS ketika remaja.
Pemain tunggal putra Indonesia itu sempat mendapat pujian dari Iie karena kemampuan pergelangan tangannya yang langka.
Dengan kepergian Iie Sumirat, Indonesia bukan hanya kehilangan legenda melainkan juga guru bagi atlet bulu tangkis yang pernah mengharumkan nama negara.