“`html
Ragamutama.com, JAKARTA — Indeks saham perusahaan-perusahaan pelat merah, atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN), menunjukkan tren peningkatan yang menjanjikan. Kenaikan ini didorong oleh sejumlah faktor krusial, termasuk performa keuangan yang solid dan implementasi inisiatif Danantara. Lalu, bagaimana proyeksi ke depan untuk indeks ini?
Menurut data terbaru dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks BUMN, yang dikenal sebagai IDX BUMN20, mencatatkan kenaikan sebesar 0,87% pada perdagangan hari ini, Selasa (6/5/2025), mencapai level 351,6. Secara keseluruhan, IDX BUMN20 telah mengalami penguatan signifikan sebesar 16,96% selama sebulan terakhir. Namun, sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), IDX BUMN20 hanya mengalami koreksi sebesar 2,47%.
Performa IDX BUMN20 ini terlihat lebih unggul dibandingkan dengan indeks-indeks utama lainnya, seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengalami penurunan sebesar 3,5% ytd, indeks LQ45 yang melemah 7,18% ytd, serta IDX30 yang terkoreksi 5,83% ytd.
: Jadwal RUPS BSI (BRIS) 16 Mei 2025, Intip Historis dan Kisi Dividen
Fath Aliansyah Budiman, Head of Investment Specialist, menjelaskan bahwa penguatan indeks BUMN dalam beberapa waktu terakhir didorong oleh kinerja positif dari beberapa emiten kunci.
“Sejauh ini, emiten yang menunjukkan performa keuangan yang baik dan tercermin dalam pergerakan harga sahamnya, serta memberikan kontribusi signifikan terhadap pergerakan IDX BUMN20, adalah ANTM [PT Aneka Tambang Tbk.] dan BRIS [PT Bank Syariah Indonesia Tbk.],” ungkapnya kepada Bisnis pada Selasa (6/5/2025).
: : Pinjol Resmi OJK Terbaru 2025 Tinggal 97: Simak Bunga dan Daftarnya!
Harga saham ANTM memang tengah mengalami tren kenaikan. Pada perdagangan hari ini, harga saham ANTM melonjak 9,48% mencapai level Rp2.540 per lembar. Bahkan, harga saham ANTM telah melesat sebesar 66,56% ytd.
Bank BRIsyariah Tbk. – TradingView
Selanjutnya, harga saham BRIS juga menunjukkan peningkatan, naik 3,81% ke level Rp3.000 pada perdagangan hari ini. Secara keseluruhan, harga saham BRIS naik 9,89% ytd.
: : Data LPS: Kelompok Menengah Atas Mulai ‘Makan’ Tabungan
Selain itu, saham-saham BUMN lainnya, seperti PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI), yang cenderung menguat dalam sebulan terakhir, juga memberikan kontribusi positif terhadap IDX BUMN20.
Harga saham TLKM telah meningkat sebesar 17,03% dalam sebulan terakhir, mencapai level Rp2.680. Sementara itu, harga saham BMRI naik 6,64% dalam sebulan ke Rp4.980, BBRI naik 6,59% dalam sebulan ke Rp3.880, dan BBNI naik 3,72% dalam sebulan ke level Rp4.180.
Nafan Aji Gusta, Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, menambahkan bahwa IDX BUMN20 cenderung lebih defensif dibandingkan indeks lainnya dalam empat bulan pertama tahun 2025, yang didorong oleh berbagai faktor.
“Katalis positif datang dari kelanjutan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Ini memberikan dampak positif bagi emiten konstruksi,” jelas Nafan kepada Bisnis pada Selasa (6/5/2025).
Saham-saham bank BUMN juga mendapatkan dorongan dari kinerja laba yang solid serta kualitas rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang terjaga dengan baik.
Prospek indeks BUMN ke depan juga akan didukung oleh faktor-faktor seperti potensi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, yang akan berdampak positif bagi saham perbankan dan sektor-sektor lainnya.
Faktor pendorong lainnya adalah operasionalisasi superholding BUMN, Danantara. Saat ini, Danantara mengelola 844 perusahaan yang sebelumnya berada di bawah naungan BUMN, termasuk anak perusahaan, cucu perusahaan, hingga cicit perusahaan.
Seluruh entitas ini secara resmi berada di bawah kendali Danantara sejak 21 Maret 2025, tidak lama setelah peresmian superholding BUMN tersebut.
“Terlebih lagi dengan kehadiran Danantara, yang berkomitmen untuk berinvestasi di sektor riil, baik dalam hilirisasi maupun infrastruktur,” kata Nafan.
Menurutnya, harga saham beberapa emiten BUMN telah mencerminkan ekspektasi pasar. Ke depan, diharapkan akan ada aksi beli dari investor asing atau *net buy* asing.
“Yang terpenting adalah emiten-emiten BUMN secara konsisten menerapkan *good corporate governance*. Begitu juga dengan Danantara, diharapkan dapat menerapkan prinsip *good corporate governance*,” tegas Nafan.
Ia juga merekomendasikan beberapa saham BUMN pilihan yang memiliki prospek menjanjikan, seperti ANTM, TLKM, BMRI, serta BBRI.
Namun, indeks ini juga akan menghadapi tantangan dari fenomena “Sell in May and Go Away“, yang seringkali menjadi penghalang bagi pergerakan pasar saham di bulan Mei.
Felix Darmawan, Equity Research Analyst Panin Sekuritas, berpendapat bahwa secara historis, bulan Mei cenderung menjadi periode yang menantang bagi pasar saham, seiring dengan fenomena “Sell in May and Go Away“.
Data menunjukkan bahwa dalam 20 tahun terakhir, IHSG rata-rata mengalami penurunan sekitar 2,09% pada bulan Mei, dengan 13 kali penurunan, 6 kali kenaikan, dan 1 kali stagnan.
Pasar saham juga diproyeksikan akan menghadapi tekanan seiring dengan berbagai sentimen negatif yang menyertainya.
“Salah satu sentimen negatif adalah *outflow* dana asing sepanjang tahun 2025, di mana terjadi *net sell* asing sebesar Rp50,7 triliun, yang menunjukkan tekanan jual dari investor asing,” jelas Felix.
IDX COMPOSITE INDEX – TradingView
Sentimen negatif lainnya meliputi aksi ambil untung atau *profit taking* oleh investor. Selain itu, terdapat ketidakpastian global, di mana kebijakan tarif impor AS dan dinamika perdagangan global dapat mempengaruhi pergerakan pasar.
Namun, ada juga dorongan dari berbagai sentimen positif. Kinerja keuangan emiten per kuartal I/2025, misalnya, dinilai solid dan berpotensi meningkatkan kepercayaan investor.
Sentimen positif lainnya adalah stabilitas politik dan ekonomi domestik, di mana kondisi makroekonomi Indonesia yang stabil dapat menarik minat investor.
Selain itu, terdapat dorongan dari penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Penguatan rupiah didorong oleh meredanya tensi dagang antara AS dan China, yang membuat investor global mulai beralih ke aset dengan risiko yang lebih agresif, sambil mengurangi porsinya di aset *safe haven*.
“`