HAMAS kembali melayangkan peringatan keras kepada pemerintah Israel terkait nasib para sandera yang masih ditahan di Gaza. Kelompok militan Palestina itu menegaskan bahwa upaya Israel merebut kendali penuh atas Kota Gaza sama saja dengan mengorbankan nyawa para sandera yang kini berada di wilayah tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Al Jazeera, Hamas menuding Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan pemerintahannya tidak peduli terhadap keselamatan tawanan mereka. “Keputusan untuk menduduki Gaza menegaskan bahwa penjahat (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu dan pemerintahan Nazi-nya tidak peduli dengan nasib para tawanan mereka,” kata Hamas. Kelompok itu menambahkan, “Mereka memahami bahwa memperluas agresi berarti mengorbankan mereka.” Pada Kamis, Hamas lebih lanjut menuduh Netanyahu sengaja mengorbankan sandera demi kepentingan pribadi dan agenda ideologis ekstremisnya, dengan menyatakan bahwa “rencana Netanyahu untuk meningkatkan agresi menegaskan tanpa keraguan keinginannya untuk menyingkirkan para tawanan dan mengorbankan mereka.”
Di sisi lain, Kabinet Keamanan Israel telah menyetujui rencana yang diajukan oleh Netanyahu untuk mengambil alih kendali Kota Gaza. Langkah ini disebut sebagai bagian dari strategi untuk mengalahkan Hamas sepenuhnya. Militer Israel dilaporkan akan mempersiapkan penguasaan Kota Gaza sambil tetap mendistribusikan bantuan kemanusiaan kepada penduduk sipil di luar zona pertempuran.
Rencana ofensif ini muncul di tengah tekanan yang semakin meningkat terhadap Netanyahu, baik dari dalam maupun luar negeri. Setelah hampir dua tahun konflik di Gaza, Israel didesak untuk mencapai gencatan senjata guna menyelamatkan lebih dari dua juta penduduk Palestina yang kini berada di ambang kelaparan, serta untuk membebaskan para sandera yang ditawan oleh militan Palestina.
Saat memimpin pertemuan kabinet keamanan pada Kamis, Netanyahu menegaskan bahwa Israel berencana untuk mengambil alih kendali penuh atas Jalur Gaza, namun ia tidak bermaksud untuk memerintah wilayah tersebut secara langsung. Pernyataan serupa juga disampaikan Netanyahu kepada jaringan televisi AS Fox News menjelang pertemuan tersebut.
Lebih lanjut, Netanyahu menjelaskan bahwa Israel tidak memiliki keinginan untuk mempertahankan Jalur Gaza, sebuah wilayah yang pernah didudukinya pada tahun 1967 sebelum menarik pasukan dan pemukimnya pada tahun 2005. Ia menyatakan bahwa Israel menginginkan pembentukan “perimeter keamanan” dan kemudian menyerahkan wilayah Palestina kepada pasukan Arab yang mampu memerintah dengan benar, tanpa mengancam Israel, dan dapat memberikan kehidupan yang layak bagi warga Gaza. “Itu tidak mungkin dilakukan dengan Hamas,” tegasnya.
Pada Jumat, kantor Netanyahu mengumumkan bahwa mayoritas anggota kabinet keamanan telah mengadopsi lima prinsip utama untuk mengakhiri perang di Gaza. Prinsip-prinsip tersebut meliputi pelucutan senjata Hamas secara total; pengembalian semua sandera, baik yang hidup maupun yang telah meninggal; demiliterisasi Jalur Gaza; kontrol keamanan Israel di Jalur Gaza; dan pembentukan pemerintahan sipil alternatif yang bukan merupakan Hamas maupun Otoritas Palestina.
Pilihan editor: Putin Telepon Xi Jinping Jelang Pertemuan dengan Trump