RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. PT Harum Energy Tbk (HRUM) mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 315 juta atau sekitar Rp 5,13 triliun (berdasarkan kurs US$ 1 = Rp 16.290) untuk tahun buku 2025.
Ray Antonio Gunara, Direktur Utama HRUM, menjelaskan bahwa sebagian besar capex, tepatnya US$ 300 juta, akan dialokasikan untuk pengembangan sektor nikel perusahaan.
“Dari total belanja modal US$ 315 juta untuk tahun 2025, sekitar US$ 300 juta akan digunakan untuk pengembangan proyek nikel yang sudah berjalan, sementara sisanya untuk perawatan fasilitas pertambangan batubara,” ungkap Ray dalam paparan publik HRUM yang digelar daring, Selasa (27/5).
Investasi dan belanja modal tahun 2025 ini meningkat 38,83% dibandingkan capex 2024 yang mencapai US$ 226,9 juta. Meskipun demikian, fokus utama HRUM pada tahun 2024 dan 2025 tetap pada pengembangan bisnis nikel, bukan batubara.
“Alokasi capex 2024 dialokasikan 90% untuk pemurnian nikel, 6% untuk properti dan pertambangan, 2% untuk kendaraan, 1% untuk logistik, dan 1% untuk keperluan lainnya,” rinci Ray.
Kinerja Harum Energy (HRUM) Didukung Sektor Nikel, Perhatikan Rekomendasi Analis
Hingga 31 Maret 2025 (kuartal pertama), realisasi belanja modal telah mencapai US$ 206,8 juta. Sebesar US$ 205 juta digunakan untuk pengembangan unit usaha nikel, sementara sisanya dialokasikan untuk operasional pertambangan, logistik, dan keperluan lainnya.
Sebagai informasi, HRUM memiliki empat anak perusahaan yang bergerak di bidang nikel. Pertama, PT Position (POS) yang mengantongi izin usaha pertambangan di Halmahera Timur, Maluku Utara, dengan cadangan nikel sekitar 215 juta ton.
Kedua, PT Infei Metal Industri (IMI) yang mengelola pemurnian nikel dengan dua jalur smelter berteknologi Rotary Klin Electric Furnace (RKEF), memiliki kapasitas produksi tahunan 28.000 ton nikel.
Ketiga, PT Westrong Metal Industri (WMI) juga bergerak di bidang pemurnian nikel dengan empat jalur smelter RKEF, berkapasitas produksi tahunan 56.000 ton nikel.
Terakhir, PT Blue Sparking Energy (BSE) yang tengah membangun tiga jalur smelter High Pressure Acid Leach (HPAL) dan ditargetkan beroperasi pada kuartal pertama 2026.
Smelter BSE diperkirakan memiliki kapasitas produksi tahunan 67.000 ton nikel serta 7.500 ton kobalt sebagai produk sampingan.
HRUM Chart by TradingView