IHSG Terpukul Dampak Geopolitik Timur Tengah, Ditutup Melemah Signifikan
JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan Senin sore (24/06) harus rela melemah signifikan. Pelemahan ini dipicu oleh kekhawatiran pelaku pasar yang terus mencermati eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah. IHSG ditutup anjlok 120,00 poin atau setara 1,74 persen, memposisikan diri di level 6.787,14. Senada, indeks kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 juga tertekan, turun 11,10 poin atau 1,45 persen, ke posisi 753,83.
Analis Phintraco Sekuritas, Ratna Lim, menjelaskan bahwa kemerosotan IHSG merupakan cerminan dari kekhawatiran mendalam pasar. “IHSG ditutup melemah, akibat kekhawatiran akan dampak meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, dan kenaikan harga minyak mentah terhadap ekonomi domestik di tengah melemahnya daya beli masyarakat dan perang tarif,” ujarnya di Jakarta. Pernyataan ini menyoroti kompleksitas faktor eksternal dan internal yang membebani pasar saham Indonesia.
Meskipun kekhawatiran perang yang meluas sempat mereda seiring adanya kecenderungan Tiongkok dan Rusia untuk mendorong gencatan senjata di forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pasar tetap diselimuti ketidakpastian. Pelaku pasar masih dihantui potensi penutupan Selat Hormuz oleh Iran, sebuah skenario yang dapat memicu kenaikan harga minyak mentah dan gas secara drastis di pasar global.
Di tengah gejolak geopolitik, beberapa data ekonomi global menunjukkan sinyal beragam. Dari Jepang, data Jibun Bank Manufacturing PMI Flash untuk bulan Juni 2025 tercatat membaik menjadi 50,4 dari 49,4 pada Mei 2025. Indeks Jibun Bank Services PMI Flash periode yang sama juga menunjukkan perbaikan ke level 51,5 dari 51 di Mei 2025. Sementara itu, dari Jerman, data HCOB Manufacturing PMI Flash Juni 2025 naik ke level 49 dari 48,3 di Mei 2025. Inggris pun mencatat peningkatan pada S&P Global Manufacturing PMI Flash Juni 2025 ke 47,7 dari 46,4 di Mei 2025, diikuti oleh S&P Global Services PMI Flash Juni 2025 yang naik ke 51,3 dari 50,9 di Mei 2025.
Pergerakan IHSG sepanjang hari perdagangan menunjukkan tekanan yang konsisten. Dibuka melemah, indeks terpaku di teritori negatif hingga penutupan sesi pertama. Kondisi serupa berlanjut pada sesi kedua, di mana IHSG tetap berada di zona merah hingga perdagangan berakhir.
Secara sektoral, pelemahan terjadi di seluruh sektor yang tercatat dalam Indeks Sektoral IDX-IC, yaitu kesebelas sektor. Sektor barang konsumen non primer mencatat pelemahan terdalam sebesar 3,36 persen, diikuti oleh sektor properti yang merosot 2,97 persen, dan sektor teknologi yang turun 2,55 persen. Adapun saham-saham yang mencatat penguatan terbesar hari ini meliputi SICO, PNSE, PTMR, RUIS, dan APEX. Sebaliknya, saham-saham dengan pelemahan terbesar di antaranya IOTF, PTBA, SSTM, CINT, dan AGAR.
Aktivitas perdagangan saham tercatat sangat tinggi dengan frekuensi transaksi mencapai 1.363.337 kali. Sebanyak 25,39 miliar lembar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi mencapai Rp12,79 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, hanya 128 saham yang mencatat kenaikan, sementara 535 saham mengalami penurunan, dan 140 saham stagnan.
Di sisi lain, bursa saham regional Asia menunjukkan kinerja yang bervariasi pada sore hari ini. Indeks Nikkei Jepang menguat tipis 2,23 poin atau 0,01 persen ke posisi 38.401,50. Indeks Hang Seng Hong Kong juga positif, naik 158,65 poin atau 0,67 persen ke 23.689,48. Shanghai Composite China menguat 21,69 poin atau 0,65 persen ke 3.381,78. Sementara itu, indeks Strait Times Singapura tercatat melemah 4,17 poin atau 0,1 persen ke posisi 3.930,64.