GGRM Anjlok 89 Persen, Sinyal Jual atau Peluang Investasi?

Avatar photo

- Penulis

Minggu, 22 Juni 2025 - 15:37 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Saham Gudang Garam (GGRM) Terjun Bebas: Menelisik Anjloknya Kinerja dan Tekanan Industri Rokok Nasional

JAKARTA, RAGAMUTAMA.COM – Tragedi pasar tengah menghantam saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM), salah satu raksasa industri rokok di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, saham perusahaan yang berbasis di Kediri ini terus menghadapi tekanan hebat, terbukti dari anjloknya harga dari puncaknya yang sempat menyentuh hampir Rp 90.000 per lembar pada tahun 2019, kini terpuruk drastis ke level Rp 9.100 pada penutupan perdagangan Jumat, 20 Juni 2025.

Penurunan ekstrem ini menandai pelemahan lebih dari 89 persen dari harga tertingginya, menjadi sinyal peringatan keras bagi para investor akan perubahan struktural yang mendalam di sektor rokok nasional. Performa saham yang memburuk secara signifikan ini tak terlepas dari kondisi fundamental perusahaan yang juga sedang lesu.

Mengutip laporan Kontan, laba bersih Gudang Garam pada tahun 2024 tercatat hanya sebesar Rp 980,8 miliar, sebuah anjlok yang mengejutkan sebesar 81,57 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang masih mencapai Rp 5,32 triliun. Tak hanya laba, pendapatan perusahaan juga mengalami kontraksi, menurun dari Rp 118,95 triliun menjadi Rp 98,65 triliun, atau melemah 17,06 persen. Segmen utama penopang pendapatan GGRM, yaitu sigaret kretek mesin, menyumbang Rp 86,62 triliun, sementara segmen sigaret kretek tangan mencatat Rp 9,36 triliun, dilengkapi dengan kontribusi dari rokok klobot, konstruksi, kertas karton, dan bisnis pendukung lainnya.

Baca Juga :  ERAL Bagi Dividen Jumbo Rp 41,5 Miliar, Laba Melesat Saat Ekspansi!

Namun, tekanan tidak hanya datang dari sisi pendapatan. GGRM juga menghadapi tantangan serius dari biaya pokok penjualan yang mencapai Rp 89,27 triliun. Meskipun angka ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, margin keuntungan perusahaan tetap menyempit, mencerminkan efisiensi yang sulit dicapai di tengah penurunan volume penjualan.

Dampak pelemahan ini tidak hanya dirasakan oleh investor dan keuangan perusahaan, melainkan juga menyebar hingga ke hulu rantai pasok. Petani tembakau di Kabupaten Temanggung, misalnya, kini merasakan imbas pahit. Gudang Garam telah memutuskan untuk menghentikan pembelian tembakau dari wilayah tersebut. Langkah strategis ini disampaikan langsung oleh Bupati Temanggung, Agus Setyawan, usai bertemu manajemen perusahaan di Kediri.

“Jadi memang tidak lagi kondusif untuk membeli bahan baku, khususnya dari Temanggung,” ujar Agus, dikutip dari Antara, Senin (16/6/2025). Ia menambahkan bahwa stok tembakau di gudang Gudang Garam sudah sangat melimpah, bahkan cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi hingga empat tahun ke depan. Kondisi *overstock* ini menjadi cerminan nyata dari turunnya permintaan rokok secara nasional.

Baca Juga :  Bunga Zainal Tidak Sabar Bertemu Tersangka Kasus Penipuan yang Dialami

Penurunan permintaan rokok ini disebabkan oleh beberapa faktor kunci: tren hidup sehat yang semakin meluas di masyarakat, kenaikan tarif cukai rokok yang berkelanjutan, serta persaingan ketat dari rokok murah yang membanjiri pasar. Situasi ini memaksa efisiensi menjadi langkah strategis yang harus diambil oleh perusahaan, meskipun harus berdampak pada rantai pasok dan mitra usaha di hulu.

Mengulas kembali pergerakan harga saham, pelemahan GGRM memang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Di penghujung tahun 2024, saham ini masih berada di angka Rp 13.275. Namun, pada 8 April 2025, GGRM sempat menyentuh titik terendah tahun ini di level Rp 8.675, menunjukkan bahwa tren penurunan masih berlanjut.

Dengan kondisi keuangan yang terus tertekan, serta perubahan arah konsumsi dan regulasi yang semakin menantang, saham GGRM kini bukan lagi sekadar simbol perusahaan besar, melainkan cerminan risiko nyata di sektor barang konsumsi yang dulunya dianggap defensif. Bagi investor, pertanyaan krusialnya kini bukan hanya kapan saham GGRM bisa bangkit dari keterpurukan ini, tetapi juga apakah prospek jangka panjang industri rokok di Indonesia masih cukup menjanjikan untuk dikoleksi dalam portofolio investasi mereka.

Berita Terkait

Explore Babel 2025 Pameran Wisata Kuliner dan UMKM DIgelar 25-27 Juli
[POPULER GLOBAL] Tarif Impor AS dari RI Jadi 19 Persen | KBRI Tokyo Respons Ulah WNI di Jepang
Prabowo Janji Beli Puluhan Pesawat Boeing 777 ke Trump. Berapa Harganya?
Tarif AS Turun: Menperin Optimis Dongkrak Daya Saing Industri RI
Liverpool Incar Isak Setelah Wirtz Gagal? Saldo Misterius Terungkap!
Cathay Pacific Kelas Ekonomi: Lebih dari Sekadar Terbang Hemat!
Tarif Ekspor AS Bebas? Pertanian Indonesia Terancam, Kata Ekonom!
Tarif Trump 19%: Impor Melonjak, Pengusaha Lokal Tercekik?

Berita Terkait

Jumat, 18 Juli 2025 - 06:58 WIB

Explore Babel 2025 Pameran Wisata Kuliner dan UMKM DIgelar 25-27 Juli

Kamis, 17 Juli 2025 - 08:10 WIB

[POPULER GLOBAL] Tarif Impor AS dari RI Jadi 19 Persen | KBRI Tokyo Respons Ulah WNI di Jepang

Kamis, 17 Juli 2025 - 07:22 WIB

Prabowo Janji Beli Puluhan Pesawat Boeing 777 ke Trump. Berapa Harganya?

Kamis, 17 Juli 2025 - 00:17 WIB

Tarif AS Turun: Menperin Optimis Dongkrak Daya Saing Industri RI

Rabu, 16 Juli 2025 - 22:47 WIB

Liverpool Incar Isak Setelah Wirtz Gagal? Saldo Misterius Terungkap!

Berita Terbaru

entertainment

4 Film dan Serial DC Universe Setelah Superman, Supergirl Siap Debut

Jumat, 18 Jul 2025 - 07:22 WIB

technology

Meta Hukum Tukang Upload Konten Orang, 10 Juta Akun FB Dihapus

Jumat, 18 Jul 2025 - 07:05 WIB