IHSG Bergantung Saham Konglomerat? Analis Ungkap Dampaknya!

Avatar photo

- Penulis

Senin, 28 Juli 2025 - 22:16 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan tren positifnya, mencatatkan kenaikan dalam empat hari perdagangan berturut-turut, bahkan berhasil menembus level psikologis 7.600 yang menjadi rekor baru.

Pada penutupan perdagangan Senin (28/7/2025), IHSG perkasa menguat 0,94%, atau bertambah 71,26 poin, dan bertengger di level 7.614,76. Kinerja impresif ini turut membawa akumulasi kenaikan indeks menjadi 7,55% secara tahun berjalan (year-to-date), menjadikannya pencapaian tertinggi sepanjang tahun ini.

Pergerakan IHSG sejak awal tahun ini banyak diwarnai oleh lonjakan harga saham-saham milik para konglomerat terkemuka. Data statistik Bursa Efek Indonesia (BEI) per Senin (28/7) menunjukkan bahwa saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII), yang terafiliasi dengan konglomerat Toto Sugiri dan Anthoni Salim, menjadi kontributor terbesar bagi penguatan IHSG. Saham DCII melesat 723,57% secara year-to-date, menyumbang 355,02 poin signifikan terhadap indeks.

IHSG Tembus 7.600 pada Senin (28/7) Meski Net Sell Asing Tipis

Di belakang DCII, saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) dari grup Sinarmas juga turut berkontribusi besar dengan kenaikan 78,11% ytd, menyumbangkan 111,19 poin bagi IHSG. Selanjutnya, saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) milik taipan Prajogo Pangestu melonjak 168,48% ytd dan memberikan kontribusi 96,15 poin. Selain ketiga saham tersebut, SMMA dan CDIA juga tercatat turut menopang pergerakan IHSG sepanjang tahun berjalan.

Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat, mengungkapkan bahwa kondisi kenaikan IHSG kali ini terbilang tidak lazim. Menurut Teguh, dalam situasi normal, saham-saham penopang utama penguatan indeks umumnya berasal dari sektor perbankan dengan kapitalisasi pasar besar (big cap) seperti BBCA, BMRI, atau BBRI.

Baca Juga :  Sentimen Negatif Melanda, IHSG Anjlok Hampir 2 Persen

Anehnya, saat ini saham-saham perbankan raksasa tersebut justru belum menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Sebaliknya, Teguh menyoroti lonjakan tajam pada saham-saham milik konglomerat yang tergolong tidak likuid, namun memiliki kapitalisasi pasar yang sangat masif. Dua saham yang dimaksud adalah PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dari Grup Salim dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) dari Grup Sinarmas.

“DCII sekarang market cap-nya sudah tembus Rp 800 triliun lebih di harga saat ini. Kenaikannya sebenarnya tidak wajar atau aneh. DSSA juga sama,” jelas Teguh kepada Kontan, Senin (28/7) malam.

Teguh lebih lanjut menganalisis bahwa lonjakan harga saham-saham tersebut tampaknya tidak didorong oleh aksi beli investor asing maupun lokal secara masif. Hal ini terlihat dari nilai transaksi di pasar yang cenderung sepi, bahkan investor asing masih mencatatkan net sell sejak awal tahun.

“Jadi investor lokal mungkin ada belanja masuk ya, sedikit. Mungkin juga sebagian masuk ke saham-saham yang punya-punya konglomerat itu tadi. Tapi kalau investor asing, mereka jangankan belanja, mereka justru jualan,” papar Teguh.

Teguh menjelaskan bahwa kepemilikan saham pada emiten-emiten besar seperti BBCA, BBRI, BMRI, ASII, dan TLKM didominasi oleh investor asing. Sebagai contoh, Teguh menyebutkan bahwa sekitar 60% saham BBRI dimiliki oleh pemerintah, sementara 40% sisanya dimiliki publik. Dari porsi publik tersebut, sekitar 70% dikuasai oleh investor asing dan hanya 30% oleh investor domestik.

IHSG Rentan Koreksi, Cek Rekomendasi Saham, Selasa (29/7)

Apabila tidak menghitung kepemilikan pemerintah, maka bisa dibilang kepemilikan asing atas saham BBRI dan saham-saham blue chip lainnya sangat signifikan. Saat ini, investor asing justru terus gencar melakukan aksi jual. Kondisi ini menjadi penyebab utama tekanan pada harga saham-saham tradisional yang selama ini menjadi penopang utama IHSG.

