Ragamutama.com – Google mengumumkan akan mulai menampilkan iklan dalam fitur AI Overview (ringkasan berbasis AI) di hasil pencarian Google Search, termasuk untuk pengguna di Indonesia mulai akhir tahun ini.
Fitur iklan di AI Overview ini sebelumnya hanya tersedia di Amerika Serikat dan sejumlah negara berbahasa Inggris sejak akhir tahun lalu.
Kini, Google akhirnya memperluas ketersediaan iklan berbahasa Inggris dalam hasil kueri AI Overview ke Asia untuk pertama kalinya. Ada tujuh negara Asia-Pasifik yang akan jadi target iklan AI Overview, yakni India, Pakistan, Australia, Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Filipina.
Di Asia Pasifik, peluncuran resmi diumumkan dalam ajang Google Marketing Live di Singapura, sebagaimana dilaporkan outlet Campaign Asia.
Iklan yang akan ditampilkan masih dalam bahasa Inggris dan akan tersedia secara bertahap mulai akhir tahun 2025 ini.
Langkah ini dilaporkan merupakan bagian dari strategi Google untuk menyesuaikan diri dengan perubahan perilaku pengguna internet, yang kini mulai beralih dari pencarian berbasis kata kunci ke pertanyaan kompleks menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI), seperti Gemini, ChatGPT, atau Perplexity.
Menurut Sapna Chadha, VP Google Asia Tenggara dan Asia Selatan, makin banyak pengguna yang mengandalkan AI dalam pencarian, sehingga ini menjadi peluang baru bagi pengiklan.
Tampilan iklan di AI Overview Google Search
AI Overview sendiri adalah fitur yang menyajikan rangkuman jawaban otomatis berbasis AI di bagian teratas hasil pencarian Google.
Alih-alih menampilkan daftar tautan situs seperti biasanya, AI Overview akan langsung memberi jawaban ringkas atas pertanyaan pengguna, mirip seperti balasan dari chatbot AI.
Misalnya, jika pengguna mencari “bagaimana cara menghilangkan noda dari celana jeans”, maka Google tidak hanya akan memberikan tautan artikel, tapi langsung menyajikan langkah-langkah pembersihan.
Nah, AI Overview itu kini juga menampilkan iklan. Artinya, selain memberikan jawaban, Google sekaligus merekomendasikan produk “pembersih noda di jeans” dalam bentuk iklan berlabel “Sponsored” di bagian bawah ringkasan AI tersebut.
Iklan dalam AI Overview akan disesuaikan dengan konteks pencarian yang bersifat komersial. Misalnya, dalam pertanyaan seputar kebutuhan rumah tangga, produk elektronik, hingga rekomendasi perjalanan.
Iklan ini akan muncul di tengah ringkasan AI, biasanya dalam format carousel (geser ke samping), dan ditarik dari kampanye Google Ads yang sudah ada seperti Google Shopping dan Search Ads.
Ringkasan AI dan iklannya ini muncul di paling atas halaman pencarian Google. Jadi, pengguna akan langsung melihatnya. Sementara link ke media online diposisikan jauh di bawah AI Overview, tak lagi menguasai halaman atas Google Search.
Ancaman baru bagi media online
Sebagai pemilik lebih dari 81 persen pangsa pasar pencarian global, Google punya kekuatan besar untuk menentukan arah ekosistem pencarian.
Perubahan model dari link-based search ke AI-generated summaries ini pun diyakini membawa risiko besar bagi penerbit konten dan jurnalisme digital.
Sebelumnya, banyak situs mengandalkan klik dari pencarian Google untuk mendatangkan pembaca.
Namun, dengan hadirnya jawaban langsung dari AI, pengguna tidak perlu lagi mengunjungi situs sumber, khususnya pengguna yang butuh jawaban cepat dan ringkas.
Ini dikhawatirkan akan mengurangi trafik ke situs penerbit konten, yang pada akhirnya juga berdampak pada pendapatan iklan mereka.
Di sebuah laporan terpisah, diperkirakan bahwa keberadaan AI Overview bisa menyebabkan kerugian hingga 2 miliar dollar AS bagi industri media karena penurunan jumlah tampilan iklan.
Seiring ekspansi AI Overview beriklan ke lebih banyak negara dan jenis pencarian, kekhawatiran akan “mati pelan-pelan”-nya trafik organik dari Google tetap membayangi industri media global.
Google sendiri mengatakan akan terus mendengar masukan dari publisher dan berupaya menyeimbangkan inovasi AI dengan keberlangsungan ekosistem konten di internet.
Misalnya, Google menekankan bahwa tautan ke situs akan tetap dimunculkan, bahkan ditonjolkan lebih jelas dari sebelumnya, misalnya ditampilkan di sisi kanan ringkasan.
Google menyebut perubahan ini mendorong peningkatan trafik ke situs sumber dibandingkan desain sebelumnya.
Selain itu, raksasa pencarian yang bermarkas di Mountain View, California ini juga mengeklaim bahwa pengguna cenderung lebih puas dengan hasil AI Overview karena kualitas jawaban lebih baik.
Jadi, pada akhirnya, menurut Google, pengguna akan tetap mengunjungi situs yang dirujuk dengan waktu kunjungan yang lebih lama.
Bukti makin sedikit pengguna klik link media online semenjak ada AI Overview
Selama setahun terakhir, publisher di seluruh dunia telah menghadapi penurunan drastis dalam trafik dari Google, terutama sejak Google memperkenalkan AI Overview di hasil pencarian Google pada Mei 2024.
Menurut data Similarweb, trafik organik ke situs berita dari Google Search turun dari 2,3 miliar kunjungan per bulan di pertengahan 2024 menjadi di bawah 1,7 miliar. Jika dihitung, trafik global ini anjlok sekitar 26 persen.
Lebih parah lagi, jumlah pencarian yang tidak menghasilkan klik ke situs berita naik dari 56 persen pada Mei 2024 menjadi 69 persen pada Mei 2025, atau naik 13 persen dalam setahun terakhir, sebagaimana dihimpun RAGAMUTAMA.COM dari TechCrunch, Senin (21/7/2025).
Artinya, makin banyak orang yang cukup membaca ringkasan yang dibuat AI di halaman pencarian. Alhasil, pengguna tidak mengeklik dan mengunjungi sumber berita aslinya.
Kondisi ini telah membuat banyak situs berita mengalami penurunan pendapatan iklan dan bahkan tutup. Beberapa nama media besar, seperti BuzzFeed News, AnandTech, Giant Freakin Robot, dan Laptop Mag sudah gulung tikar, sebagian besar karena kehilangan trafik dari Google.
Tak hanya AI Overview, Google juga menambah fitur AI lain, seperti AI Mode dan Audio Overview untuk memberikan ringkasan jawaban atas pencarian pengguna.
Kini, Google juga mulai merilis fitur ringkasan AI di Google Dicover, di perangkat Android dan iOS di wilayah AS.
Google Discover sendiri merupakan halaman utama yang biasa menampilkan rekomendasi berita yang dipersonalisasi berdasarkan aktivitas web dan aplikasi ekosistem Google.
Ini memperpanjang daftar perubahan Google yang dikhawatirkan akan membuat jumlah kunjungan ke situs media online terus merosot.