RAGAMUTAMA.COM – Harga emas menguat tipis pada Jumat (28/2), namun bersiap mengakhiri tren kenaikan delapan pekan beruntun akibat penguatan dolar AS.
Sementara itu, investor menantikan data inflasi utama AS yang akan memberikan petunjuk terkait kebijakan moneter Federal Reserve.
Melansir Reuters, harga emas spot naik 0,1% menjadi US$2.879,09 per ons troi pada pukul 00.30 GMT.
Meski naik tipis, emas masih melemah hampir 2% sepanjang pekan ini, mencatat penurunan mingguan terbesar sejak 25 November 2024, sekaligus menjadi penurunan pertama setelah delapan pekan berturut-turut mencatat kenaikan.
Kontrak berjangka emas AS turun 0,2% ke $2.889,60 per ons.
Indeks dolar AS naik 0,6% sepanjang pekan ini, membuat emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli luar negeri.
Presiden AS Donald Trump pada Kamis (27/2) mengumumkan bahwa tarif impor sebesar 25% untuk barang dari Meksiko dan Kanada akan mulai berlaku pada 4 Maret, bersamaan dengan tambahan bea 10% untuk produk China.
Trump mengklaim bahwa kebijakan ini bertujuan menekan peredaran obat-obatan terlarang ke AS dari negara-negara tersebut.
Selain itu, Presiden Federal Reserve Bank of Philadelphia Patrick Harker menyatakan dukungannya untuk mempertahankan suku bunga jangka pendek AS dalam kisaran 4,25%-4,50%.
Sebagai aset lindung nilai terhadap risiko politik dan inflasi, emas biasanya diminati dalam situasi ketidakpastian ekonomi.
Namun, kenaikan suku bunga cenderung mengurangi daya tarik emas karena tidak memberikan imbal hasil.
Investor kini menunggu data Personal Consumption Expenditures (PCE)—ukuran inflasi pilihan The Fed—yang akan dirilis hari ini untuk mencari petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan ekonomi AS.
Untuk logam lainnya: harga perak spot stabil di US$31,25 per ons troi, platinum turun 0,1% menjadi US$947,55 per ons troi, dan paladium melemah 0,4% menjadi US$915,63 per ons tri.
