IHSG Melesat Kuat pada Mei 2025, Tembus 7.000! Waspadai Potensi Aksi Profit Taking di Juni Mendatang
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa impresif sepanjang Mei 2025, berhasil menembus dan bertahan di atas level psikologis 7.000. Meskipun mengakhiri perdagangan Rabu (28/5) dengan koreksi tipis 0,32% di level 7.175,82, kinerja IHSG tetap solid. Dalam sepekan, indeks ini mencatat kenaikan 0,47%, dan bahkan melonjak signifikan 7,44% sepanjang bulan Mei. Lonjakan kuat ini secara jelas menepis kekhawatiran akan fenomena ‘sell in May’ yang seringkali terjadi di pasar saham.
Kenaikan IHSG pada Mei 2025 ini jauh melampaui kinerja Mei 2020 saat pandemi Covid-19, yang kala itu hanya menguat 0,79%. Sentimen positif dari de-eskalasi ketegangan antara China dan Amerika Serikat diproyeksikan masih akan menopang pergerakan IHSG dalam jangka pendek. Namun demikian, para analis mengingatkan bahwa potensi penguatan tersebut mungkin terbatas dan pasar tetap rawan berbalik arah.
Oktavianus Audi, VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, menyoroti adanya tren penurunan volume transaksi meskipun IHSG menguat dalam beberapa hari terakhir. Ia mengungkapkan kekhawatirannya akan potensi terjadinya aksi *profit taking*, terutama menjelang dan selama bulan Juni mendatang.
Menurut Audi, sentimen positif di bulan Mei memang berpotensi menjadi penopang pergerakan IHSG di awal Juni. Namun, kekhawatiran terkait potensi *multiplier effect* akibat lonjakan utang Amerika Serikat tetap menjadi perhatian serius. Meskipun investor asing telah kembali aktif di pasar saham Indonesia selama sebulan terakhir, secara *year to date* (YTD) mereka masih mencatat *net sell* sebesar Rp 46,7 triliun. Ditambah lagi, nilai aset *safe haven* seperti emas masih berada di level tinggi, di atas US$ 3.350 per ons troi. Kondisi ini, bersamaan dengan pasar yang cenderung menuntut imbal hasil tinggi pasca pemangkasan peringkat kredit AS oleh Moody’s, mengindikasikan bahwa pasar saat ini berada dalam mode yang lebih defensif.
Senada dengan pandangan tersebut, Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, turut mengingatkan bahwa kenaikan IHSG yang sudah cukup tinggi pada bulan Mei ini membuatnya rentan terhadap koreksi. Ia menyoroti batas waktu penundaan tarif 90 hari oleh Amerika Serikat yang semakin dekat, sehingga pelaku pasar dan investor akan mencermati kelanjutan kebijakan tarif tersebut. Nico menegaskan, “Level 7.000 adalah titik psikologis yang sangat penting; jangan sampai IHSG kembali turun di bawahnya, karena semakin tinggi kenaikan, semakin besar potensi koreksi.”
Untuk proyeksi bulan Juni 2025, Nico memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang 7.110–7.300. Sementara itu, Audi menawarkan skenario yang lebih rinci: pada skenario optimis, IHSG dapat mencapai 7.225–7.250 hingga akhir Juni; di skenario moderat, rentangnya 7.150–7.200; dan pada skenario pesimis, IHSG diperkirakan berada di kisaran 6.950–7.000.
Melihat prospek ke depan, Nico merekomendasikan beberapa sektor menarik, yaitu bahan baku, transportasi, dan infrastruktur. Ia menyebut saham-saham seperti BBRI, BBCA, TPIA, BMRI, BRPT, AMRT, BREN, dan CUAN sebagai pilihan menarik, baik untuk jangka pendek maupun panjang. Secara spesifik, BBRI, BRPT, AMRT, dan BREN dianggap prospektif untuk jangka pendek. Nico juga menambahkan, “TPIA sangat menarik untuk dicermati, sementara CUAN memiliki potensi kenaikan signifikan pasca *stock split*.”