Baca Juga :  Kasus Pagar Laut, Anak Perusahaan Aguan Mangkir Mangkir dari Pemeriksaan KKP

Kinerja Indeks Saham Syariah Melampaui IHSG, Simak Rekomendasi Sahamnya

Namun, fenomena yang menarik adalah IHSG tetap mampu mencatatkan penguatan. Hal ini disebabkan oleh lonjakan harga pada sejumlah saham tertentu milik konglomerat, yang meskipun terbilang tidak likuid, mengalami kenaikan harga luar biasa hingga kapitalisasi pasarnya melejit signifikan tanpa didasari aksi korporasi atau kabar fundamental yang jelas.

Teguh menegaskan bahwa fenomena seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya. “Dulu kalau BBCA, BBRI dan lainnya turun, maka IHSG juga akan turun. Sekarang tidak. IHSG tetap naik karena terdorong oleh saham-saham yang harganya melonjak sangat tinggi, padahal tidak ada aksi korporasi atau kabar fundamental yang mendasari kenaikannya,” jelas Teguh.

Apabila lonjakan harga saham-saham tersebut dipicu oleh sentimen buyback yang terjadi pada awal tahun, seharusnya dampaknya terasa merata ke seluruh saham di bursa, bukan hanya terbatas pada saham-saham tertentu seperti DCII. “Ada market maker-nya semua begitu,” tegas Teguh.

Boy Thohir dan Pandu Sjahrir Yakin IHSG Sentuh Level 8.000

Kondisi pasar yang tidak biasa ini, menurut Teguh, justru membuat banyak investor, termasuk institusi seperti dana pensiun dan manajer aset, enggan masuk ke pasar saham. “Mereka tunggu IHSG koreksi supaya bisa beli saham-saham di harga murah. Sekarang benar sahamnya sudah murah, tapi kok IHSG naik terus. Jadi tambah sepi, dana pensiun dan segala macam jadi tidak berani lagi,” pungkas Teguh.

Berita Terkait

Pendapatan dan Laba Bersih Era Media Sejahtera (DOOH) Melesat pada Semester I-2025
IHSG Menguat Tajam ke 7.624, BRPT, AKRA, JPFA Teratas
UMA Incar BIPI, BUVA, & BBHI: Analisis Pergerakan Harga Saham
Indonesia Berduka: Ekonom Kwik Kian Gie Tutup Usia
Prediksi Saham BUMI, CUAN, RAJA: Rekomendasi Teknikal Mirae Sekuritas
Rupiah Melemah ke Rp 16.387/USD, Pasar Asia Bervariasi
IHSG Menguat Hari Ini? Cek Analisis & Rekomendasi Saham Selasa!
KOMPAS100: Saham Potensial Setelah Rebalancing? Cek Rekomendasinya!

Berita Terkait

Selasa, 29 Juli 2025 - 13:40 WIB

Pendapatan dan Laba Bersih Era Media Sejahtera (DOOH) Melesat pada Semester I-2025

Selasa, 29 Juli 2025 - 13:11 WIB

IHSG Menguat Tajam ke 7.624, BRPT, AKRA, JPFA Teratas

Selasa, 29 Juli 2025 - 11:52 WIB

UMA Incar BIPI, BUVA, & BBHI: Analisis Pergerakan Harga Saham

Selasa, 29 Juli 2025 - 10:16 WIB

Indonesia Berduka: Ekonom Kwik Kian Gie Tutup Usia

Selasa, 29 Juli 2025 - 10:04 WIB

Prediksi Saham BUMI, CUAN, RAJA: Rekomendasi Teknikal Mirae Sekuritas

Berita Terbaru

finance

IHSG Menguat Tajam ke 7.624, BRPT, AKRA, JPFA Teratas

Selasa, 29 Jul 2025 - 13:11 WIB

Uncategorized

Sancho Balik ke Dortmund: Reaksi Mengejutkan Pelatihnya

Selasa, 29 Jul 2025 - 12:23 WIB

sports

Vietnam Siap Adu Penalti Lawan Indonesia di Final

Selasa, 29 Jul 2025 - 12:17 WIB