IHSG Menguat 1,37% dalam Sepekan: Antara Optimisme Ekonomi dan Bayang-Bayang Geopolitik
JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menorehkan kinerja positif sepanjang pekan ini. Meskipun menutup perdagangan Jumat (13/6) dengan koreksi tipis 0,53% ke level 7.166,06, IHSG secara akumulatif membukukan kenaikan signifikan 1,37% dalam sepekan terakhir. Penguatan ini menjadi cerminan sentimen campuran yang memengaruhi pasar modal Indonesia.
Hans Adisastra, Technical Analyst Trimegah Sekuritas, menjelaskan bahwa penguatan IHSG pekan ini didorong oleh kombinasi sentimen global dan domestik yang solid. Dari kancah internasional, optimisme pasar dipicu oleh perkembangan positif negosiasi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, serta langkah stimulus ekonomi agresif yang diterapkan pemerintah China. Senada, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, menyoroti bahwa fokus investor pekan ini juga tertuju pada arah negosiasi perdagangan AS-China dan rilis data inflasi AS yang krusial.
Di ranah domestik, Hans melanjutkan, IHSG mendapatkan sokongan kuat dari surplus neraca pembayaran Indonesia yang berkelanjutan, inflasi yang tetap terkendali, dan stabilitas nilai tukar rupiah. “Kondisi makroekonomi yang positif ini menciptakan ekspektasi bahwa Bank Indonesia dapat segera mempertimbangkan penurunan suku bunga acuan dalam waktu dekat,” ungkap Hans kepada Kontan. Sementara itu, Indy Naila menambahkan bahwa fluktuasi harga komoditas global juga menjadi faktor yang terus dipantau investor, mengingat dampaknya terhadap kinerja emiten di berbagai sektor terkait.
Namun, perjalanan IHSG tidak sepenuhnya mulus. Menjelang akhir pekan, indeks sempat mengalami koreksi. Indy Naila mengidentifikasi pemicunya adalah kekhawatiran terhadap tensi geopolitik yang kembali memanas di Timur Tengah. Pandangan ini diamini oleh Alrich Paskalis Tambolang, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, yang menyatakan bahwa ketegangan geopolitik tersebut menimbulkan kecemasan mendalam, yang pada gilirannya membebani pasar domestik.
Lebih lanjut, Alrich Paskalis Tambolang menjelaskan bahwa aksi *profit taking* atau ambil untung dari saham-saham yang telah melewati tanggal *cum dividen* turut berkontribusi menekan IHSG. Beban pasar semakin terasa setelah rilis data penjualan ritel April 2025 menunjukkan penurunan 0,3% secara tahunan, sebuah kontras tajam dari kenaikan 5,5% di bulan sebelumnya. Penurunan ini menandai yang pertama kalinya dalam setahun terakhir, sejak April 2024.
Secara keseluruhan, meskipun sempat mengalami koreksi pada penutupan pekan, IHSG tetap menunjukkan tren mingguan yang positif, mencerminkan resiliensi pasar di tengah dinamika sentimen. Dari perspektif teknikal, Alrich Paskalis Tambolang memproyeksikan IHSG berpotensi melanjutkan koreksinya dan menguji level *Moving Average* 200 (MA200) di sekitar 7.132, bahkan hingga level *support* kuat di 7.100.