Polemik seputar penggunaan simbol dari serial anime populer “One Piece” kini menjadi sorotan di tengah masyarakat Indonesia. Khususnya, perdebatan muncul mengenai perbedaan konteks penggunaan atribut “One Piece” oleh Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka di masa kampanye dengan fenomena pengibaran bendera “One Piece” yang marak belakangan ini.
Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Drajad Hari Wibowo, menjelaskan duduk perkaranya. Menurut Drajad, ada perbedaan signifikan dalam momentum dan tujuan penggunaan simbol tersebut. “Jelas beda jauh momentum dan timing-nya. Wakil Presiden Mas Gibran memakai pin mugiwara dari anime One Piece dalam masa pilpres,” ujar Drajad kepada Tempo, pada Senin, 4 Agustus 2025.
Drajad menuturkan, Gibran mengenakan pin Mugiwara, topi jerami ikonik yang menjadi ciri khas karakter utama Monkey D. Luffy, saat berkunjung ke kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, serta dalam debat calon wakil presiden pada 21 Januari 2024. Penggunaan atribut One Piece dan simbol dari anime “Naruto” (seperti jaket berlogo klan Uzumaki) tersebut, menurut politikus Partai Amanat Nasional ini, bertujuan merangkul dan menarik perhatian pemilih muda yang merupakan penggemar berat anime dan manga atau kerap disebut “wibu”.
Tak hanya Gibran, tokoh publik lain juga pernah menunjukkan kecintaannya pada serial “One Piece”. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, misalnya, mengunggah foto dirinya mengenakan topi jerami ala Monkey D. Luffy di akun Instagramnya @smindrawati pada 30 Juli 2023. Dalam unggahan tersebut, Sri Mulyani menyertakan pesan tentang nilai-nilai yang ia kagumi dari “One Piece”, seperti persahabatan, kepedulian terhadap sesama, serta semangat untuk mengejar mimpi dan tidak menyerah.
Namun, konteks berubah drastis dengan maraknya pengibaran bendera “One Piece” yang kini dianggap pemerintah sebagai upaya memecah belah bangsa. Bendera hitam bergambar tengkorak dan tulang bersilang, simbol bajak laut dari serial karya Eiichiro Oda, semakin viral menjelang peringatan kemerdekaan RI ke-80 pada 17 Agustus 2025. Bendera ini terlihat dipasang di sejumlah rumah, kendaraan, dan bahkan muncul dalam bentuk mural di berbagai wilayah, seringkali diinterpretasikan sebagai ekspresi kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah.
Drajad Hari Wibowo menegaskan, pengibaran bendera “One Piece” di momen menjelang Hari Kemerdekaan Indonesia ini memiliki makna yang jauh berbeda. Ia menekankan bahwa pengibaran bendera Merah Putih adalah sesuatu yang sakral dan esensial untuk menanamkan nasionalisme. “Menjadikan One Piece sebagai bendera dalam bulan kemerdekaan kita jelas menodai kesakralan tersebut. Beda jauh maknanya dengan saat Mas Gibran memakainya,” jelas Drajad.
Ia mengibaratkan situasi ini seperti bermain bola. Meski setiap orang bebas bermain bola, tindakan tersebut menjadi keliru dan mengganggu jika dilakukan di tengah orang yang sedang khusyuk beribadah. “Wajar jika orang berpikir ini karena main yang kebablasan atau memang sengaja menggangu orang beribadah?” pungkasnya.
Novali Panji Nugroho, Dinda Sabrina, dan Dian Rahma Fika berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Mengapa Pemasang Bendera One Piece Tak Bisa Dipidana