Pada Jumat malam (2/5), Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengunggah sebuah gambar buatan kecerdasan buatan (AI) yang menampilkan dirinya sebagai Paus di akun Truth Social-nya, @realDonaldTrump. Tindakan ini memicu kecaman dari kalangan umat Katolik Roma, beberapa hari sebelum dimulainya konklaf pemilihan pengganti Paus Fransiskus.
Beberapa hari sebelumnya, Trump berseloroh tentang keinginannya menjadi Paus. Gambar yang diunggahnya menampilkan dirinya mengenakan jubah dan tiara kepausan, jari telunjuk terangkat, hasil editan digital. Gambar tersebut kemudian dibagikan ulang oleh akun resmi Gedung Putih, @WhiteHouse, di platform X (Twitter).
Kejadian ini terjadi kurang dari seminggu setelah Trump menghadiri pemakaman Paus Fransiskus. Masa berkabung resmi bagi Paus masih berlangsung di Vatikan.
Meskipun tidak dianggap sebagai gangguan serius terhadap proses pemilihan pemimpin baru bagi 1,4 miliar umat Katolik Roma, gambar tersebut telah menimbulkan kebingungan di media sosial dan menuai kritik, termasuk dari para kardinal yang berada di Roma untuk konklaf.
Juru bicara Vatikan, Matteo Bruni, menolak memberikan komentar terkait hal ini.
- Suku Bunga Belum Turun, Donald Trump Ancam Copot Bos The Fed
- Smartphone dan Komputer Dikecualikan dari Kebijakan Tarif Donald Trump
- Presiden AS Donald Trump Diduga Manipulasi Pasar Lewat Penundaan Tarif
“Tidak lucu, Tuan,” tulis Kardinal Pablo Virgilio David, warga Filipina berusia 66 tahun, di Facebook, seperti dikutip CNN.
Kardinal Timothy Dolan, Uskup Agung New York, juga mengkritik unggahan Trump saat diwawancarai wartawan sebelum misa di Roma pada Minggu (4/5).
Ditanya apakah ia tersinggung, Kardinal Dolan—yang sempat diisyaratkan Trump sebagai calon paus berikutnya—menjawab, “Yah, itu tidak bagus.”
Senada dengan itu, Pastor Gerald Murray, seorang imam Keuskupan Agung New York yang menghadiri misa di gereja Kardinal Dolan pada Minggu (4/5), menyebut unggahan Trump sebagai hal yang konyol.
Unggahan Trump Menarik Perhatian Media Italia
Mantan Perdana Menteri Italia, Matteo Renzi, mengecam gambar tersebut karena dianggap menyinggung umat Katolik. “Ini gambar yang menyinggung orang beriman, menghina institusi dan menunjukkan pemimpin dunia sayap kanan senang bercanda murahan,” tulisnya di X.
Postingan Trump menarik perhatian media Italia. La Repubblica, harian Italia, menyebut unggahan tersebut “kekanak-kanakan”.
Kantor Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, sekutu internasional Trump, menyatakan tidak akan berkomentar.
Gambar tersebut juga memicu reaksi keras dari kelompok-kelompok Katolik di AS. Konferensi Katolik Negara Bagian New York, yang mewakili para uskup di New York, melalui unggahan di X menyatakan unggahan Trump tidak lucu.
“Kami baru saja menguburkan Paus Fransiskus yang kami cintai dan para kardinal akan memasuki konklaf yang khusyuk untuk memilih pengganti Santo Petrus yang baru. Jangan mengejek kami.”
Namun, Gedung Putih membela Trump, menyebutnya sebagai pendukung umat Katolik.
“Presiden Trump terbang ke Italia untuk memberikan penghormatan kepada Paus Fransiskus dan menghadiri pemakamannya, dan dia telah menjadi pembela yang gigih bagi umat Katolik dan kebebasan beragama,” ujar Sekretaris Pers Karoline Leavitt menanggapi kritik tersebut.
Pihak lain di lingkaran Trump menekankan bahwa itu hanyalah lelucon. “Saya seorang Katolik. Kami semua telah bercanda tentang pemilihan Paus yang akan datang sepanjang minggu. Itu disebut selera humor,” tulis aktivis sayap kanan Jack Posobiec di X.
Ini bukan kali pertama Trump memicu kontroversi dengan citra hasil AI. Dia pernah mendapat kecaman setelah mengunggah rekaman yang menggambarkan Gaza yang dilanda perang sebagai resor mewah seperti negara-negara Teluk, menampilkan patung emas dirinya.