Lebih dari Sekadar Melodi: Kisah Emosional di Balik Lagu Ikonik The Beatles, ‘Hey Jude’ Paul McCartney untuk Julian Lennon
“Hey Jude” bukan sekadar lagu; ia adalah salah satu mahakarya Paul McCartney yang paling abadi dan identik dengan The Beatles. Dirilis pada tahun 1968, lagu legendaris ini tak hanya merengkuh kesuksesan komersial yang luar biasa, tetapi juga menyembunyikan narasi personal yang mendalam, mengungkap dinamika internal band serta gejolak kehidupan pribadi para anggotanya. Dikutip dari Youobserver dan iheart.com, di balik melodi optimisnya, tersimpan kisah persahabatan, empati, dan perubahan yang memilukan.
Kisah “Hey Jude” berakar pada periode krusial dalam hidup John Lennon, rekan satu band Paul McCartney. Saat itu, Lennon tengah memulai babak baru dalam hidupnya setelah menjalin hubungan dengan seniman avant-garde Jepang, Yoko Ono, pasca pertemuannya di pameran seni di Indica Gallery, London. Hubungan ini berkembang begitu cepat hingga berujung pada perpisahan Lennon dengan istrinya, Cynthia Lennon, sekaligus menjauhkannya dari putra mereka yang masih berusia lima tahun, Julian Lennon.
Perubahan drastis ini sontak menciptakan riak emosional yang luas, tidak hanya bagi keluarga Lennon tetapi juga bagi lingkaran terdekat mereka, termasuk McCartney. Merasakan kepedihan yang menyelimuti Cynthia dan Julian, McCartney memutuskan untuk tidak tinggal diam. Dengan jiwa solidaritas dan empati yang kuat, ia berkendara menuju Kenwood, bekas kediaman keluarga Lennon, untuk menemui mereka dan memberikan dukungan moral.
Dalam perjalanan itulah, benih-benih “Hey Jude” mulai tumbuh. McCartney, yang hatinya tergerak oleh kesedihan Julian, mulai merangkai lirik lagu yang awalnya ditujukan untuk menghibur sang putra. Ia memulainya dengan frasa “Hey Jules,” yang kemudian diubah menjadi “Hey Jude” karena dianggap lebih cocok secara musikal dan mengalir dengan indah. Lagu ini dirancang sebagai peluk hangat untuk Julian, yang kala itu sedang berjuang keras menghadapi kenyataan pahit perpisahan orang tuanya.
Melodi dan lirik “Hey Jude” sengaja dirancang untuk memancarkan pesan optimisme dan penghiburan. Baris ikonik seperti “*Hey Jude, don’t make it bad / Take a sad song and make it better*” dimaksudkan sebagai ajakan tulus bagi Julian untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan, melainkan memandang ke depan dengan harapan. Pesan kuat ini dipertegas dengan lirik yang sangat dikenal: “*The movement you need is on your shoulder*.” Uniknya, McCartney sempat meragukan kekuatan baris ini, namun John Lennon bersikeras mempertahankannya, bahkan menyebutnya sebagai bagian terbaik dari lagu tersebut.
Meskipun McCartney dengan jelas menyatakan bahwa “Hey Jude” adalah ekspresi empatinya kepada Julian, John Lennon memiliki interpretasi yang berbeda. Dalam sebuah wawancara dengan jurnalis David Sheff, Lennon mengungkapkan perasaannya bahwa lagu tersebut seolah-olah ditujukan kepadanya. Menurut Lennon, lirik-lirik itu merefleksikan konflik emosional yang dirasakan McCartney seiring dengan keputusannya untuk menjalin hubungan dengan Yoko Ono dan perlahan-lahan menjauh dari kelompok The Beatles.
Terlepas dari beragam interpretasi yang muncul, “Hey Jude” disambut hangat oleh publik dan segera melesat menjadi salah satu *single* terlaris di Inggris pada tahun 1968. Kesuksesannya merambah berbagai tangga lagu internasional, mengukuhkan posisinya sebagai salah satu karya pop-rock paling berpengaruh dan ikonik pada dekade tersebut.
Namun, hubungan Julian Lennon sendiri dengan lagu ini tidak selalu positif. Dalam sebuah wawancara dengan Bill Maher, Julian mengungkapkan bahwa meskipun ia menghargai niat baik Paul McCartney, lagu “Hey Jude” secara tak terhindarkan mengingatkannya pada masa-masa sulit ketika ayahnya meninggalkan keluarga. Ia menggambarkan perasaannya terhadap lagu ini sebagai “cinta dan benci”, karena melodi yang indah itu juga membawa serta memori pahit dari masa kecilnya.
Dukungan McCartney kepada Julian tidak berhenti hanya pada penciptaan lagu. Bertahun-tahun kemudian, ketika Julian menghadapi perjuangan hukum yang panjang untuk mendapatkan bagian dari warisan ayahnya, Paul McCartney kembali menunjukkan kepeduliannya. Beberapa barang pribadi milik John Lennon yang sempat dilelang, termasuk surat-surat pribadi antara Lennon dan Julian, dibeli oleh McCartney. Sebuah tindakan yang menyentuh, ia kemudian mengembalikan semua barang tersebut kepada Julian, menegaskan kembali ikatan emosional yang tak lekang oleh waktu.
Pada 18 Juni 2025, Paul McCartney akan genap berusia 83 tahun. Hingga kini, karya-karya abadi dari musisi legendaris ini, termasuk “Hey Jude”, terus relevan dan mempesona jutaan pendengar di seluruh dunia, membuktikan warisan musiknya yang tak terbatas.