Ragamutama.com, JAKARTA. Di tengah upaya pemulihan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks IDX30 justru menunjukkan tekanan. Pada penutupan perdagangan hari Selasa (20/5), IDX30 tercatat mengalami penurunan sebesar 1,11%.
Secara kumulatif sejak awal tahun, performa indeks IDX30 masih menunjukkan koreksi sebesar 0,95%. Kondisi ini kontras dengan IHSG yang telah mencatatkan penguatan sebesar 0,21% hingga mencapai posisi 7.094,60 sepanjang tahun ini.
Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas, mengibaratkan indeks IDX30 sebagai representasi dari gerbong eksekutif dalam IHSG, yang sebagian besar sahamnya terdiri dari saham blue chip yang menjadi incaran investor asing.
“Setelah IHSG berhasil kembali ke atas level 7.000, saham-saham yang tergabung dalam indeks IDX30 menjadi lebih menarik perhatian karena dianggap memiliki tingkat keamanan dan likuiditas yang baik,” ungkapnya kepada Kontan pada hari Selasa (20/5).
BBTN Menggantikan Posisi ARTO dalam Komposisi IDX30 yang Efektif Berlaku Mulai Jumat (2/5)
Namun, aliran dana dari investor asing yang mulai mengalir secara konsisten dalam beberapa hari terakhir ke saham-saham perbankan besar, ANTM, serta GOTO, turut mendorong kenaikan harga saham-saham tersebut.
“Sebagian saham telah mengalami kenaikan yang cukup signifikan sejak periode April hingga Mei, sehingga potensi kenaikannya menjadi terbatas kecuali ada katalis tambahan yang berasal dari laporan keuangan atau sentimen global yang positif,” jelas Liza.
Adrian Joezer, Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, menjelaskan bahwa saat ini, IDX30 diperdagangkan dengan nilai yang hampir dua standard deviation di bawah rata-rata, dengan proyeksi dividend yield di masa depan mendekati angka 6%.
Mandiri Sekuritas mencatat bahwa rata-rata forward Price Earning (PE) IDX30 dalam kurun waktu 10 tahun terakhir berada pada level 14 kali. Sementara itu, pada April 2025, forward PE IDX30 berada di kisaran 9 kali.
“Risk premium untuk IDX30 telah melampaui angka 8%, yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi puncak masa pandemi Covid-19,” paparnya pada hari Senin (19/5).
Rekomendasi Saham Pilihan
Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory, mengamati secara teknikal bahwa indeks IDX30 telah terkonfirmasi memasuki tren bullish sejak akhir April 2025.
Ia menjelaskan, berdasarkan data penutupan pada hari Selasa (20/5), terlihat pola candle bearish di area resistance yang mengindikasikan adanya aksi ambil untung atau profit taking.
“Meskipun tren utama masih menunjukkan sentimen positif, investor perlu mengantisipasi potensi terjadinya koreksi dalam jangka pendek,” kata Ekky.
Dari sejumlah saham yang menjadi konstituen indeks IDX30, Ekky menilai masih terdapat saham-saham yang memiliki potensi upside yang tinggi, seperti ASII, BSDE, HRUM, GJTL, ITMG, dan INKP.
IDX30 dan IDX80 Mengalami Perubahan Komposisi, Perhatikan Pergerakan Saham Konstituen Barunya
Namun, pilihan saham dari Ekky jatuh pada ITMG, yang menarik dari sisi valuasi dengan potensi rebound hingga Rp 25.000. Selain itu, saham pilihannya adalah SMRA dengan target harga di Rp 500 dan BSDE di Rp 1.000.
Indy Naila, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, berpendapat bahwa dari konstituen indeks IDX30, saham-saham perbankan masih menjadi pilihan yang menarik, seperti BBTN dan BMRI, seiring dengan potensi penurunan suku bunga acuan.
Menurut perhitungannya, target harga BBTN berada di Rp 1.515, sementara target harga jangka panjang BMRI berada di Rp 6.100. Selain saham perbankan, Indy juga merekomendasikan MEDC dengan target harga Rp 1.280.